NusantarasaTravelog

Lontong Sambel Mbah Jami, Kelezatan Kuliner Khas Desa Kalirejo Sejak 1970-an

Indonesia sangat kaya akan khazanah kuliner. Hampir setiap daerah, dari Sabang sampai Merauke, memiliki kuliner khas masing-masing. Sebagian kuliner-kuliner khas itu ada yang sangat populer dan dikenal khalayak luas hingga lintas daerah, lintas provinsi, masyhur hingga pentas nasional, bahkan internasional. Sebagian lain masih “tersembunyi” karena sifatnya yang memang sangat lokal (terroir). Kuliner-kuliner itu eksis di kampung alias “ndeso”, telah melintasi zaman, namun tak terteroka oleh media. Bahkan warganet atau para influencer yang umumnya kalangan muda, tak tergiur untuk mengeksposnya. Mungkin dianggap kuliner kuno yang sama sekali tidak kekinian. 

Salah satunya, boleh jadi, adalah lontong sambel, sajian khas Desa Kalirejo, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah—kampung halaman saya. Bagi saya, lontong sambel adalah sajian khas Desa Kalirejo, yang saya tidak atau belum menjumpainya ada di kampung atau daerah lain.

Sejak kecil, sebut saja era tahun 1980-an, saya sudah biasa menyantap kuliner ini. Kebetulan almarhum budhe (kakak perempuan ibu) saya, populer dengan panggilan Mbah Jar, termasuk pemilik warung lontong sambel yang populer dan legendaris di kampung.

Selain lontong sambel, Warung Mbah Jar—begitu warga biasa menyebut—yang terletak di Dusun Beru, juga menyediakan kopi yang terkenal sangat enak. Sehingga warungnya biasa menjadi tempat nongkrong bapak-bapak setiap pagi, sore, dan malam hari—hingga sekarang.

Sepeninggal Mbah Jar—atau saya biasa menyapanya Mbok Dhe Jar, warung diteruskan oleh anak perempuannya yang saya biasa menyapanya Mbak Tin. Hingga kini, sajian lontong sambel tetap ada di Warung Mbah Jar yang sangat legendaris itu. Lontong sambel di Warung Mbah Jar tersedia setiap sore. Bila pagi, warung menyediakan sajian sega kulub atau nasi urap sayur sebagai menu sarapan.

Lontong sambel Mbah Jami
Mbah Jami tengah mengulek sambal kacang untuk pembeli lontong sambelnya/Badiatul Muchlisin Asti

Lontong Sambel Mbah Jami

Ternyata, selain Warung Mbah Jar, di Desa Kalirejo juga terdapat warung legendaris lain yang menyediakan sajian lontong sambel. Warung itu berada di Dusun Pojok. Penjualnya bernama Mbah Jami yang sudah berjualan lontong sambel sejak tahun 1970-an.

Suatu sore, pada pertengahan bulan Desember 2022, saat pulang kampung, saya menyempatkan menyambangi warung ini ditemani Supangat—atau saya biasa menyapanya Kang Pangat, teman masa kecil saya sekaligus teman satu kelas di SD Negeri Kalirejo 2. Saya pun bertemu dengan Mbah Jami—sang pemilik warung. Kepada saya, Mbah Jami bercerita bahwa dirinya sudah berjualan sejak masih lajang atau belum menikah.

Awalnya berjualan jajanan tradisional di pasar, namun setelah menikah tahun 1974, Mbah Jami memilih membuka warung sederhana di rumahnya di Dusun Pojok. Sejak saat itulah Mbah Jami berjualan lontong sambel dan masih eksis hingga sekarang.

Perjalanan yang panjang. Bila dihitung nyaris bermasa tempuh setengah abad. Boleh dibilang warung lontong sambel Mbah Jami ini tergolong legendaris. Namun boleh jadi, lokasi warung yang berada di desa, menjadikan warung ini tetap tampil “apa adanya”.

Menurut saya, Warung Mbah Jami adalah potret warung sederhana di sebuah kampung, yang setia menjaga cita rasa sajian kuliner khas desa, dengan target market warga kampung sendiri, yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani—yang boleh dibilang “hanya berduit ketika panen”. Kondisi ekonomi warga yang fluktuatif itu juga memengaruhi ramai tidaknya Warung Mbah Jami.    

  • Lontong sambel Mbah Jami
  • Lontong sambel Mbah Jami
  • Lontong sambel Mbah Jami

Lontong Sambel, Lontong Campur Versi Minimalis

Apa itu lontong sambel? Secara penampilan, lontong sambel boleh dibilang identik dengan lontong campur—yang juga sajian kuliner khas Grobogan. Namun lontong sambel adalah lontong campur dengan sajian bumbu (sambal kacang) yang lebih minimalis.

Lontong sambel Mbah Jami
Lontong sambel, sepiring mendoan, dan segelas kopi panas/Badiatul Muchlisin Asti

Bumbu sambal kacang dalam lontong sambel hanyalah cabai rawit dan bawang putih mentah yang diulek dengan kacang tanah goreng. Ini berbeda dengan bumbu sambal kacang dalam lontong campur yang lebih kompleks. Bumbu sambal kacang dalam lontong campur ada bubuhan gula merah, air larutan asam jawa, juga daun jeruk. Sehingga tentu memengaruhi taste-nya. 

Dalam seporsi lontong sambel, potongan lontong diberi potongan tahu goreng, taoge mentah, dan rajangan kubis mentah (sesuai selera), lalu diguyur dengan sambal kacang yang baru dibuat. Kemudian dibubuhi kecap manis dan ditaburi irisan tipis bawang merah goreng yang gurih dan renyah.

Meski minimalis, namun jangan tanya soal kelezatannya. Lontong sambel bercita rasa gurih dan manis yang sangat nikmat di lidah. Lontong yang lembut sangat lezat dipadu dengan potongan tahu goreng dan sambal kacang dadakan.

Di Warung Mbah Jami, lontong sambel biasa disantap dengan lauk berupa kerupuk dan aneka gorengan seperti mendoan dan bakwan.  Minumnya teh manis hangat. Atau bila sedang gerah karena cuaca panas, es teh manis menjadi pilihan yang menggiurkan.

Sebagaimana di Warung Mbah Jar, di Warung Mbah Jami juga menyediakan kopi. Jadi tak ada salahnya menyantap lontong sambel dengan minumnya kopi panas yang sangat nikmat diserutup di sore hari.

Selain lontong sambel, Warung Mbah Jami juga menyediakan variasi menu lainnya yang masih berbasis lontong, yaitu lontong pecel dan lontong lodeh. Keduanya juga sajian kuliner khas desa yang menyemburatkan kelezatan yang ngangeni (bikin rindu) dan nglangeni (bikin nagih). Layak dicoba. Monggo.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia

Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Nasi Jangkrik, Kuliner Warisan Sunan Kudus