Setelah tempo hari makan nasi Padang vegetarian di Kompleks Taman Duta Mas, saya kembali melanjutkan petualangan kuliner ke rumah makan vegetarian lain di Jakarta Barat.
Nama tempat makan itu ialah Kharisma. Letaknya berdampingan dengan jejeran kos mahasiswa, tepatnya di Gang Keluarga, Palmerah. Untuk ke sana saya mesti masuk gang yang hanya bisa dilalui dua sepeda motor.
Yang menggiring saya ke Kharisma adalah rekomendasi seorang kawan yang saya kenal lewat media sosial. Ia bilang di Kharisma ada jamur crispy, pepes jamur, dan “sate ayam.” Terang saja saya tertarik. Tapi, yang bikin saya makin penasaran adalah saat ia mengatakan bahwa makanan vegetarian di Kharisma segar dan nggak begitu bergantung pada MSG alias micin.
Setiba di sana, saya mendapati bahwa rumah makan itu sederhana dan bangunannya tak begitu besar. Dilihat-lihat, tempat itu lebih mirip warung Tegal (warteg) atau warung nasi rames yang menyajikan makanan berharga murah, terutama bagi kantong para mahasiswa. Jadi, jangan harap kamu akan menemukan interior Instagrammable yang menarik lagi kekinian.
Tempat duduknya nggak ada yang saling berhadapan. Saat makan, semua pelanggan mesti duduk di kursi ala gerobak baso atau mi ayam sambil menatap tembok putih. Pencahayaan lindap sebab terang yang masuk dihalau oleh putaran baling-baling kipas angin. Tapi, selayaknya restoran atau toko roti di mal, pelanggan bisa makan sembari mengamati aktivitas dapur.
Bisa pilih tiga jenis nasi
Salah satu hal yang bikin Kharisma istimewa adalah pilihan jenis nasinya. Mereka menyediakan nasi putih, merah, atau hainan. Karena sudah lama nggak menikmati bumbu khasnya, saya pilih nasi hainan. Nasi yang jamak jadi sajian di Singapura itu saya kombinasikan dengan jamur crispy, “sate ayam,” dan gohiong.
Bagi saya, nasi hainannya kurang lembut. Tapi, lauk pauknya begitu lezat. Jamur crispy sesuai apa kata teman saya, enak dan renyah. “Sate ayam” nabati dengan siraman saus kacangnya pun nggak kalah nikmat. Dipanggang sedemikian rupa, dagingnya empuk dan rasanya khas. Gohiong, yakni jamur dilapisi kulit tahu, juga patut dicoba. Kuahnya punya cita rasa kuat. Lezat sekali bila dipadukan dengan nasi yang masih mengepul.
Selain makanan yang saya coba, masih banyak menu vegetarian lainnya di Kharisma, misalnya “ikan,” sayuran, “rendang, “telur” balado, tempe orek, “ayam crispy” cabai hijau, saus tiram, pempek, dll. Di akhir pekan bakal ada beberapa menu spesial seperti lo mi atau nasi kuning. Semuanya segar dan menggugah selera.
Bagi saya, Kharisma seperti warteg bersertifikat vegetarian. (Kenyataannya, Kharisma memang punya sertifikat vegetarian yang dipampang di warung.) Bukan cuma karena tempat atau penataan makanannya—atau namanya yang persis seperti warteg legendaris di Jabodetabek yang punya ratusan cabang—tapi juga karena harganya yang nggak jauh beda dari warteg kebanyakan. Untuk bisa sarapan, makan siang, sekaligus makan malam di Kharisma, pelanggan barangkali nggak perlu menghabiskan uang lebih dari Rp25.000.
Pelanggan yang tinggal di sekitar Kharisma, yang malas gerak tapi ingin tetap sehat, juga bisa memanfaatkan layanan pesan antar (delivery service).
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Menggemari perjalanan, musik, dan cerita.