Itinerary

Cuma Pasukan Kamikaze yang Bakal Menerima Tantangan “Ozaki 8”

Film Point Break versi anyar yang dirilis tahun 2015 silam mempopulerkan sebuah tantangan baru. Namanya The Ozaki 8 atau The Ozaki 8 Ordeals atau 8 Tantangan Ozaki.

Sebenarnya ini mirip tantangan Seven Summits-nya Richard “Dick” Bass. Bedanya, kalau Seven Summits hanya soal gunung, Ozaki 8 melibatkan lebih banyak aktivitas alam bebas seperti snowboarding, free climbing, terjun payung, surfing, dan base jumping.

“Bohong,” katamu. “Pas gue cari di Google kok nggak ada sumber meyakinkan soal Ozaki 8?” Makanya sabar. Penjelasannya belum selesai, Sob.

Ozaki 8 ini fiktif, sebuah konsep yang dibikin khusus buat film ini aja. Tapi, meskipun rekaan, konsep ini filosofis banget dan bisa jadi bahan renungan buat kita bersama. Kata tokoh Bodhi (Édgar Ramírez) kepada Johnny Utah (Luke Bracey), “Yang dimaksud sama Ozaki adalah soal (menjaga) keseimbangan.”

“Awakening Earth” via imdb.com

Ozaki menjalani delapan cobaan ini buat “mengembalikan apa yang sudah kita ambil dari alam.” Kalaupun dia meninggal waktu mencoba menyelesaikan salah satu dari delapan tantangan itu, dia yakin akan mencapai nirwana. (Ozaki sendiri ceritanya cuma bisa menyelesaikan tiga misi.)

“Wow! Goks juga,” kamu mulai penasaran. “Jadi apa aja sih Ozaki 8 Ordeals ini?”

1. “Emerging Force”—mengarungi jeram mematikan

Tantangan pertama Ozaki 8 ini dilakukan Bodhi di Jeram Inga di Sungai Kongo, Afrika. Kalau diklasifikasi, Jeram Inga yang mematikan ini tergolong jeram kelas IV. Lebih seram lagi, Sungai Kongo adalah sungai terdalam di dunia. Nggak tanggung-tanggung, sekitar 220-230 meter. Paparan Sunda aja kedalaman rata-ratanya cuma sekitar 50 meter!

Jadi, ini beda banget sama jeram-jeram yang pernah kamu lalui di Citarik, Progo, atau Elo. Nggak ada yang bakal bawain perahu karet kamu, nggak ada yang nyelametin kamu waktu kecebur, nggak ada yang fotoin kamu dari pinggir sungai, nggak ada yang menyambut kamu dengan makanan hangat di ujung perjalanan.

Kalau mau yang berbeda, bisa coba menjelajah dengan rakit di Sungai Amandit Loksado

2. “Birth of Sky”— “BASE jumping” dari Puncak Everest

Kayaknya ini adalah tantangan Ozaki 8 yang paling bikin lemah jantung. Kamu tahu sendiri kalau Everest adalah puncak tertinggi di dunia. Tingginya lebih dari 8000 meter alias 8 kilometer. Nggak ada tanah di Bumi yang lebih tinggi dibanding kerikil di pucuk Everest. Medannya tentu saja ekstrem: salju, terjal, oksigen tipis. Pas di puncak, melihat ke bawah pastilah kamu bakal gamang.

Bayangkan rasanya BASE jumping dari sana. “Oke. Gue coba bayangin,” kamu memejamkan mata. “Tapi sebelumnya…. apa itu BASE jumping?” Sederhananya, BASE jumping itu mirip-mirip terjun payung. Bedanya, kamu turun nggak dari pesawat, tapi dari tebing, gunung, atau dari jembatan yang lumayan tinggi. Caranya, kamu loncat, terus turun sampai satu titik sebelum akhirnya kamu buka parasut. Iya—ngeri.

Ngomong-ngomong gunung, apakah kamu tahu puncak gunung tertinggi di Indonesia? Tahu kan kalau seorang anak usia SMP sudah pernah mencapai puncak itu? Lihat deh cerita Khansa Syahlaa

3. “Awakening Earth”—“base jumping” sampai masuk gua

Cobaan Ozaki 8 yang ketiga ini adalah turunan dari Birth of Sky. Bedanya, kamu mesti turun dari pesawat, meluncur ke bawah, terus masuk ke dalam mulut gua yang dalam. Kalau dilihat dari daratan sih mulut guanya besar. Tapi kalau dari atas, lumayan kecil, dan pasti kamu deg-degan: “Lewat nggak, ya? Lewat nggak, ya?”

Kalau dibayangin, ini tantangan yang nggak masuk akal. Manusia macam apa yang tetap tenang waktu meluncur cepat menuju permukaan Bumi, terus menyelinap lewat lubang menganga, lalu dengan tenang membuka parasut, kemudian perlahan turun dan menjejakkan kaki dengan gembira waktu mendarat di tanah. Kayaknya adegan ini juga pakai CGI. Gila aja kalau ada kesalahan dan adegannya harus diulang. Awakening Earth diselesaikan sama Bodhi di Mexico.

Mau lihat yang seru juga? Coba tonton film Arctic. Tentang seorang penyintas di Kutub Utara. 

