Itinerary

Mau Naik Gunung Musim Kemarau? Jangan Lupakan 5 Benda Berikut

Sebelum berangkat mendaki musim kemarau, mending kamu persiapkan dulu lima benda berikut:

1. Topi rimba

Perlengkapan mendaki musim kemarau pertama yang nggak boleh dilupakan adalah topi rimba. Matahari musim kemarau sinarnya terik banget. Makanya kamu perlu sesuatu untuk melindungi kepala.

Sebenernya kamu bisa saja pakai topi bisbol. Cuma, topi bisbol gampang banget tertiup angin, soalnya ‘kan nggak punya tali kayak topi rimba.

2. “Water bladder”

Salah satu tantangan mendaki musim kemarau adalah manajemen air minum. Kalau nggak pintar-pintar mengelola air, bisa-bisa kamu kehabisan minum di tengah jalan.

Supaya konsumsi airmu terkontrol, sebaiknya kamu menggunakan water bladder. Kalau pakai water bladder, jumlah air yang kamu habiskan kemungkinan besar bakal kebih sedikit.

3. Kacamata hitam

Nggak kayak musim hujan yang lebih sering mendung, pas musim kemarau kemungkinan besar langit bakalan cerah banget tanpa awan. Cahaya matahari bakal langsung sampai ke matamu dan bikin silau.

Makanya jangan lupa bawa kacamata hitam pas mendaki musim kemarau. Nggak perlu yang mahal-mahal. Yang murah-murah aja, yang penting berfungsi.

4. “Buff”

Mendaki musim kemarau, kamu bakalan akrab sama debu. Setiap langkah yang kamu ambil bakal memproduksi debu.

Supaya pernapasanmu nggak terganggu, mending kamu melengkapi diri dengan buff yang bisa dijadikan masker. Pasang saja buff di leher. Lalu, kalau jalan jadi berdebu, tarik aja buff ke atas untuk dijadikan masker.

5. Petroleum jelly

Petroleum jelly juga bakal sangat berguna pas musim kemarau. Selain untuk mengatasi lecet-lecet di kulit, petroleum jelly juga bisa digunakan sebagai pelembap kulit supaya nggak melepuh tersengat cahaya matahari.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *