Jauh sebelum Kemenpar mempromosikan potensi pariwisata Indonesia, sebenarnya wilayah Indonesia dari dulu sudah bikin penasaran para petualang dunia. Bedanya, dulu yang menarik minat sebagian besar dari mereka buat ke sini bukan Bali, Lombok, atau Kepulauan Raja Ampat, melainkan Kepulauan Maluku yang di masa lalu dikenal sebagai Kepulauan Rempah.
Selain buat nyari sumber rempah, ada pula yang tertarik ke Indonesia untuk mendaki puncak-puncak tertinggi, atau karena penasaran sama suku-suku di Indonesia yang kehidupannya beda banget dari peradaban mereka. Penasaran siapa saja petualang dunia yang pernah singgah di Indonesia? Yuk, geser ke bawah!
1. Marco Polo dari Venezia (1254-1324)
Ini bukan Marcopolo merk rokok lho ya. Lahir tahun 1254—kemungkinan di Venezia—pada usia belasan tahun Marco Polo ikut ayah dan pamannya pergi ke Asia. (Marco Polo berasal dari keluarga pedagang. Ia lama ditinggal ayahnya yang berdagang jauh sampai ke Tiongkok.) Nggak main-main, petualangan Marco Polo berlangsung selama sekitar 24 tahun. Kalau ditotal, jarak yang ia tempuh hampir 24.000 km!
Nah, waktu perjalanan pulang dari Tiongkok ke Italia, Marco Polo sempat “tertahan” angin monsun selama lima bulan di Sumatera. Dalam travelognya, Marco Polo mencatat bahwa saat itu ada 8 kerajaan di Sumatera, yang masing-masing punya bahasa yang berbeda. Ialah salah satu orang pertama yang mencatat keberadaan Kerajaan Perlak (Peureulak) yang disebutnya “Ferlec.”
Ia juga menuliskan tentang suku kanibal di pedalaman Sumatera dan hewan-hewan aneh yang ditemuinya. Setelah angin monsun mereda, Marco Polo kemudian melanjutkan perjalanan ke Sri Lanka, India, lalu terus ke kampung halamannya di Italia. Catatan perjalanan Marco Polo—The Travels of Marco Polo—adalah salah satu tulisan yang menginspirasi petualang dunia lain, yakni Christopher Columbus, yang membawa orang Eropa ke Dunia Baru.
2. Ibnu Batutah dari Maroko (1304-1368 atau 1369)
Petualang dunia ini lahir di Tangier, Maroko, dan hidup sezaman dengan Marco Polo. Ia adalah seorang muslim yang taat. Menurut cerita ia sudah hapal Al-Quran pada umur 12 tahun. Semula dia cuma mau ke Mekah. Dari Tangier, ia melintasi Gurun Sahara kemudian terus ke Timur Tengah. Tapi entah kenapa, ia terus saja bertualang. (Sampai-sampai ia akhirnya singgah empat kali di kota suci umat Islam itu.)
Jarak yang ditempuhnya mencapai 120.000 km. Kalau merujuk pada peta sekarang, ia melintasi 44 negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Bikin geleng-geleng kepala, kan? Saking legendarisnya Ibnu Batutah, namanya diabadikan sebagai nama kapal ferry Maroko-Spanyol (Ibn Battuta Ferry) dan nama kafe (Ibn Battuta Café, yang menjual menu hamburger “Ibn Battuta”).
Kapal yang ditumpangi Ibnu Batutah pernah diserang bajak laut di perairan Sumatera. Ia pun terdampar di Aceh yang baru sekitar setengah abad sebelumnya dimasuki Islam. Selama di Indonesia, Ibnu Batutah mencatat bahwa ia sempat singgah di “Muljawa” dan “Tawalisi.” Di mana Muljawa dan Tawalis yang dimaksud sang petualang dunia itu sampai sekarang belum diketahui.
3. Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok (1371-1433)
Petualang dunia yang satu ini berasal dari Tiongkok. Dibanding petualang-petualang dunia lain, barangkali Cheng Ho adalah yang namanya paling familiar bagi orang Indonesia. Jejak-jejak kehadirannya di Indonesia pun sampai sekarang masih dapat ditemui. Di Semarang, untuk menelusuri cerita Cheng Ho, kamu bisa main ke Kelenteng Sam Po Kong yang, konon, sejarahnya ada hubungannya dengan Laksamana Cheng Ho.
Cheng Ho lahir di daerah Yunnan, di masa-masa awal Dinasti Ming. Prestasi-prestasinya membuat Cheng Ho dijadikan sebagai kepala pelayaran, yang salah satu tugasnya adalah mengambil upeti dari kerajaan-kerajaan di Pasifik Timur dan Samudera Hindia.
Nggak main-main, selama tiga puluh tahun karirnya, ia melakukan tujuh pelayaran mengarungi samudera. Konon, tujuh kali pula Cheng Ho singgah di Kepulauan Indonesia. Ia pernah mampir di Samudera Pasai, Cirebon, Semarang, dan Majapahit.
4. Ferdinand Magellan dari Portugal (1480-1521)
Traktat Tordesillas (4 Juni 1494) antara Spanyol dan Portugal membagi dunia baru menjadi dua. Belahan barat jadi milik spanyol, sementara yang sebelah timur punya Portugal. Sebelum jadi pemimpin pelayaran, Magellan pernah jadi anak buah Francisco de Almeida, Wakil Raja Portugis di India. Ia bersama Francisco Serrão—yang akhirnya jadi penasihat Sultan Bayan Sirrullah dari Ternate—juga ikut berpartisipasi dalam penaklukan Malaka. (Tapi kayaknya Magellan nggak pernah nongkrong di Hard Rock Cafe Jonker Street.)
Kemudian, disponsori Spanyol yang penasaran buat nyari rute ke Kepulauan Rempah di Asia lewat barat, tahun 1519 Ferdinand Magellan bersama 270 awak kapal mulai berlayar ke barat melintasi Samudera Atlantik. Setiba di pesisir Dunia Baru, armada Magellan lalu menyusuri pantai timur Amerika Selatan dan mereka jadi petualang pertama yang tiba di Tierra del Fuego, pulau paling selatan di Benua Amerika. Selat yang memisahkan Amerika dengan Tierra del Fuego kemudian dinamakan Selat Magellan.
Lewat Laut Sulawesi, Magellan dan awaknya (yang tinggal 150 orang) juga jadi orang Eropa pertama yang tiba di Filipina. Tapi malang, Magellan akhirnya harus meregang nyawa ditusuk bambu runcing waktu bertempur dengan pasukan Datu Lapu-Lapu dari Mactan. Setelah peristiwa berdarah itu, armada Magellan melanjutkan petualangan ke barat. Dari lima kapal dalam pelayaran itu, hanya satu yang bisa pulang dengan selamat, yakni Victoria—kapal pertama yang mengelilingi dunia. Tragisnya, dari 270 awak yang berangkat, hanya 18 yang bisa kembali menjejakkan kaki di Benua Eropa tahun 1522.
5. Sir Francis Drake dari Inggris (1540-1596)
Francis Drake—dianugerahi gelar “Sir” oleh Ratu Elizabeth I tahun 1581—adalah salah seorang petualang hebat yang namanya jarang disebut di pelajaran sejarah Indonesia. Padahal ia adalah kapten pertama yang berhasil mengelilingi dunia. (Magellan gagal karena terbunuh di Filipina.) Barangkali karena nama Drake lebih dikenal sebagai seorang privateer alias “bajak laut” yang diberi hak oleh kerajaan Inggris buat perang dengan kerajaan saingan.
November 1577, petualang dunia ini berangkat dari Inggris membawa lima kapal, dengan flagship bernama Pelican. (Di tengah jalan nama “Pelican” diganti jadi “The Golden Hind.”) Dari sana, ia ke Cape Verde, terus ke Selat Magellan, kemudian menyusuri Benua Amerika dari selatan ke utara. Dari California ia melintasi Samudera Pasifik dan sempat singgah di Palau.
