Travelog

Menjajal Joging ‘Track’ Baru Lapang Merdeka

Satu, dua, tiga, go! Seorang pria berpakaian olahraga berteriak memberi aba-aba kepada sekelompok remaja untuk berlari mengelilingi Lapang Merdeka, Sukabumi, Sabtu pagi, awal Oktober 2022 lalu.

Begitu aba-aba selesai diucapkan, segera remaja-remaja itu berlari berhamburan, mengelilingi lapang untuk beberapa kali putaran. Mereka adalah para siswa salah satu sekolah menengah di Sukabumi, yang pagi itu sedang melakukan praktik olahraga. Adapun sang pria yang memberi aba-aba adalah guru olahraga mereka.

Sabtu pagi itu adalah kali pertama saya kembali melongok Lapang Merdeka. Gara-gara pandemi panjang COVID-19, hampir dua tahun saya tidak menyambangi Lapang Merdeka. Saat pandemi COVID-19 sedang gawat-gawatnya, Lapang Merdeka tertutup untuk publik. Dan selama penutupan itu, pihak Pemerintah Sukabumi memanfaatkannya untuk melakukan renovasi, yang rampung pada Januari 2022.

Hasil renovasi membuat Lapang Merdeka terlihat lebih fresh dan kinclong. Joging track yang dulu berupa beton yang di sana-sini telah mengelupas, kini berganti dengan rubber track yang empuk dan rata. Tatkala saya mencobanya, terasa sekali keempukannya, membuat lebih nyaman pada saat kita berlari ataupun sekadar berjalan di atasnya. 

Selain track joging yang baru, kini Lapang Merdeka menyediakan pula track roller khusus untuk mereka yang ingin bersepatu roda atau sekadar mengayuh sepeda mengelilingi lapangan.

Tak usah khawatir bagi mereka yang tak memiliki sepatu roda, karena kita bisa menyewanya dari  tukang sewa sepatu roda yang mangkal di lapangan ini. Begitu juga dengan sepeda. Di sisi selatan dan sisi utara kita dapat temui tukang sewa sepeda. Tinggal pilih saja, mau sepeda lipat, BMX atau sepeda gunung.

Namun, tak semua  yang datang ke sini untuk berolahraga. Sebagian lagi, datang hanya untuk duduk-duduk santai sembari cuci mata di bawah rindangnya pepohonan yang mengelilingi lapang ini. Ada juga yang datang ke lapang ini sekadar rehat sejenak setelah mengunjungi sebuah tempat di pusat Kota Sukabumi. 

Pagi itu, saya melihat beberapa keluarga muda yang sengaja membawa anak-anak mereka untuk berjalan-jalan di Lapang Merdeka. Beberapa anak kemudian menyewa sepeda. Adapun beberapa anak lainnya memilih untuk mewarnai gambar pada gabus putih. 

Gambar yang sudah  beres diwarnai boleh dibawa pulang. Untuk mewarnai gambar ini, mereka membayar Rp15.000. Gambar yang diwarnai bermacam-macam. Ada hewan, tumbuhan, pemandangan maupun tokoh kartun. Anak-anak bebas memilih.

Mewarnai Gambar
Mewarnai Gambar di Lapang Merdeka/Djoko Subinarto

Kelar mencoba lari di atas rubber track beberapa keliling, saya pun menepi. Berjalan ke arah sudut selatan Lapang Merdeka, saya temui tugu peresmian Lapang Merdeka. Di dinding tugu itu tertulis: “Lapang Merdeka dan Alun-alun Kota.

Sukabumi adalah ruang publik terbaik, ruang demokrasi warga, dan ruang ekspresi budaya. Selamat menikmati kebahagiaan. Salam cinta dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.”

Di bawah tulisan tersebut tertera nama dan tanda tangan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi.

Wajah baru Masjid Agung

Selain Lapang Merdeka, renovasi juga dilakukan terhadap Masjid Agung Sukabumi, yang letaknya persis di sebelah selatan Lapang Merdeka dan berseberangan dengan Kejaksaan Kota Sukabumi.

Pagi menjelang siang, beres menjajal joging track baru Lapang Merdeka, saya menyambangi pula Masjid Agung Sukabumi. Kini, Masjid Agung Sukabumi terlihat lebih elegan dan lebih menonjol. 

Dari jalan Alun-alun Utara, terlihat jelas kubah masjid berwarna keemasan. Terlihat pula ornamen senjata khas Jawa Barat yakni kujang di setiap menaranya. Konon, ornamen kujang ini bermaksud untuk menunjukkan ihwal adanya perpaduan antara Islam dengan budaya lokal.

Setelah renovasi, halaman depan Masjid Agung Sukabumi terlihat pula kian lapang. Beberapa anak memanfaatkan halaman depan masjid ini, terutama yang ditumbuhi rumput, untuk bermain kejar-kejaran.

Sementara itu, para orang tua duduk-duduk di bawah naungan pohon rindang di sekitar halaman masjid, yang juga dipakai mangkal oleh sejumlah pedagang makanan dan minuman. Tampak ada seorang pria yang bahkan tertidur nyenyak di bawah pohon mahoni, di sisi timur halaman masjid, yang tak jauh dari trotoar.

Saya melihat seorang badut karakter berjalan mengelilingi halaman masjid, dari ujung barat ke ujung timur dan kemudian balik lagi ke ujung barat. Sambil berjalan, ia mengasong-ngasong wadah plastik berkelir hijau kepada orang-orang yang ada di sekitar halaman masjid. Sejumlah anak membuntuti sang badut. Ada beberapa anak yang memberikan uang recehan kepada badut itu sembari mengajak tos.

Badut di depan Masjid
Badut di depan Masjid Agung Sukabumi/Djoko Subinarto

Setelah berkeliling, sang badut kemudian duduk sejenak di sisi barat halaman masjid. Mungkin ia sedikit kelelahan. Ia melepas bagian kepala badut yang dikenakannya sehingga menampakkan wajah aslinya. Badut itu ternyata seorang ibu. 

Ia menyeka keringat di wajahnya dan terlihat menghela nafas dalam-dalam. Sesaat kemudian, ia kembali mengenakan  bagian kepala badut dan bergegas pergi ke arah selatan Masjid Agung Sukabumi.

Masjid Agung Sukabumi saat ini merupakan masjid paling besar dan tertua di Kota Sukabumi. Sejumlah literatur menyebut masjid ini didirikan pada sekitar tahun 1890.

Hingga kini, Masjid Agung Sukabumi sudah mengalami renovasi sekurangnya tujuh kali, yakni tahun 1900, 1936, 1945, 1975, 2004, 2012, dan 2021. Karena lokasinya berada di Kecamatan Cikole, Masjid Agung Sukabumi ini kerap pula disebut sebagai Masjid Cikole.

Bersama Lapang Merdeka, Masjid Agung Sukabumi telah menjadi ikon penting Kota Sukabumi. Keduanya menjadi saksi pertumbuhan dan perkembangan Kota Mochi ini.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.

Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Wisata Regeneratif, untuk Apa?