Travelog

Membersamai ‘Outing Class’ ke Mini Zoo Geyer dan Peternakan Lactasari

Kamis, 15 Desember 2022, saya ikut membersamai anak-anak kelas A Raudlatul Athfal Islam Terpadu (RAIT) Ilma Nafia Godong—sekolah TK yang saya kelola—outing class ke Mini Zoo Geyer dan Peternakan Sapi Perah Lactasari. Outing class diadakan dalam rangka puncak tema binatang. Tujuannya, memperkenalkan secara langsung kepada anak-anak beraneka ragam satwa yang ada di alam sekitar.  

Setelah mengenal, anak-anak diharapkan dapat memperlakukan aneka satwa itu dengan baik, dengan penuh kasih sayang, sesuai dengan karakter masing-masing satwa. Juga, dapat mengenal aneka satwa berikut beragam karakteristik dan pesonanya.

Mini Zoo Geyer dan Peternakan Lactasari dipilih karena dua destinasi itu terjangkau secara jarak dan dirasa mencukupi untuk pengayaan pengetahuan anak terkait beragam satwa. Kami berangkat pagi sekitar jam 08.00 menggunakan empat mobil Elf Long yang masing-masing berkapasitas 19 orang plus sopir. Berangkat dari halaman sekolah yang beralamat di Jalan Moch. Kurdi No. 27B, Desa Bugel, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

  • Mini Zoo Geyer
  • Peternakan Lactasari

Destinasi pertama yang kami tuju adalah Mini Zoo Geyer yang terletak di Desa Geyer, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan. Mini Zoo Geyer adalah sebuah kebun binatang mini yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Geyer. Lokasinya berada tak jauh dari Balai Desa Geyer, hanya berjarak sekitar 50 meter.   

Mini Zoo Geyer baru dirintis tahun 2019. Disebut mini zoo karena koleksi satwa di kebun binatang ini memang sangat terbatas. Jenis koleksi satwanya bisa dihitung dengan jari. Selain rusa dan burung merak—yang menjadi semacam daya tarik utama kebun binatang mini ini, juga ada musang, iguana, ikan koi, burung hantu, burung kakatua, dan kelinci. Di kebun binatang mini ini mengoleksi dua jenis rusa, yaitu rusa timor dan rusa totol. 

Asyiknya Memberi Makan Rusa di Mini Zoo Geyer

Sesampai di Mini Zoo Geyer, anak-anak terlebih dahulu berfoto bersama sebelum kemudian mengeksplorasi melihat-lihat aneka satwa yang ada di kebun binatang mini. Salah satu yang membuat anak-anak senang dan antusias adalah memberi makan rusa. 

Pakannya disediakan oleh beberapa penjual di kompleks mini zoo berupa sayuran kangkung. Tidak gratis alias harus membeli. Jadi, untuk bisa memberi makan rusa, anak-anak atau pengunjung terlebih dahulu harus membeli kangkung dengan harga Rp1.000 per satu ikat. Anak-anak tampak senang dan antusias. Apalagi rusa-rusa yang diberi makan juga tampak lahap memakan kangkung-kangkung yang disodorkan. 

  • Mini Zoo Geyer
  • Mini Zoo Geyer
  • Mini Zoo Geyer

Momen lainnya yang membuat anak-anak senang adalah ketika melihat burung merak mengembangkan bulu ekornya menyerupai kipas, tampak indah. Burung merak koleksi Mini Zoo Geyer adalah jenis burung merak hijau (Pavo muticus) yang memiliki bulu yang indah berwarna hijau keemasan.  

Koleksi yang terbatas pada akhirnya menjadikan tak banyak satwa yang bisa dieksplorasi oleh anak-anak. Namun apa yang diperoleh anak-anak atau pengunjung lainnya sepadan karena mini zoo ini merupakan destinasi yang gratis.

Pengelola tidak memungut biaya tiket masuk. Pengunjung hanya perlu membayar tiket parkir motor atau mobil untuk bisa menikmati koleksi satwa di kebun binatang mini yang berada di lahan seluas 3.000 meter persegi itu. 

Momen-momen Seru di Peternakan Lactasari

Setelah dari Mini Zoo Geyer, rombongan outing class bertolak menuju ke Peternakan Lactasari yang berada di Jalan Purwodadi–Pati No. 71, Dusun Sanggrahan, Desa Getasrejo, Kecamatan Grobogan, Kabupaten Grobogan. Peternakan Lactasari merupakan peternakan sapi perah aktif yang dirintis oleh Budi Handoyo pada sekitar tahun 1940.  

Sempat terhenti beberapa tahun saat pendudukan kolonial Jepang, kemudian aktif kembali setelah kondisi aman. Brand Lactasari sendiri baru digagas dan disematkan pada produk olahan susu sapi yang dihasilkan pada tahun 1980 saat peternakan dipegang oleh generasi kedua, yaitu Tjandramukti—yang juga dikenal sebagai penemu varietas Kedelai Grobogan. 

Tahun 2004, pengelolaan peternakan Lactasari beralih ke generasi ketiga, yaitu pasangan Adi Wijaya–Sandra Dewi hingga saat kini. Pasangan suami–istri inilah yang dengan ramah menyambut kedatangan rombongan outing class kami. Keduanya mengajak anak-anak dan guru pendamping ke lokasi peternakan di mana sapi-sapi perah itu berada. 

  • Peternakan Lactasari
  • Peternakan Lactasari
  • Peternakan Lactasari

Di peternakan Lactasari, banyak momen-momen seru yang dirasakan oleh anak-anak, tercermin dalam ekspresi mereka yang riang dan penuh semangat, di antaranya saat memberi makan sapi, melihat para pekerja memerah susu, dan melihat anak-anak sapi yang masih imut sekaligus memberinya makan. Peternakan Lactasari—sebagaimana namanya—memang juga menernak sendiri sapi-sapi perah yang nantinya diproyeksikan menggantikan sapi-sapi perah yang tidak lagi produktif menghasilkan susu.

Masih dalam satu kompleks peternakan sapi, anak-anak dibawa ke sebuah ruang semi terbuka yang ternyata di dalamnya juga menyimpan banyak binatang yang membuat anak-anak penuh antusias melihat dan mengamatinya. Antara lain ada tokek leopard, tikus Jepang, ular air, lobster, ikan, kura-kura, angsa, ayam, dan burung.  Di ruang itu, anak-anak juga bermain penuh seru, yaitu bermain pasir vulkanik (pasir gunung), serta pasir silika dan pasir Bali (pasir laut).

Di ruang itu pula, pasangan suami–istri, pengelola peternakan Lactasari itu, mengajak anak-anak belajar secara asyik tentang seluk beluk sapi lebih dalam, antara lain tentang jenis-jenis sapi yang ada banyak jenisnya, fakta lidah sapi yang bisa menjulur sampai ke hidungnya, simulasi memerah susu sapi, dan sulapan susu alias percobaan sains dengan susu, serta menyanyikan lagu susu Lactasari. 

Momen-momen seru di peternakan Lactasari ditutup dengan sesi foto bersama. Kemudian rombongan outing class pun bertolak pulang. Anak-anak telah mengguratkan kesan dan mengantongi sejumlah pengetahuan baru tentang aneka satwa di outing class kali ini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia

Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Menjajal Joging ‘Track’ Baru Lapang Merdeka