Pasti semua setuju kalau baca buku adalah sebuah kebutuhan. Malas baca buku alamat kamu bakal kekurangan bahan cerita. Kalau kamu suka jalan-jalan dan senang baca buku, TelusuRI punya beberapa tempat recommended yang bisa kamu kunjungi kala liburan.
1. Kineruku, Bandung
Terletak di Kota Kembang, Bandung, berkunjung ke Kineruku serasa liburan ke rumah nenek di pegunungan. Kineruku berada di bangunan oldies dengan halaman yang hijau.
Di Kineruku kamu tidak hanya baca buku tapi juga ada CD lagu dan film yang bisa kamu baca dan pinjam. Sesekali di sini ada pula konser musik mini dari band-band indie.
Nggak heran kalau mereka yang main ke Kineruku bisa betah seharian di sana. Soalnya selain buat nongkrong, tempat ini juga cocok untuk kerja, terutama bagi kamu yang berprofesi sebagai penulis atau desainer grafis.
Kombinasi dari suasana yang tenang, serta minuman dan makanan ringan yang disediakan di kafe, dijamin bakal membuat hasil kerjamu beberapa kali lipat lebih berkualitas.
2. Kata Kerja, Makassar
Kamu yang sudah nonton Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) pasti pernah mendengar nama Aan Mansyur yang puisinya ikut menghiasi film produksi Miles itu.
Puisinya yang mengena berhasil “melengserkan” sajak-sajak Chairil Anwar yang diusung di film pertama Ada Apa Dengan Cinta.
Ternyata selain menulis puisi Aan Mansyur juga adalah seorang aktivis literasi yang menggagas berdirinya sebuah perkumpulan bernama Kata Kerja.
Terletak tak jauh dari kampus Universitas Hasanuddin di Tamalanrea, Makassar, Kata Kerja punya perpustakaan yang terbuka untuk umum, kelas-kelas belajar Bahasa Inggris, menulis kreatif, baca buku kesukaanmu disini serta kelas-kelas kerajinan tangan dan teknik-teknik mendaur ulang.
3. Museum Kata, Belitung Timur
Museum Kata Andrea Hirata terletak di pelosok Pulau Belitung, yakni di Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Berisi kutipan-kutipan kalimat yang digubah Andrea Hirata, museum ini menjadi hidup sebab terletak di tempat cerita Laskar Pelangi Andrea Hirata mengambil latar.
Ketika mengunjungi museum ini, seolah-olah kita akan ditemani oleh Ikal, Lintang, Mahar, Akiong, Kucai, dan anggota-anggota Laskar Pelangi yang lain.
Isi penuh bensinmu sebab perlu waktu lumayan lama dari Tanjung Pandan untuk menuju ke lokasi Museum Kata, melewati jalan kecil berliku yang akan menjadi teramat sepi di malam hari.
Namun setiba di Gantung kamu akan tertarik ke dalam semesta Laskar Pelangi, dengan danau-danau kaolin yang indah namun berbahaya, Sungai Lenggang yang tua dan misterius, dan replika Sekolah Muhammadiyah yang menjadi saksi sejarah pembuatan salah satu film legendaris Indonesia, yaitu Laskar Pelangi.
4. Rumah Dunia, Serang
Gola Gong, nama pena dari Heri Hendrayana Harris, mulai populer di akhir tahun ’80-an saat cerita bersambungnya yang berjudul Balada si Roy dimuat di Majalah Hai. Tulisan-tulisan Gola Gong di Hai pun kemudian dibukukan oleh salah satu penerbit mayor menjadi sepuluh jilid novelet Balada si Roy.
Menceritakan petualangan seorang anak muda asal Serang berkeliling Indonesia dan ke luar negeri, Si Roy menjadi ikon petualang anak-anak muda tahun ’90-an. Cerita Balada si Roy populer bahkan sebelum istilah backpacker familiar di telinga anak muda Indonesia. Menariknya, sebagian besar dari cerita Roy diambil dari pengalaman nyata Gola Gong.
Setelah letih bertualang, Gola Gong menepi dan kembali ke kota asalnya, Serang, dan mendirikan sebuah sanggar bernama Rumah Dunia.
Di Sanggar Rumah Dunia, Gola Gong mengadakan berbagai kegiatan dan pelatihan sastra. Kamu yang bercita-cita jadi penulis perjalanan, atau travel blogger, cobalah sekali-sekali mampir ke Rumah Dunia. Siapa tahu kamu bisa dapat inspirasi.
5. Rumah Puisi Taufiq Ismail, Padang Panjang
Masih ingat puisi “Karangan Bunga” yang penggalan awalnya berbunyi: “Tiga anak kecil dengan langkah malu-malu datang ke Salemba sore itu”?
Mungkin beberapa di antara kamu masih ingat bahwa pengarangnya adalah Taufiq Ismail. Nah, ternyata Taufiq Ismail yang mantan aktivis dan dosen itu tidak hanya bikin puisi. Ia juga mendirikan sebuah Rumah Puisi.
Di sebelah barat Jalan Raya Padang Panjang-Bukittinggi, tepatnya di Nagari Aia Angek, mata kamu akan melihat tulisan Rumah Puisi Taufiq Ismail. Ikutilah petunjuknya dan kamu akan tiba di sebuah bangunan berisi sekitar 7000 buku koleksi Taufiq Ismail.
Tapi jangan sampai keliru sebab Rumah Puisi Taufiq Ismail ini bersebelahan dengan Rumah Budaya Fadli Zon. Selain pikiran, pandanganmu juga akan dimanjakan oleh Rumah Puisi Taufiq Ismail. Dari sana kamu bisa memandang Gunung Singgalang dan Marapi—gunung-gunung yang menginspirasi lagu “Kampuang nan Jauah di Mato.”
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.