“You write what you read.” Begitu kata pepatah. Membaca adalah sebuah kebutuhan bagi seorang penulis. Jadi kalau kamu ingin jadi penulis, banyak-banyaklah membaca terutama novel perjalanan. Tak terkecuali bagi kamu yang ingin jadi penulis perjalanan. Berikut TelusuRI sajikan 5 novel perjalanan yang barangkali bisa jadi referensimu untuk menulis:
1. The Hundred-Year-Old-Man Who Climbed Out the Window and Disappeared (2009) – Jonas Jonasson
Novel perjalanan kocak yang ditulis Jonas Jonasson ini menceritakan tentang seorang pria Swedia bernama Allan Karlsson yang meloncat dari jendela kamar rumah jomponya di hari ulang tahunnya yang ke-100.
Ternyata, ia baru beberapa saat saja ia menjalani hidup yang stabil dan menetap. Sebelum di rumah jompo, ia keliling dunia—secara tak sengaja. Eropa sudah dijelajahinya, begitu juga Amerika dan Asia. Jadi, kaburnya Allan Karlsson di usianya yang satu abad itu adalah petualangan besar keduanya.
Sebenarnya novel perjalanan ini adalah fiksi sejarah, yang menceritakan peristiwa-peristiwa sejak zaman Jenderal Franco di Spanyol, Perang Dunia ke-2, sampai ke perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, bahkan “perceraian” antara Korea Utara dan Selatan. Semua diceritakan Allan Karlsson kepada kawan-kawan barunya yang ditemuinya di jalan—semacam rekoleksi.
Namun sejarah yang membosankan dibalut oleh Jonas Jonasson dalam komedi, dengan benang merah seorang pria lugu bernama Allan Karlsson. Membaca novel ini, kamu akan merasa sedang bertualang melintasi ruang dan waktu.
2. The Alchemist (1988) – Paulo Coelho
Mungkin banyak orang menganggap novel ini adalah novel filsafat atau spiritual daripada novel perjalanan.
Terlepas dari nilai-nilai spiritualnya, novel ini menceritakan perjalanan seorang penggembala domba dari Andalusia bernama Santiago mengelilingi padang rumput di sekitar Spanyol, terus menyeberang ke Afrika, sampai ke sebuah piramida di Mesir.
Sang penggembala berkelana untuk satu alasan, yakni menemukan personal legend alias alasan keberadaan. Namun, meskipun ia punya satu tujuan, yaitu mencari harta karun yang tertimbun di sebuah piramida di Mesir, dalam perjalanan justru ia belajar dan menemukan banyak hal. Ia mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman, sebab di jalan ia sempat bekerja sebagai penjual kristal dan sebagai penasihat raja.
Namun, ternyata pada akhirnya ia menemukan “harta” itu terpendam justru di tanah kelahirannya sendiri, bukan di piramida. Ini cocok sekali buat kamu yang sedang mencari jati diri.
3. On the Road (1957) – Jack Kerouac
On the Road terinsipirasi dari perjalanan-perjalanan yang dilakukan oleh Jack Kerouac sekitar tahun ‘40-an. Isinya sebagian besar diambil dari perjalanan-perjalanan keliling Amerika Serikat yang ia jalani bersama teman-temannya.
Novel ini diceritakan dari sudut pandang seorang pemuda bernama Sal Paradise yang berkeliaran keliling Amerika Serikat bersama temannya, Dean Moriarty. Mereka adalah bagian dari generasi yang “letih” melihat segala kekacauan yang terjadi di dunia pascaperang dan memilih untuk hidup di jalan.
Dalam lembaran-lembaran buku ini kamu bisa membaca cerita-cerita tentang hitchhiking, menumpang di rumah teman, dan kepalaran di perjalanan. Karena akhir cerita novel ini lumayan mengharukan, sebaiknya kamu menyiapkan sekotak tisu di dekatmu!
4. The Catcher in the Rye (1951) – J.D. Salinger
Ini novel perjalanan legendaris yang katanya bisa mempengaruhi orang untuk melakukan hal yang aneh-aneh—seperti lagu Gloomy Sunday.
Ceritanya tentang seorang siswa prep school di Pennsylvania bernama Holden Caulfield yang dikeluarkan dari sekolah karena nilainya jelek.
Novel perjalanan ini menceritakan durasi waktu yang sebentar saja, hanya beberapa puluh jam, dari mulai ia mengemaskan barang-barangnya di asrama sampai ia di New York, bersiap-siap pulang untuk menjelaskan alasan kenapa ia dikeluarkan dari sekolah pada orangtuanya. Ada cerita ia menumpang kereta api dan menginap di hostel murah dan bertemu dengan orang-orang baru.
Novel ini bercerita dari sudut pandang remaja, penuh kegelisahan, sumpah serapah, dan laku-laku impulsif seorang remaja yang tidak sabar lagi untuk segera menjadi dewasa.
5. Siddhartha (1922) – Hermann Hesse
Meskipun judul novel perjalanan ini adalah nama depan Siddhartha Gautama, dan ceritanya sedikit-banyak merujuk pada sang Buddha, ini tidak menceritakan tentang Buddha.
Siddharta, yang kebetulan lahir di zaman Buddha sudah mulai memperoleh pengikut, yang dilahirkan di lingkungan kasta Brahmana kemudian memutuskan diri untuk mengembara mencari makna hidup. Ia berkelana, hidup beratapkan langit, dan mencari ilmu pada orang-orang yang ditemuinya di perjalanan. Ia belajar pada komunitas-komunitas spiritual seperti pertapa.
Dan, seperti Santiago dalam The Alchemist, sebelum memahami hakikat hidup, ia juga sempat mencicipi kenikmatan-kenikmatan duniawi seperti menjadi kaya sebab ia jadi kepercayaan seorang pembesar. Novel ini singkat, jadi cocok juga untuk dibawa saat jalan-jalan.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Pemutakhiran terakhir: 21/06/18 10:28 WIB
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.
1 Comment