Di antara lengkungan bukit-bukit dan gunung-gunung yang mengepung sebagian wilayah Cianjur Selatan, Jawa Barat, hamparan-hamparan kebun teh turut pula melengkapi panorama, memberikan nuansa hijau alami yang menyejukkan mata dan boleh jadi menentramkan hati. Hamparan-hamparan kebun teh itu bisa kamu temukan, misalnya, di kawasan Takokak dan Sukanagara. Keduanya adalah kecamatan yang berada di sisi selatan Kabupaten Cianjur.
Kalau kalian suka mbolang menikmati panorama alam pegunungan, dan juga suka teawalk, baik sendirian atau pun bareng kawan-kawan se-gank, boleh coba sekali-kali mblusuk ke Takokak atau Sukanagara. Dari pusat Kota Cianjur ke Takokak berjarak sekitar 54 kilometer. Adapun jarak ke Sukanagara dari pusat Kota Cianjur adalah 48 kilometer.
Selain dari pusat Kota Cianjur, Takokak dan Sukanagara dapat diakses dari wilayah Sukabumi. Kawasan Takokak beririsan langsung dengan kawasan Nyalindung, Sukabumi. Dari Nyalindung menuju Takokak sekitar 10 kilometer. Sementara dari Takokak ke Sukanagara berjarak sekitar 29 kilometer.
Kamis (3/11/2022) pagi lampau, saya mencoba menjajal rute Nyalindung-Takokak-Sukanagara. Untuk sampai Nyalindung, dari daerah Sukaraja, Sukabumi, saya terlebih dahulu harus menuju daerah Baros. Dari kawasan Baros inilah, jalan menuju Nyalindung terbentang.
Salah satu yang ikonik dan menjadi penanda penting kawasan Baros yaitu Jembatan Leuwi Lisung—sering juga disebut Jembatan Jubleg. Jembatan ini membentang di atas Sungai Cimandiri. Sebagian angkot yang melayani trayek Jubleg-Nyalindung kerap ngetem menunggu penumpang di atas jembatan ini.
Dari Jembatan Leuwilisung ke arah Nyalindung, jalan cenderung menanjak tipis dan bekelak-kelok. Posisi jalan berada di punggung perbukitan. Secara umum, kondisi jalan relatif lengang. Cuma, permukaan jalannya tak seluruhnya mulus. Di beberapa titik, permukaan jalan didominasi batu dan tanah. Di pagi hari, saat jam masuk sekolah, tak jarang kita dapat menyaksikan sejumlah anak berjalan bareng-bareng menuju sekolah mereka.
Untuk mencapai Takokak dari arah Nyalindung, patokannya adalah Indomaret Nyalindung. Setelah Indomaret ini, ada jalan ke arah kiri. Di mulut jalan, terdapat plang penunjuk arah. Lurus: Sagaranten. Belok kiri: Takokak dan Sukanagara.
Maka, kita ambil jalan ke kiri jika tujuannya adalah perkebunan teh di Takokak dan Sukanagara.
Memasuki jalan yang menuju Takokak-Sukanagara, jalan tampak lebih sunyi jika dibandingkan dengan jalan Raya Baros-Nyalindung. Kanan-kiri penuh oleh lanskap hijau. Ada belukar, padang rumput, kebun, sawah, hutan, juga sejumlah permukiman penduduk, yang tak terlalu padat. Tak ada angkot di jalur ini. Satu-dua motor yang ditumpangi warga melaju kencang. Terkadang terlihat juga truk atau mobil bak terbuka.
Setelah beberapa kilometer merayapi jalan, akhirnya saya sampai di perbatasan Takokak-Nyalindung. Ada sebuah tugu sederhana yang menjadi batas wilayah. Di kanan depan saya, tampak sebagian perkebunan teh. Luas wilayah Kecamatan Takokak adalah 14.216,47 hektare. Berada di ketinggian rata-rata 1.167 meter di atas permukaan laut. Dengan demikian, cukup ideal bagi budidaya tanaman teh.
Saya beristirahat sebentar tak jauh dari kebun teh, sembari memastikan posisi saya lewat fasilitas Google Maps. Dari fasilitas Google Maps pula saya ketahui di depan saya, setelah Kantor Kecamatan Takokak, terdapat Danau Cigunung. Dan setelah Danau Cigunung, jika saya meneruskan perjalanan, saya akan sampai ke Perkebunan Teh Ciwangi, Sukanagara.
Lantaran penasaran, dan melihat cuaca cerah, saya putuskan meneruskan perjalanan.
Mendekati Kantor Kecamatan Takokak, denyut kehidupan tampak lebih terasa. Suasana lebih ramai. Ada sekolah, toko-toko, sejumlah instansi di kanan-kiri jalan yang saya lewati. Setelah melewati pusat Kecamatan Takokak, suasana kembali relatif sunyi. Sampai akhirnya saya tiba di depan Danau Cigunung. Lokasi danau ini berada di kiri jalan, jika datang dari arah Kecamatan Takokak. Luasnya lima hektare dan dikelilingi hutan pinus. Di seberang Danau Cigunung berjejer beberapa warung, yang pengunjung dapat mampir di danau untuk sekadar beristirahat sembari ngopi atau ngemil.
Saya sempat ambil gambar Danau Cigunung beberapa kali, sebelum meneruskan perjalanan. Hutan kecil, kebun, rumah-rumah penduduk kembali saya lewati, hingga setelah sebuah mushala, saya mendapati sebuah plang agak kusam. Tertulis di plang itu: PT Lamteh. Perkebunan Ciwangi Cianjur. Gelondongan-gelondongan kayu teronggok di pinggir jalan kebun teh. Entah siapa empunya. Suasana hening. Tidak ada aktivitas apa pun.
Mereka yang suka keheningan atau mereka yang kepingin sedikit menjauh dari kebisingan maupun hiruk pikuk kota sembari memanjakan mata dengan menikmati lanskap hijau hamparan pohon teh, saya pikir kawasan kebun teh Ciwangi cocok untuk dijadikan pilihan. Setelah bergerak beberapa puluh meter memasuki perkebunan teh, saya berhenti sembari menjeprat-jepret kamera ponsel untuk ber-selfie dan mengambil gambar panorama sekitar.
Dari tengah-tengah kebun teh, saya arahkan pandangan ke sisi timur laut, menatap lapisan perbukitan nun jauh di depan saya. Perkiraan saya, di balik bukit-bukit itulah, pusat Kecamatan Sukanagara berada.
Kembali ke Google Maps, saya ketahui dari tempat saya berdiri menuju Kecamatan Sukanagara masih sekitar 20 kilometeran. Saya lihat langit di sisi timur, selatan, dan barat, yang semula cerah, terlihat mulai mendung. Saya khawatir terjebak hujan. dan memutuskan bergegas kembali ke Sukaraja, Sukabumi.
Di tengah perjalanan, beberapa kali saya mendengar nyaring suara halilintar. Saya berharap hujan tidak segera turun. Tapi, toh harapan tinggal harapan. Langit justru semakin gelap. Sekitar 17 kilometer sebelum Pasar Sukaraja, Sukabumi, hujan deras turun tak terbendung.
Saya buru-buru menepi untuk berteduh di sebuah emperan warung yang tutup. Dalam hati, saya mengucap syukur karena beruntung hujan deras itu tidak turun selagi saya tengah berada di kebun teh atau di tengah-tengah hutan.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.