4. “Life of Water”—berselancar di ombak setinggi 25 meter atau lebih

Kalau masih belum imbang berdiri di atas papan selancar, jangan mimpi dulu buat melalui cobaan Life of Water-nya Ozaki. Dalam cobaan ini, kamu berurusan sama ombak dahsyat setinggi 25 meter atau lebih yang siap menggulung tanpa ampun. Kamu berhadapan dengan kekuatan alam yang murni, tanpa pretensi.

Dalam Point Break, Bodhi memenuhi tantangan ini di pesisir selatan Prancis. Dia bukan ke ombak biasa, tapi ke sebuah badai di tengah lautan yang terjadi sepuluh tahun sekali. Badai itu menciptakan gelombang tinggi banget, 25 meter. Di sanalah Bodhi berselancar. Sanggup?

5. “Life of Wind”—terbang dengan “wingsuit”

Life of Wind ini kakak-adik sama Birth of Sky dan Awakening Earth. Bedanya, kamu lebih lama di udara. Dengan kostum wingsuit yang mirip bajing loncat, kamu… meloncat dari puncak gunung, meluncur melewati lereng, berusaha berkelit dari cengkeraman jurang sempit, belok-belok sampai hampir menyerempet tebing, lalu pada saat-saat terakhir barulah kamu membuka parasut.

Adegan tantangan ke-5 Ozaki 8 ini dalam Point Break dilakukan di sepanjang jurang berbahaya “The Crack” di Walenstadt, Swiss. Kalau mau coba, selain Swiss kamu bisa ke destinasi-destinasi lain seperti Norwegia dan Prancis. Tapi kalau belum punya pengalaman terjun payung dan BASE jumping, mending lupain aja tantangan ini. Sayang nyawa!

6. “Life of Ice”—“snowboarding” di jalur yang belum pernah dilewati manusia

Ini tentu saja beda banget rasanya sama sandboarding di Gumuk Pasir Jogja. Di Life of Ice, kamu mesti memilih pegunungan berselimut salju, entah di Pegunungan Andes, Alpen, atau Himalaya, pergi ke sana naik helikopter, minta diturunin di salah satu puncak, lalu cus! kamu meluncur turun melalui celah-celah sempit yang belum pernah dilewati manusia lain.

Ancamannya nggak cuma jurang dan batuan tajam, tapi juga bahaya longsor salju alias avalanche. Kepancing dikit, salju dari puncak bisa longsor dan menggulung lereng, melahap orang sial mana pun yang kebetulan sedang di sana. Waktu menyelesaikan tantangan ini, salah seorang teman Bodhi meninggal. Salah milih jalur, dia masuk jurang.

7. “Master of Six Lives”—“free climbing” di Angel Falls, Venezuela

Kalau Alex Honnold, free climber solo dari AS, tiba-tiba pengen menyelesaikan Ozaki 8, kayaknya dia bakal milih ini jadi misi yang pertama. Orang gila itu cuma perlu waktu beberapa jam buat manjat tebing El Capitan di Taman Nasional Yosemite, AS. Tanpa tali. Tapi, memang, buat free climbing perlu persiapan fisik dan mental yang nggak sembarangan.

Selain ngerti teknik, kamu juga mesti punya tenaga. Mental kamu juga harus teruji (“pos mental” pas MOS atau Ospek aja nggak cukup). Kamu nggak boleh deg-degan sama sekali, harus tenang. Dalam film Point Break, Bodhi, Grommet (Matias Varela), dan Johnny Utah kejar-kejaran di jalur Angel Falls yang licin dan terjal, cuma bawa bekal sepatu “balet” dan sekantong Mg. Sialnya, sekitar setengah perjalanan, Grommet salah ngambil poin—dia jatuh aja gitu dimakan gravitasi.

8. “Act of Ultimate Trust”—menyerahkan diri pada kuasa bumi

https://www.youtube.com/watch?v=isODFjOQ78c

Kamu pernah outbond? Pasti kamu juga pernah disuruh menjatuhkan diri ke belakang, terus ditangkap oleh teman-temanmu. Nah, tantangan Ozaki 8 yang ini kira-kira seperti itu. Cuma bedanya yang jadi teman-temanmu itu adalah Bumi.

Dalam Point Break, si Bodhi—setelah menyelesaikan tantangan master of six lives—menjatuhkan diri dari puncak air terjun tertinggi di dunia, yakni Angel Falls di Venezuela. Tingginya nggak main-main, Sob! “Ah, paling cuma berapa.” Jangan kaget, ya: tinggi Angel Falls itu 979 meter! Bayangin gimana rasanya terjun dari ketinggian nyaris satu kilometer, diguyur air terjun, dan jatuh di laguna yang entah cuma berapa dalamnya. Kalau jantungmu nggak copot waktu nyobain itu, kayaknya kamu Superman atau Wonder Woman, deh.

Gimana? Gila ‘kan Ozaki 8 Ordeals?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Semasa Corona

Semasa Corona

Bagaimana kamu menghabiskan waktu di rumah, menyiasati agar tak terlalu sering pergi ke luar rumah semasa swakarantina, akan jadi catatan berharga untuk generasi-generasi selanjutnya.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *