Mungkin banyak di antara kamu yang sekarang sudah berada di destinasi-destinasi impianmu untuk merayakan tahun baru. Semula kamu senang, excited. Tapi hari kedua di destinasi-destinasi itu, kamu mulai menyesal dan memutuskan untuk merayakan tahun baru di rumah saja tahun depan. Kenapa?
1. Kamu tekor karena harga tiket bis, kereta, dan pesawat meroket
Semakin tinggi permintaan, semakin mahal pula harga barang. Tak terkecuali tiket bis, kereta, dan pesawat. Harga tiket kereta ekonomi yang biasanya nggak nyampe Rp 200 ribu melambung jadi Rp 300 ribu. Tiket pesawat yang normalnya cuma Rp 300 ribu meroket jadi Rp 1 juta. Padahal dengan uang segitu kamu bisa jalan lebih jauh saat liburan “biasa.” Mending merayakan tahun baru di rumah saja.
2. Kamu kerepotan mencari penginapan
“Ah! Kita go show aja, guys! Ntar di Poppies Lane II pasti bakal dapat penginapan murah. Kalau nggak dapet, kita ke Ubud aja nginep di Monkey Forest,” begitu caramu meyakinkan teman-temanmu. Nyatanya, semua penginapan full, dari mulai kamar sewaan kelas kecoak sampai hotel bintang lima. Karena kamu yang ngajak, teman-temanmu menyalahkanmu karena kalian telantar di Kuta! Akhirnya kamu membatin, “Lebih baik gue tahun baru di rumah.”
3. Kota yang kamu tuju ternyata ramai minta ampun
Biasa lihat Jogja di FTV, kamu pikir bakal menemukan Jogja yang adem ayem dan sepi. Andong dan becak berkeliaran, orang-orang memakai blangkon dan surjan lalu-lalang. Ternyata malah sama saja dengan Jakarta. Jalan macet, manusia di mana-mana, klakson merajalela. Buat foto-foto di Tugu Pal Putih atau plang Jalan Malioboro saja kamu mesti antre karena nggak cuma kamu yang pengen foto-foto di sana. Bukannya rileks, kamu malah stress sendiri. Makanya, 31 Desember 2018 nanti rayakan tahun baru di rumah saja.
4. Niat menyepi di gunung dan pantai, ternyata ramai
“Kita jangan ke Bandung, Jogja, atau Bali. Pasti ramai. Ke gunung aja, yuk? Atau ke pantai?” Siapa bilang gunung dan pantai sepi pas malam tahun baru? Justru sebaliknya: rrrrramai! Tenda di mana-mana, suara gitar dan nyanyian memekakkan telinga, suara kembang api merusak suasana. Hewan-hewan yang rumahnya di gunung saja mungkin males buat di gunung pas malam tahun baru.
5. Sudah dua hari ini kamu kehujanan, soalnya… musim hujan
Karena terlalu bersemangat, kamu lupa bawa jas hujan atau payung. Padahal ini ‘kan musim hujan. Jadilah kamu kebasahan di jalan. (Mana cuma bawa baju pas-pasan.) Mungkin ada alasannya kenapa Desember dipilih sebagai bulan terakhir dalam kalender Gregorian: supaya manusia-manusia di seluruh dunia merayakan tahun baru di rumah.
6. Kamu menyesal karena kalau di rumah kamu bakal bisa punya “quality time” bersama orang-orang terdekat
Di jalan kamu malah bete sendiri. “Tau gini mending tahun baru di rumah saja,” pikirmu. Melihat suasana semrawut destinasi yang kamu kunjungi, kamu mulai membayangkan suasana rumah yang hangat. Kamu bisa nongkrong sama keluarga, ngobrol sambil ketawa-ketawa mengingat kisah-kisah lama…. bakar-bakar jagung. Gimana? Mending tahun baru di rumah, ‘kan?
7. Tanggal 2 Januari 2018 nanti kamu sudah harus masuk kantor lagi
Malam tahun baru kamu ikut berjubel dengan jutaan orang. Kamu ikut teriak menghitung mundur: “5… 4… 3… 2… 1!” Kamu juga ikut tiup-tiup terompet dan membakar kembang api. Tapi, setengah jam kemudian orang-orang mulai pergi dari tempat itu. Wisatawan kembali ke penginapan, orang-orang lokal pulang ke rumah masing-masing. Tinggallah kamu dan teman-temanmu. Kamu melihat jam. Sudah tanggal 1 Januari 2018. Tiket pulang belum beli. Padahal kamu mesti masuk kantor tanggal 2 Januari pagi!