#dirumahajaItinerary

Memasak Lauk Pauk Bungkus Daun Pisang

Kalau kemaren kita udah kasih beberapa rekomendasi makanan, camilan, dan juga hidangan pencuci mulut yang bisa dibuat selama #dirumahaja, kali ini TelusuRI mau kasih ide bikin kuliner (lagi) tapi yang kesemuanya dibungkus dengan daun pisang. 

Ada apa aja tuh? Simak ya!

1. Botok

Di kota kecil dan desa-desa sekitar Jawa Tengah, kamu bisa dengan mudah menemukan botok. Di sekitar tempat tinggal saya, botok dijual setiap pagi oleh “pengepul” jajan pasar, bersama-sama makanan ringan, tahu-tempe bacem, sampai aneka ragam sate-satean.

Bubur Lolos + Botok Roti
Bubur lolos dan botok roti via flickr.com/Swaradila Weesy

Botok berawal dari dari ide untuk mengolah kembali ampas kelapa parut yang udah nggak terpakai. Ampas ini kemudian ditambahkan dengan bahan dasar lain seperti tempe—lebih sedap menggunakan tempe yang sudah bosok atau basi, daun lamtoro—kadang disebut dengan daun mlandingan, dan ikan teri. Supaya tambah sedap, racikan ini dibumbui dengan ragam rempah seperti cabai, merica, bawang, merica, serta daun salam.

Kesemua bahan dan bumbu yang sudah dicampur lalu dikukus dalam bungkusan daun pisang dan disajikan selagi hangat.

2. Bongko

Kalau Botok lebih mudah ditemukan di Jawa Tengah, bongko bisa dengan mudah ditemukan di daerah Jawa Timur. Bahan dasarnya sama dengan botok, yakni ampas kelapa atau kelapa parut. Bedanya, parutan kelapa pada bongko dicampur dengan kacang tolo. Biasanya, bongko dijual bersamaan dengan nasi pecel karena memang biasa dimakan sebagai lauk pendamping.

Kalau kamu pengen masak bongko di rumah, cukup sediakan bahan dasar berupa 1 butir kelapa parut dan 250 gram kacang tolo yang sudah direndam dan ditumbuk hingga lunak. Bumbu rempahnya yakni 3 bawang merah, 4 siung bawang putih, 1 potong kencur, serta garam dan gula secukupnya. Semua bumbu dihaluskan, dicampur dengan kelapa dan kacang tolo, lalu dibungkus dengan daun pisang, terus dikukus.

Nggak usah ngebayangin rasanya, deh, karena udah pasti enak!

3. Garang asem

Kalau yang satu ini jelas banget khas Kudus. Garang asem terbuat dari daging ayam kampung dicampur dengan santan dan rempah-rempah seperti cabai setan, bawang merah, bawang putih, daun salam, serai, lengkuas, jahe, dan tentunya belimbing wuluh. Campuran bumbu ini pun menghasilkan rasa khas, pedas dan asam. Enak? Tentu saja!

Garang asem bumbung di Waroeng Pati, Jalan Raya Pati, Kudus, Jawa Tengah via TEMPO/Budi Purwanto

Garang asem paling enak disantap ketika hangat. Rasa pedas dan asamnya bakal menguar bersama kepulan asap. Belakangan, cara penyajian garang asem beraneka ragam, tak hanya dibungkus daun pisang namun juga dibungkus dengan bumbung bambu.

4. Otak-otak

Kuliner satu ini bisa dinamakan otak-otak karena konon wujud dan teksturnya yang berwarna putih tampak seperti otak. Benar, Sob: otak-otak nggak dibuat dari otak beneran, melainkan dari olahan daging ikan tenggiri yang dibungkus dengan daun pisang, lalu dibakar.

Otak-otak di Resto masakan Jawa Dapur Solo di kawasan Sunter, Jakarta, Kamis, 10 Mei 2012 via TEMPO/Arnold Simanjuntak

Umumnya otak-otak dimakan dengan sambal atau kuah pedas. Masing-masing daerah pun punya ciri khas sambal masing-masing. Misalnya, di Jakarta, otak-otak akan disajikan dengan saus kacang. Di Bangka, otak-otak disajikan dengan saus tauco. Sedangkan di Palembang otak-otak disajikan dengan sambal kecap atau cuko merah.

5. Pepes

Ternyata pepes atau yang dulu disebut pais ini bermula dari cara memasak masyarakat perkebunan yang membungkus makanan dengan dedaunan sebelum dimasak.

Menu Pepes Ikan Mas di rumah makan Warung Jambu Ibu Hj Nyai di Sentul, Bogor, Senin, 14 April 2014 via TEMPO/Ifa Nahdi

Pepes sendiri adalah ikan (apa saja) yang dibumbui dengan aneka macam rempah, dibungkus daun pisang, dan dibakar. Biasanya diselipkan daun kemangi ke dalam bungkusan pepes, supaya aroma yang dikeluarkan dari makanan satu ini makin lezat. Pepes disantap dengan nasi putih panas aja udah enak lho, Sob.

Jadi, mau masak yang mana dulu, nih?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

TelusuRI

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *