Rumapala dan Cerita Memberdayakan Pala Banda

Pala adalah komoditas yang dahulu pernah mengguncang dunia. Keberadaannya dicari-cari, ditemukan, dan diperebutkan. Jauh sebelum dikenal sebagai Indonesia, Nusantara sudah tersohor kemasyhurannya akan rempah yang merekah. Kepulauan Banda adalah harta dari timur yang paling dicari oleh para penjelajah barat. Kepulauan asal muasal pala ini banyak menceritakan bagaimana pala adalah sumber penghidupan orang-orang Banda yang juga mengundang petaka bagi kepulauan ini.

Meski sekarang pala tidak begitu berharga lagi karena sudah ditanam di berbagai penjuru dunia. Kisahnya memang abadi, namun terlupakan di benak banyak orang. Upaya pemerintah merevitalisasi ingatan akan jalur rempah adalah upaya untuk menghilangkan sifat pelupa kita akan sejarah bangsa. Rumapala adalah salah satu UMKM yang berusaha menjembatani ingatan kita tentang pala Banda, membuat pala menjadi sebuah usaha yang bisa mengingatkan bahwa pala lebih dari sekedar bumbu dapur.

Rani Bustar Rumapala
Rani Bustar/Istimewa

Rumapala adalah salah satu UMKM yang mengembangkan pala sebagai produk utama mereka. Rumapala menjual berbagai produk dari manisan, selai, sirup, hingga sabun. Rani Bustar selaku founder Rumapala mengelola dan memasarkan produk-produknya dibantu oleh Melda, seorang ibu rumah tangga asli Banda yang bersama-sama fokus dalam membangun Rumapala sebagai sebuah brand.

Berawal dari Kegelisahan

Rumapala sebagai suatu UMKM, muncul dari kegelisahan dan kecintaan Rani terhadap Banda. Pulau yang berada di Timur Indonesia ini memang asl tempat pala tumbuh untuk pertama kali dan dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan. Dulu pamor Banda adalah tempat yang indah di timur dan menyimpan rempah-rempah nan ajaib. Sekarang pamor itu seakan pudar. Pala Banda sudah tidak seistimewa dahulu. “Rempah dari Banda kalau di pasaran, sudah tercampur dengan rempah dari mana-mana jadi sudah tidak istimewa,” papar Rani. 

“Selain bijinya, buah pala sendiri ‘kan unik. Teman-teman di Banda, mama-mama, sudah pintar sekali membuat aneka olahan dari buah pala yang biasanya cuma dibuang.”

Limbah dari panen pala kalau diolah bisa menjadi produk yang bernilai, seperti selai dan manisan yang dijual di pasar. Rumapala membantu memasarkan produk asli Banda ini ke seluruh Indonesia. Dengan memasarkan produk dari Banda ke publik, orang bisa lebih kenal dan tahu Banda itu dimana dan bagaimana. 

Visi misi yang diusung Rumapala adalah memperkenalkan Kepulauan Banda yang dulu orang-orang kenal sebagai pulau rempah (spice islands). Kebanyakan orang-orang Indonesia lupa dimana letak Banda, atau mungkin tidak tahu sama sekali. 

“Padahal, sejarah Banda itu luar biasa, bahkan bisa dibilang Banda itu titik nol Indonesia.” 

Rani ingin menumbuhkan kebanggaan masyarakat Banda dan juga kepedulian publik Indonesia secara umum. Rani selalu bersemangat untuk melakukan sesuatu untuk Banda, meskipun hanya hal-hal kecil

Pala dengan Bentuk Berbeda

Pala, yang dikenal sebagai bumbu dapur penguat rasa dan aroma, ternyata berbeda dengan hasil produk Rumapala. Rumapala memproduksi produk-produk seperti sirup, manisan, sabun, dan selai. Olahan pala yang hanya terkenal di Banda kini mulai dipasarkan secara daring. 

