Itinerary

5 Ide “Slow Travel” yang Bisa Kamu Coba Tahun 2020

Banyak yang memprediksi bahwa tahun 2020 ini slow travel bakal jadi tren. Buat yang belum familiar dengan slow travel, kamu bisa nikmati dulu tulisan anggun berikut.

Studi Dickinson dan Lamsdon (2010) menyarikan lima (5) tema dan nilai yang umum dijumpai dalam literatur slow travel, yakni (1) pelan sama dengan waktu yang berkualitas, (2) tentang memelankan (perjalanan) secara fisik demi menikmati apa-apa yang tersaji, (3) sebuah pengalaman berkualitas, (4) pemaknaan dan keterikatan, dan (5) senada dengan ekologi dan keberagaman. Jadi, slow travel bukan sekadar memelankan perjalanan.

Nah, buat kamu yang mau mencoba slow travel, ini ada beberapa ide yang bisa kamu lakukan di Indonesia buat mempraktikkan gaya perjalanan “baru” ini:

Arus mudik lebaran di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, tahun 2000 via TEMPO/Bernard Chaniago

1. Naik kapal Pelni

Menumpang kapal Pelni bakal membuatmu merasakan pengalaman traveling yang lama dan berkesan. Kamu bakal bisa connect dengan banyak orang, terbiasa dengan laut dan cakrawala yang luas, juga berkesempatan menginjakkan kaki di pelabuhan-pelabuhan yang namanya mungkin belum pernah kamu dengar.

Kalau belum pernah naik Pelni, kamu bisa coba naik rute-rute yang dekat dulu, misalnya dari Tanjung Priok ke Belitung. Setelah itu, kalau kamu akhirnya jatuh cinta jalan-jalan naik Pelni, kamu bisa coba rute-rute yang lebih jauh, mungkin ke Papua sana.

slow travel naik kereta api
Sejumlah penumpang di dalam kereta api perintis Cut Meutia di Kreung Mane, Aceh via TEMPO/Tony Hartawan

2. Menjelajah naik kereta api

Mabuk laut? Jangan dulu naik Pelni. Naik kereta api saja dulu. Yang bikin naik kereta api seru adalah kamu berkesempatan melihat tempat-tempat yang jauh dari keramaian jalan raya, soalnya sebagian besar rel kereta api melintas di tengah-tengah persawahan dan perkebunan.

Sayangnya, jalur kereta api yang kompleks baru ada di Jawa. Di sebagian besar wilayah Indonesia lainnya, nggak ada rel kereta. Jika pun ada, jalur kereta api nggak bakal membawamu traveling dari ujung ke ujung pulau.

Ruang tunggu penumpang di Terminal Bus Terpadu Sentra Timur Pulo Gebang via TEMPO/M. Iqbal Ichsan

3. Ngeteng

Buat apa ngeteng kalau naik pesawat lebih cepat—dan mungkin lebih murah? Ya, kalau pertimbangannya cuma cepat dan murah, ngeteng mungkin nggak cocok buat kamu. Tapi, kalau yang kamu cari adalah “kepelanan,” ngeteng adalah salah satu pilihan terbaik.

Alih-alih bepergian dari satu bandara ke bandara lain, ngeteng bakal membawamu dari satu stasiun ke stasiun lain, dari satu stasiun ke terminal, ke terminal bayangan di kota kecil yang belum ada Google Street View-nya, atau kota pelabuhan kecil yang bahkan cuma ditandai dengan titik hitam di peta. Bayangkan saja sendiri berapa cerita yang bisa kamu bawa sepulang traveling ngeteng.

slow travel naik sepeda
Pesepeda Waskita Cycling Club mencoba jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) di kawasan Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat, 17 Agustus 2017 via TEMPO/Rully Kesuma

4. Naik sepeda jarak jauh

Mau traveling sekalian olahraga? Naik sepeda saja. Pelan-pelan, kamu bisa mengayuh pedalmu ke satu tempat yang kamu tunjuk di peta. Kalau lapar, kamu bisa berhenti di warung pinggir jalan. Letih dan mengantuk, kamu bisa cari penginapan kecil atau membuka tenda di tempat sepi.

Tapi, kalau di Indonesia, biasanya sih kamu bakal ditawari seseorang untuk menginap di rumahnya. Menginap di rumah-rumah penduduk—atau kantor polisi, pos ronda, dll.—bakal jadi kenangan berharga yang bakal kamu ingat sampai tua. Siapa tahu sepulang bersepeda jarak jauh kamu dapat semacam pencerahan. Ya, nggak?

Nelayan menyaksikan lumba-lumba (Stenella attenuata) di perairan Pulau Kapota dan Pulau Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, 13 November 2017 via TEMPO/Sakti Karuru

5. Pergi ke sebuah tempat, tinggal di sana, dan berkontribusi

Ada satu praktik slow travel yang juga menarik: pergi ke sebuah tempat, tinggal di sana, dan berkontribusi. Pas di tempat itu, kamu bisa melihat-lihat keadaan dulu. Jika kamu menemukan sebuah persoalan dan merasa mampu untuk berkontribusi membereskan, maka tinggallah di sana dan bereskan. Cuma, masalahnya, nggak semua orang punya waktu luang yang banyak untuk melakukan ini. Atau kamu punya?

Jadi, tertarik untuk mencoba slow travel? Kalau iya, siapkan cuti yang banyak, ya!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *