Betul juga kata orang, jika tidak direncanakan, liburan justru akan lebih berkesan.
Kunjungan kami ke Sidamanik, sebuah kecamatan di Provinsi Sumatera Utara, bisa dibilang tanpa rencana. Memang, papa terlebih dahulu ada rencana pergi kesana karena ikut dalam acara kumpul karyawan yang diadakan oleh kantor, katanya mau trabas-trabas, atau dalam bahasa gaulnya balapan, ala ala off-road.
Sambil mengemas baju, celana, sepatu dan helm khusus untuk off-road, papa kemudian bertanya, “Bagaimana kalau ikut ke Sidamanik saja besok Kak, sambil nonton Bapak trabas-trabas?”
Sejujurnya aku belum pernah ke Sidamanik, jadi langsung kubuka internet mencari tahu ada apa disana, maklum aku suka jalan-jalan jadi tawaran semacam ini memang agak sulit ditolak.
Melihatku masih asik memegang handphone, papa kemudian kembali berkata “Ayo ikut saja, acaranya di perkebunan teh, tempatnya bagus kok bisa foto-foto.” Pernyataannya membuatku tertawa. Akhirnya ajakan papa aku iyakan, dan kami berangkat ke Sidamanik di keesokan harinya.
Perjalanan dari Kota Medan ke Sidamanik memakan waktu sekitar 4 jam menggunakan tol, maka dari itu kami berangkat pagi-pagi buta supaya bisa sampai di lokasi trabas-trabas pada pukul sembilan pagi. Sebelum ada jalan tol, perjalanan Medan – Siantar mungkin bisa memakan waktu 7 jam atau lebih.
Betul juga kata papa, lokasi perkebunan teh ini sangat keren, sepanjang mata memandang kita disuguhi dengan pepohonan teh yang hijau nan rapi dan terawat. Udara juga sangat sejuk, cocok sekali dinikmati sambil minum teh dan Indomie rebus.Sembari menunggu papa dan karyawan lainnya trabas-trabas, kami memutuskan untuk menyewa ATV untuk mengelilingi perkebunan teh. Rupanya, perusahaan perkebunan di sini memberikan izin bagi masyarakat untuk mengelola perkebunan sebagai objek wisata, maka tidak jarang pula pengunjung menemui saung, warung makan, dan penyewaan ATV di tengah-tengah perkebunan. Biaya sewa ATV ini pun terbilang murah, hanya Rp50.000 per 30 menit, sudah cukup untuk merasakan sensasi berkeliling kebun teh layaknya tuan tanah. Setidaknya itu yang aku bayangkan selama mengendarai motor.
Setelah puas mengelilingi kebun teh, kami pun memutuskan untuk kembali mencari tempat wisata lain di Sidamanik sambil menunggu rombongan offroad kembali ke pos. Belum sempat browsing tiba-tiba supir kami berkata “Ayo Shara, kita lihat pabrik teh, ada teman saya kerja di sana.”
Pas sekali pikirku, sudah lama aku penasaran melihat proses pembuatan teh. Maklum, setiap hari selalu dibuka dengan teh panas, tapi sama sekali tidak tahu proses pengolahannya. Untungnya, lokasi kami menuju pabrik teh tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit dengan menggunakan mobil. Lokasi yang kami datangi ini bernama pabrik teh Bah Butong yang merupakan salah satu anak usaha dari PT. Perkebunan Nusantara atau yang akrab disebut dengan PTPN. Perkebunan Bah Butong ini merupakan pusat pengolahan teh terbesar di Asia Tenggara, dengan kualitas teh berstandar dunia yang sayangnya hanya diekspor keluar negeri.
Ketika pertama kali memasuki wilayah pabrik, rasanya seperti membayangkan era kolonial dulu, bangunanya terbilang tua dengan banyak mesin-mesin besar. Memang sepertinya hari ini rejeki kami, baru saja kami memasuki wilayah pabrik, berdatangan truk-truk besar membawa hasil panen teh menuju tempat pengolahan. Selama kami di sana, ada sekitar 4 atau 5 truk berdatangan.
Menurut cerita salah satu pegawai pabrik yang kami temui di lokasi, dalam satu hari ada sekitar 70 ton daun teh basah yang dipanen dan diolah, bahkan sebelum masa pandemi, angka ini bisa mencapai 100 ton daun basah per hari. Biasanya, pabrik ini banyak dikunjungi oleh rombongan anak sekolah baik dari Kota Medan maupun daerah lainnya di sekitar Sidamanik, namun selama pandemi ini belum ada kunjungan rombongan lagi ke Pabrik Bah Butong. Setiap pengunjung akan dapat melihat proses pembuatan teh dari bentuk daun segar hingga bentuk teh yang biasa kita konsumsi. Karena sudah biasa menghadapi rombongan, para pekerja di Pabrik Bah Butong sangat edukatif dan komunikatif dalam menyampaikan informasi mengenai proses pembuatan teh.
