Mojolaban, kawasan yang berdekatan dengan sungai Bengawan Solo ini menawarkan lanskap warna–warni dari bentangan kain-kain pantai yang diproduksi masyarakat. Meski tidak berada di daerah pesisir pantai, Kecamatan Mojolaban eksis sebagai produsen kain pantai selama 20 tahun terakhir.
Pada 2018, Indonesia turut berpartisipasi pada pameran busana berskala internasional dengan mengikuti gelaran acara Intermoda Expo pada tanggal 16 – 18 Januari 2018 di kota Guadalajara, Meksiko. Di antara produk yang dibawa oleh kontingen Indonesia terdapat produk kain pantai buatan Mojolaban. Kerajinan tekstil ini kini mulai mendapatkan popularitas bukan hanya karena kualitasnya, namun juga proses produksinya yang mampu memikat perhatian wisatawan lokal maupun internasional.
Mojolaban sendiri merupakan daerah produktif. Selain memproduksi kain pantai, di sini juga terdapat sentra produksi rumahan lain yang juga sudah dikenal secara global seperti yakni Desa Wirun yang dikenal sebagai produsen kerajinan Gamelan. Selain itu, kawasan Mojolaban juga terkenal sebagai produsen alkohol atau etanol, salah satu industri dengan penjualan skala besar di Indonesia.
Menilik proses pembuatan kain pantai Mojolaban
Proses pembuatan kain pantai atau yang disebut juga kain jumput ini ternyata cukup panjang, mulai dari pewarnaan, pencucian, hingga penjemuran. Bahan yang digunakan untuk pembuatan sarung pantai yaitu rayon putih dengan ukuran panjang 170–200 sentimeter dan lebar 115– 120 sentimeter.
Sebelum proses pewarnaan, kain putih dijemur terlebih dahulu lalu kemudian kain–kain panjang tersebut dibentangkan untuk diwarnai. Proses pewarnaan pun bervariasi, ada yang disablon, ada juga yang diwarnai secara manual hingga membuat pola sesuai dengan motif yang diinginkan.
Sentra industri kain pantai Mojolaban ini menghasilkan sekitar 1800-2000 meter kain setiap harinya, terkecuali untuk musim hujan karena proses penjemuran membutuhkan waktu yang relatif lebih lama sehingga jumlah produksi dikurangi.
Setiap rumah produksi punya tempat penjemuran. Lahan-lahan kosong tadinya lapang hanya ditumbuhi rerumputan, dimanfaatkan sebagai tempat untuk menjemur kain. Kini lahan lapang tersebut jadi lebih berwarna dengan berbagai motif yang ada.
Mojolaban jadi spot favorit fotografer
Saat musim kemarau, kain-kain pantai yang sudah diwarnai mulai dijemur sekitar pukul 8 pagi. Kalau pas musim hujan, ya tergantung dengan cuaca. Nah, tempat penjemuran kain pantai inilah yang akhirnya dijadikan spot hunting foto oleh para fotografer.
Jika ingin memotret, pastikan kamu datang di waktu terbaik yakni saat penjemuran kain di pagi hari pas musim panas. Di waktu tersebut, kamu bisa memotret bentangan kain warna-warni dengan baground langit berwarna biru.
Karena proses penjemuran dilakukan di tanah lapang dan di bawah sinar matahari langsung, jika berkunjung ke sini pastikan kamu mengenakan topi serta pakaian yang dapat menyerap keringat.
Belanja kain pantai di Mojolaban
Selain dapat menikmati proses pembuatan kain pantai, pengunjung juga dapat sekaligus berbelanja kain di sekitar tempat produksi. Harga kain pantai pun cukup terjangkau sekitar Rp15.000 hingga Rp30.000, tergantung motif dan ukurannya. Kain-kain ini biasanya dipotong oleh produsen dan dikirim ke perusahaan yang akan digunakan sebagai bahan baku untuk pakaian.
Produksi kain pantai dari Mojolaban tersebut dijual ke daerah Jogja dan Bali, tak hanya di Indonesia beberapa produsen pun mampu menjualnya hingga ke luar negeri. Pembeli rata–rata pengusaha garmen yang fokus dalam memproduksi busana pantai, yang pada akhirnya kain tersebut menjadi baju maupun celana yang kemudian dipasarkan di berbagai daerah.
Seiring berjalannya waktu, kawasan ini kini menjadi ramai pengunjung baik yang sekedar ingin melihat proses pembuatan kain pantai, atau yang gemar berburu foto.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Fotografer lepas yang tinggal di Solo, Jawa Tengah. Tertarik pada isu lingkungan, sosial, dan budaya.