Berdasarkan UNWTO 2019, kontribusi pekerja perempuan dalam sektor pariwisata sejumlah 54%, tetapi terdapat kesenjangan upah yang cukup tinggi sebesar 14,7% lebih rendah dibandingkan laki-laki. 

Women Tourism Indonesia (WTID) sebagai wadah yang mendukung perempuan untuk aktif dalam kegiatan pariwisata di Indonesia baru ini telah selesai menyelenggarakan kegiatan “WTIDTalk Special: WTIDCamp Graduation” dengan mengusung tema It’s Time for Youth 2 Elevate Women in Tourism.

WTIDCamp merupakan program beasiswa yang diberikan oleh WTID kepada para mahasiswa/i dengan latar belakang pendidikan pariwisata yang bertujuan memberikan bekal kepada para pemuda/pemudi untuk mempersiapkan diri memasuki dunia kerja pariwisata. Kegiatan ini berlangsung selama bulan Oktober 2021 dengan lima kelas intensif dengan tema yang beragam.

Lita Hutapea, Artin Wuriyani, Ulfa Kasim, Varel Vendira, Iriantoni Almuna adalah sederet nama yang menjadi mentor dalam WTIDCamp. Kemudian pada puncaknya, WTIDCamp Graduation yang diadakan pada 30 Oktober 2021 secara daring melalui Zoom dan YouTube Live menjadi penutup rangkaian kegiatan.

WTID sebagai wadah untuk para perempuan mendukung Pariwisata Berkelanjutan

Anindwitya Rizqi Monica selaku Chairwoman Women in Tourism Indonesia (WTID) membuka acara dengan memaparkan misi WTIDCamp sebagai medium untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan dan juga menginspirasi para perempuan Indonesia di bidang pariwisata. Selama WITDCamp, 46 peserta yang berasal dari seluruh Indonesia berkumpul dan belajar bersama mengenai Community Based Tourism, networking skill, sexsual harassment, gender bias, hingga gender mainstreaming dalam promosi pariwisata.

Monica berharap WTID bisa merangkul organisasi dan stakeholders untuk menangani isu-isu kesetaraan gender supaya dapat merancang kebijakan yang ramah gender di industri pariwisata.

Selanjutnya, Maulita Sari Hani sebagai Advisor Women in Tourism Indonesia yang menjelaskan program WTIDCamp yang diharapkan dapat mendukung pariwisata berkelanjutan serta mendukung SDGs dan UNWTO 2050 agent. Ika Kusuma Permanasari yang juga Direktur Manajemen Strategis Kemenparekraf menerangkan bagaimana kondisi pariwisata ketika pandemi yang menurun tetapi membuka peluang lainnya seperti industri kreatif. Terakhir, Sam Upritchard dari Deputy Consul-General Australian Consulate- General in Makassar berpesan mengenai isu pekerja perempuan dalam sektor pariwisata kurang diberdayakan hingga diremehkan daripada pekerja lelaki.

Perempuan memiliki peluang untuk mengubah stereotip gender

Masuk ke dalam acara utama, pembicara pertama adalah Profesor Harriot Beazley, seorang Associate Professor dari University of Sunshine Coast, Australia. Profesor Harriot Beazley merupakan perempuan asal City Bath, Inggris yang saat ini bertempat tinggal di Noosa, Australia.

Profesor Harriot menegaskan bagaimana peran perempuan dalam sektor pariwisata. Saat perempuan berkecimpung dalam dunia pariwisata, perempuan memiliki peluang untuk mengubah stereotip gender. Tentu saja dalam keterlibatannya, perempuan tidak hanya bekerja di posisi bawah tetapi juga bekerja di bagian manajemen. Perempuan dapat saling bersinergi untuk bekerja sama dalam mewujudkan misi tersebut. 

Upaya pengembangan pariwisata dengan melibatkan lebih banyak perempuan di Labuan Bajo

Pembicara kedua adalah Shana Fatina merupakan Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores. Ibu Shana membuka pemaparan dengan mengatakan bahwa upaya pengembangan pariwisata di Labuan Bajo, Flores dengan memperhatikan SDGs. Keunikan alam NTT menjadi salah satu sumber daya yang dijaga dan dimanfaatkan dengan bijaksana untuk memberikan manfaat tidak hanya untuk industri pariwisata Indonesia, tetapi juga menjawab berbagai permasalahan yang ada di masyarakat lokal. Hal ini diwujudkan dengan visi utama dari Labuan Bajo, sebagai “Destinasi Berkualitas Super Premium Berkelanjutan Kelas Dunia”.

Berdasarkan UNWTO 2019, bahwa kontribusi pekerja perempuan dalam sektor pariwisata sejumlah 54%, tetapi terdapat wage gap yang cukup tinggi sebesar 14,7 % lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini membuat Ibu Shania mencoba untuk mengapresiasi dan memaksimalkan peran perempuan dalam industri pariwisata. Kebutuhan lapangan pekerjaan sangat tinggi, termasuk Labuan Bajo. 

Strategic priorities UN Women

Pembicara ketiga ada Irianto Almuna, ia akrab disapa Toni. Saat ini Toni bekerja sebagai Country Program Manager di UN Women Indonesia. UN Women sebagai organisasi di bawah PBB memiliki visi utama untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.

UN Women memiliki empat strategic priorities, diantaranya, adanya kepemimpinan dan partisipasi perempuan dalam ranah pemerintahan, income security bagi perempuan, perempuan bebas dari segala bentuk kekerasan, dan perempuan memiliki hak untuk berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan dan keberlanjutan dalam perdamaian dunia. 

Best Graduates WTIDCamp

Setelah sesi dari ketiga narasumber, acara kemudian dilanjutkan dengan pidato dari best graduates WTIDCamp Batch 2021, Meira Fenderisa, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Fajar Makassar yang juga memiliki latar belakang SMK di bidang pariwisata

Selanjutnya, di penghujung acara, Women in Tourism Indonesia mempersembahkan after movie WTIDCamp Batch 2021 sebagai bentuk apresiasi kepada WTIDScholars yang sudah menyelesaikan seluruh rangkaian acara.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu

Tinggalkan Komentar