Jika kamu adalah orangtua, bisa jadi selama satu tahun terakhir ini kamu menjadi saksi anak-anak belajar di ruang sunyi. Mereka hanya ditemani oleh sebuah ponsel yang jadi navigator bagaimana harus mengerjakan tugas pada hari itu. Mereka hanyut dalam sepi dan sibuk menuntaskan pelajaran demi nilai dan tak ketertinggalan pelajaran yang bisa membuatnya menjadi sibuk dibanding hari-hari sebelumnya.
Hari-hari mereka tanpa teman dan kala itu ternyata mau tak mau harus mengedepankan ego, kecuali yang belajar dibimbing orang tuanya anak-anak SD. Tentu, semua itu bukan mereka yang mau, namun keadaan yang memaksa harus begitu.
Bukan hal yang mengasyikkan bagi anak-anak kita, namun itulah yang harus mereka terima. Hal yang tak pernah mereka pikirkan sebelumnya ternyata menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupannya.
Belajar daring atau dalam jaringan tentu bukan hal yang nyaman bagi sebagian pelajar, entah itu pelajar SD, SMP, SMA, maupun mahasiswa. Setuju atau tidak, semua pelajar mesti menerima kenyataan pahit belajar di rumah dengan arahan yang terkadang tak mampu disimak secara baik, kendati ada Zoom Meeting. Karenanya, hanya anak-anak yang bermental baja dan pembelajar saja yang mungkin bisa mengubah kenyataan ini menjadi sebuah hal lumrah untuk dilakukan.
Tanpa ada teman, tanpa ada guru. Apa yang terlihat di layar tak sepenuhnya mengasyikkan hingga tentu saja mengerjakan tugas-tugas dengan cara sendiri lebih asyik dilakoni setiap hari. Sungguh menjenuhkan tapi tak ada pilihan lain yang mesti dihadapi.
Ketika sedang belajar daring, sesekali mereka rehat untuk bermain game atau sekedar nonton video di aplikasi TikTok. Bagi mereka, itu kebebasan yang takkan ada yang bisa melarang.
Jelas di sini kita tak bisa membahas lagi tentang apa itu kedisiplinan karena hal ini adalah nomor kesekian. Dua hal penting bagi anak-anak yang sekolah daring yakni, presesi dan mengerjakan tugas dari guru.
Tak jarang, saya dengar rekan-rekan guru curhat bahwa mereka sulit menerapkan kedisiplinan terhadap siswa didik karena siswa sering mengerjakan tugas pada malam hari. Pada akhirnya, guru harus meluangkan waktu ekstra untuk mendampingi dan mengoreksi tugas yang diberikan.
Tentu saja, perubahan yang terjadi telah membuat sebagian besar anak didik menganggap jika belajar di rumah jelas lebih longgar dibanding belajar di sekolah. Sebuah realita yang tak terbantahkan.
Kalaulah menjadi penulis, penyair, pelukis, dan kreator lainnya, ruang sunyi adalah keniscayaan yang tak terbantahkan untuk menghasilkan karya-karya besar. Tapi apa yang dialami anak-anak yang kini berstatus pelajar? Ruang sunyi bukanlah hal yang mengasyikkan malah telah banyak membuat mereka jenuh. Justru anak-anak yang merasa asyik belajar dalam sunyi untuk bisa meraih nilai yang baik, suasana seperti ini jelas menguntungkan mereka. Mereka yang tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya jelas akan fokus dalam belajar. Anak-anak yang berpikiran seperti ini jelas mereka yang akan mampu belajar daring karena mereka tahu tugas mereka belajar, apapun kondisinya, mau belajar di sekolah atau di rumah, toh mereka tetap harus belajar.
Tak kupungkiri, anak-anak kita sebenarnya jenuh menghadapi kenyataan seperti itu. Tapi apalagi yang bisa mereka tunjukkan sebagai kebanggaan selain belajar dengan baik. Benar memang, secara intelektual mereka yang asyik belajar dalam ruang sunyi akan terasah dan memiliki kemampuan tersendiri di dalam mengatasi persoalan belajar yang dilakukan secara mandiri. Tentu saja ini modal mereka yang tekun dan mau memanfaatkan momentum belajar daring karena mereka menjadi terlatih belajar tanpa bantuan guru, terserah mereka yang sekolah di negeri atau sekolah swasta.
Mereka sedikit berdebar ketika harus melakukan ujian tengah semester atau ujian akhir semester. Tentu saja untuk menuntaskan jawaban-jawaban yang menjadi soal ujian tidak sepenuhnya bisa menyontek dari bahan ajar yang pernah dipelajarinya. Tentu saja di sini pun mereka belajar tentang kejujuran karena walau bagaimanapun kejujuran memiliki peranan penting untuk kemajuan belajar.
Beruntung anak-anak kita selalu mengedepankan hal itu. Sungguh jika mereka menyontek maka akan rugi besar, nilai boleh besar tapi diraih dengan cara curang. Anak-anak itu telah belajar hal itu sejak kecil.
Ketika mereka telah selesai melaksanakan ujian pada akhirnya mereka mendapatkan selembar raport yang dikirim secara daring juga. Raut wajah kedua anak-anak kita gembira menerima kenyataan itu karena lelah mereka terbayar dengan nilai-nilai baik yang mereka dapatkan. Tentu saja selama satu tahun terakhir, jelas semua itu menguras tenaga dan pikiran mereka. Sementara kita melihat kali ini corona bukannya surut tapi makin menggila.
Rasanya pesimis jika bulan-bulan dekat ini sekolah akan segera dibuka.
Jelas banyak anak-anak yang tertinggal dalam proses pembelajaran ini, namun kemudian timbul pertanyaan, apakah akan mengutamakan keselamatan anak didik dengan tetap belajar di rumah atau belajar di sekolah tetapi ada kemungkinan anak-anak terpapar corona? Gamang juga akhirnya kita.
Saat ini anak-anak kita sedang menikmati masa liburannya. Sewaktu PPKM Darurat diberlakukan jelas mereka tak bisa ke mana-mana. Mereka hanya bisa menikmati liburan di rumah saja dan paling ngusilin adik-adik mereka. Kita kadang berpikir sampai kapan anak-anak kita harus selalu belajar di ruang sunyi. Bukankah hal itu akan membuat mereka jenuh dan tak bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya. Tapi sudahlah tak perlu diperdebatkan kita manut saja kepada Pemerintah. Belajar, bekerja dan beribadah dari rumah saja.
Aku dan juga banyak para orangtua yang berkeinginan agar anak-anaknya bisa kembali bersekolah. Tapi saatnya belum tepat anak-anak kita. Tenaga kesehatan masih berjibaku menyelamatkan para pasien yang terpapar COVID-19 dengan varian baru.
Sudahlah, kalian kembali saja belajar di ruang sunyi karena tugas kalian memang belajar. Raihlah prestasi sebaik mungkin sampai kondisinya menjadi normal dan kalian bisa kembali bersekolah bersama teman-teman.
Kapan itu?
Ketika saatnya telah tiba.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.