Tahapan pertama dalam proses pengolahan teh adalah tahap pelayuan, Hasil panen daun teh segar ini ditebar pada banyak meja untuk dilayukan terlebih dahulu selama satu malam. Dalam tahapan ini juga teh disortir secara manual untuk menghilangkan benalu, batang dan ranting yang mungkin ikut masuk dalam tumpukkan daun teh. Harap maklum, proses panen tidak lagi dilakukan secara manual, melainkan sudah dilakukan secara masif menggunakan mesin.
Setelah dilayukan, tumpukan daun teh ini kemudian dimasukkan kedalam mesin perajang yang juga berfungsi sebagai alat sortir teh berdasarkan kualitasnya. Cacahan yang paling halus berarti kualitasnya tinggi karena murni berasal dari daun khususnya daun muda, semakin kasar hasil cacahan maka kualitasnya semakin menurun karena telah bercampur daun tua dan sedikit batang teh.
Untuk menjamin kualitas teh, setelah dirajang dan dipisahkan, daun teh kembali melalui proses pengayakan guna memisahkan hasil rajangan. Baru, setelah dipisahkan teh kemudian masuk dalam tahapan fermentasi menjadi berbagai jenis teh, sesuai dengan permintaan konsumen.
Pabrik Teh Bah Butong ini memiliki banyak konsumen mancanegara khususnya pasar di Eropa dan Asia salah satunya Malaysia. Pabrik-pabrik ini tinggal memesan ke Pabrik Bah Butong sesuai dengan cara olah yang mereka inginkan, seperti lama fermentasi, derajat panas, lama penjemuran, Bah Butong akan mengolahnya sesuai dengan keinginan konsumen. Bahkan menurut cerita salah satu pegawai, banyak loh brand teh luar negeri memasok bahan bakunya dari pabrik Bah Butong, sayangnya ketika saya rayu untuk membocorkan nama brand-nya si Bapak enggan menjawab. “Rahasia perusahaan,” katanya.
Si bapak bercerita katanya kualitas teh yang dihasilkan di Bah Butong ini kualitas dunia, nomor satu di kelasnya. Lalu bagaimana dengan teh yang sering kita temui di supermarket? Si bapak menjawab “Ah itu mah kualitas paling akhir, yang banyak batang-batangnya, tidak laku di ekspor.” Sedih juga ya, sebagai negara produsen teh terbaik, justru rakyatnya tidak pernah merasakan teh kualitas dunia.
Tetapi jangan sedih dulu pembaca, si bapak tetap memberikan informasi penting, khususnya bagi yang ingin merasakan teh kualitas dunia ini. Dalam beberapa tahun terakhir, pabrik teh Bah Butong memproduksi teh hitam kemasan dengan nama dagang Butong. Teh ini merupakan teh hitam berkualitas tinggi yang sayangnya masih diproduksi dan dipasarkan dalam jangkauan wilayah Sidamanik dan sekitarnya.
Saya sendiri membeli beberapa bungkus, untuk oleh-oleh dan konsumsi sendiri. Setelah di seduh, memang rasanya beda dari teh lain yang kita temui di supermarket. Warnanya lebih hitam, wanginya lebih harum dan rasanya lebih legit. Jadi, jika pembaca memiliki teman atau saudara yang kebetulan tinggal di Sidamanik, silahkan menitip pesan teh ini yang bisa didapatkan di Pabrik Bah Butong secara langsung. Atau, pembaca bisa mencarinya secara online melalui berbagai platform marketplace.
Yang terpenting, jika suatu saat datang ke Sumatera Utara, khususnya ke Sidamanik, jangan lupa mengunjungi Pabrik Teh Bah Butong, apalagi jika membawa banyak anak kecil. Saya yakin pengalaman mengunjungi pabrik teh ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga sangat informatif dan edukatif.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Senang mencari kedai kopi enak, destinasi wisata baru, dan kain tradisional. Sesekali menulis sebagai langkah mendokumentasikan berbagai perjalanan.
kak mau bantu koreksi kalo pabrik teh Bah butong itu bukan di sidikalang tapi di sidamanik, kabupaten simalungun. karna kalo sidikalang itu masih jauh dari sana bahkan melewati beberapa kabupaten dan di sidikalang ga ada kebun teh samasekali.
Halo Selia, terima kasih atas koreksinya. Benar, yang penulis maksud adalah Sidamanik tetapi ada kesalahan pada penulisan nama tempat. Sudah diperbaiki ya. Terima kasih!
Kak izin bertanya kalau saya ingin berkunjung ke pabrik teh nya, Membawa siswa study tour, bagaimana saya bisa mengontak pihak pabriknya ya?