“Orang kan taunya biji pala atau bunga pala (fuli atau mace) tapi kalau buah pala yang diolah, tidak banyak orang tahu,” jelas Rani.

“Padahal sebenarnya juga sudah banyak [yang membuat] manisan pala. Biasanya jadi obat tidur alami, karena punya efek relaksasi. Lalu, karena buah pala cepat busuk kalau tidak langsung diolah maka biasanya olahan buah pala banyak ada di daerah dekat perkebunannya.”

Karena sifatnya yang cepat membusuk, olahan pala kerap sulit ditemui di pasaran umum. Olahan pala memang tidak hanya ada di Banda tetapi pala Banda merupakan pala khusus yang tidak ada di tempat lain.

”Spesiesnya pala [yang digunakan] bukan Myristica fragrans seperti yang di Banda. Biji pala [yang digunakan] lonjong tidak bulat. Aromanya pun beda, tentu rasanya juga akan beda.”

Banda tidak dekat kesehariannya dengan kita, tidak seperti pulau-pulau besar Indonesia yang disorot, Banda seakan asing di telinga masyarakat. Letaknya nun jauh di timur dan cerita-cerita kemegahan pala Banda yang sudah tidak ditemui. Banda adalah pusat perdagangan dunia yang kemudian dilupakan.

Tanggapan pasar sejauh ini terhadap produk Rumapala sangat bagus. Menurut Rani, bagi beberapa orang yang sudah mengetahui tentang Banda, produk Rumapala adalah semacam obat rindu. Nostalgic. Bagi yang belum mengetahui Banda kemudian mencoba produk dan ditambah dengan kisah yang disampaikan pada kemasannya, muncul rasa ingin tahu. Semakin ingin tahu maka semakin ingin mengenal lebih dalam. 

“Soal pasar, saya percaya selalu ada niche market yang menginginkan produk ini. Hanya saja karena jarak yang jauh, availability product dan jejak karbon yang ditimbulkan dari produk ini saat ini dikonsumsi tetap perlu diperhatikan. Jadi saya selalu bilang, saya nggak mau jual murah untuk ini. Karena nilai intrinsik produk ini jauh lebih besar daripada nilai extrinsiknya melalui product storytellingnya.”

Harapan dan Rencana Rumapala 

Harapan yang diusung Rumapala sederhana, ada apresiasi yang lebih besar untuk pala dan Banda. Sesederhana ketika orang mengkonsumsi produk Rumapala dan mendapatkan sedikit kisah tentang Banda bisa kemudian lebih memahami dan menghargai sejarah. Lebih jauh lagi, supaya menarik perhatian publik ke timur Indonesia. Karena tinggal di sanalah sumber daya alam yang masih sangat terjaga kelestariannya. 

“Kalo sudah tahu, maka ingin kenal lebih dalam. Kalau sudah kenal dan cinta, pasti kan mau untuk membantu menjaga.”

Banyak sekali potensi rempah di Indonesia belum dikelola dengan benar. Sumber daya dijual dalam bentuk mentah tanpa diolah untuk bisa menikmati added value pada produk negeri sendiri. Alhasil bangsa kita terbiasa menghabiskan sumber daya untuk dijual dan ketika sudah diolah bangsa lain, kita kembali membeli produk tersebut.

Kita sudah terlalu lama menjadi bangsa yang manja. Hanya mengambil sumber daya dan menjual mentah. Tidak terbiasa mengolah dan menikmati added value produknya di dalam negeri sendiri. 

“Harapannya tidak muluk-muluk, hanya ingin lebih banyak mengeksplorasi benefit buah pala dan rempah yang terutama dihasilkan di timur, seperti cengkeh dan kayu manis. Tidak hanya untuk kuliner, tapi saya yakin pasti ada benefitnya juga untuk kosmetik. Clean cosmetic dari rempah timur Indonesia,” pungkas Rani.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

Tinggalkan Komentar