Di Maluku (akhir 1579) ia memuat kapalnya dengan rempah-rempah—kedatangannya disyukuri oleh Sultan Ternate yang saat itu sedang bermusuhan dengan Portugis. Lalu lewat Samudera Hindia, ia terus ke Tanjung Harapan dalam pelayaran tanpa henti selama 118 hari! Akhir September 1580 Sir Francis Drake dan 59 awak yang tersisa tiba kembali di Inggris.
6. Kapten James Cook dari Inggris (1728-1779)
James Cook adalah seorang kapten di Angkatan Laut Kerajaan Inggris yang pertama kali mencatat soal Australia dan Kepulauan Hawaii. Petualang dunia ini juga memimpin pelayaran pertama mengelilingi Selandia Baru.
Meskipun hidup di masa-masa akhir Era Penjelajahan, nama Kapten James Cook bisa disejajarkan dengan petualang-petualang yang hidup satu-dua abad sebelumnya. Ia adalah kapten pertama yang memetakan—secara detail—pulau-pulau di Samudera Pasifik dari Selandia Baru sampai Kepulauan Hawaii.
Tahun 1770, Kapten Cook pernah singgah selama beberapa bulan di Batavia saat kota itu berada dalam kondisi yang buruk (dinilai sebagai salah satu kota paling tidak sehat di dunia). Di tahun yang sama ia juga pernah mampir di Pulau Timor dan bertemu petinggi Kompeni di sana.
7. Joseph Condrad dari Inggris (1857-1924)
Barangkali Joseph Conrad lebih dikenal sebagai penulis ketimbang petualang. Tapi, faktanya, tahun 1874, saat ia berumur 17, Conrad sudah bergabung dengan armada niaga Inggris. Ia berkeliaran di laut lumayan lama. Pada umur 36 tahun karena ingin serius menulis, ia memutuskan untuk berhenti mengarungi lautan.
Penulis Inggris-Polandia kelahiran Ukraina ini tercatat pernah ke India, Kongo, Singapura, dan Indonesia. Tempat-tempat di Indonesia yang pernah disinggahi Conrad adalah Berau di Kalimantan (empat kali) dan Muntok, kota pelabuhan di Bangka.
Pengalaman-pengalaman selama berlayar bersama armada niaga inilah yang jadi inspirasi dalam novel-novel karya Conrad. Heart of Darkness (1899), contohnya, adalah penggalan petualangannya selama di Kongo. Sebagian cerita Lord Jim (1900) dipengaruhi oleh petualangannya di Berau.
8. Heinrich Harrer dari Austria (1912-2006)
Sudah pernah nonton film Seven Years in Tibet (1997)? Iya, ini Heinrich Harrer yang sama dengan yang diperankan oleh Brad Pitt itu. Film itu sebenarnya diangkat dari bukunya Harrer sendiri, yang berjudul sama, yakni Seven Years in Tibet (1952).
Bukunya itu menceritakan pengalaman Harrer saat terjebak di Tibet antara 1944-1951, saat ia dan Tim Jerman sedang mencoba mendaki Nanga Parbat. Sayang sekali mereka gagal mencapai puncak. Lebih buruk lagi, mereka malah ditahan oleh pasukan Inggris yang saat itu sedang perang dengan Jerman. Meskipun dapat melarikan diri dari kamp Inggris, kecamuk Perang Dunia II dan gejolak politik di Tiongkok bikin Harrer tertahan di Tibet selama tujuh tahun! Selama di Tibet ia menjalin persahabatan dengan Dalai Lama yang ketika itu masih kecil.
Tapi barangkali sedikit yang tahu kalau Heinrich Harrer pernah ke Indonesia. Harrer adalah ketua pendakian pertama ke Puncak Carstensz Pyramid. Ia dan tiga petualang lain berhasil menginjakkan kaki di puncak tertinggi Oseania itu tahun 1962.
Banyak juga ya petualang dunia yang pernah ke Indonesia?
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.