Menikmati Segelas Cendol Elizabeth di Hari Minggu

Bandung memiliki minuman khas dengan nama yang khas pula. Ada bajigur, bandrek, es goyobod, lahang, dan juga cendol. Cendol legendari dinamai cendol Elizabeth. Perintisnya bukan Elizabeth melainkan H. Rohman. Ia mulai mengembangkan usaha ini tahun 1972. Dulu H. Romahman berjualan di kawasan Jalan Otto Iskandar, Kota Bandung, dekat dengan toko tas Elizabeth yang pemiliknya bernama Eli—seorang keturunan Tionghoa. Maka kemudian  minuman yang satu ini terkenal dengan Es Cendol Elizabeth. Letaknya tak jauh dari Taman Tegallega kira-kira 500 meter ke arah utara. Bahkan sampai saat ini toko tas Elizabeth sendiri masih tetap ada.

Es Cendol Elizbeth yang terletak di jalan Inhoftank
Es Cendol Elizbeth yang terletak di Jalan Inhoftank/Deffy Ruspiyandy

Beberapa waktu lalu saat digelar Piala Eropa 2020 dengan Italia sebagai juaranya setelah mengalahkan Inggris, cendol ini ramai diperbincangkan dalam sebuah anekdot oleh masyarakat Kota Bandung jika Ratu Elizabeth—ratu keluarga Kerajaan Inggris—tak jadi membagikan cendol gratis karena negaranya kalah di Piala Eropa. Ah, aya-aya wae urang Bandung mah (Ah, ada-ada saja orang Bandung ini) karena memang tak ada hubungan Ratu Inggris dengan cendol Elizabeth.

Siang itu setelah berjalan-jalan di bawah cuaca yang panas dan ramai, aku memutuskan untuk menikmati es cendol di Jalan Inhoftank meski sebenarnya aku bisa membelinya di dekat Taman Tegallega.

Untuk menuju ke sana, aku harus berjalan satu kilometer ke arah selatan. Aku terpaksa berjalan karena tidak ada kendaraan yang melintas ke jalan tersebut. Lagi pula kupikir lebih baik jalan kaki saja, supaya ketika menikmati cendol Elizabeth rasanya makin terasa nikmat dan menyegarkan badan. Tentu saja dengan suasana yang sedikit panas, membuat selera minum menjadi naik. Aku pun membayangkan, segarnya butiran cendol ketika masuk ke tenggorokanku. Segar, pasti!

Pengunjung antre untuk memasan cendol dan makanan lain
Pengunjung antre untuk memasan cendol dan makanan lain/Deffy Ruspiyandy

Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB, tepat untuk menikmati segelas es cendol. Aku mencuci tangan di tempat yang disediakan kemudian mengantre ke bagian pemesanan dan selanjutnya dipersilakan mengambil tempat duduk dan meja yang telah disediakan. Lalu, ku buka dua masker yang kugunakan selama perjalanan.

Selain es cendol, di sekitar sini juga banyak pedagang kaki lima yang menjual makanan seperti mie bakso dan jenis makanan lainnya. Namun yang utama dan menjadi menu andalan tentu Es Cendol Elizabeth.

Aku pun memilih meja yang tersedia, sebelumnya sudah dibersihkan pramusaji. Kira-kira lima menit kemudian, pesanan es cendol disuguhkan kepadaku. Dalam gelas itu berpadu cendol, es batu, dan juga gula. Sebentar aku melihat perpaduan ketiganya, kuyakin sungguh menyegarkan! Warnanya kecoklatan, sungguh ingin segera meneguknya.

Terus terang baru kali ini aku bisa menikmati lagi Es Cendol Elizabeth. Kalau diingat-ingat, terakhir aku menikmatinya bersama dua rekanku beberapa tahun lalu. 

Segelas Es Cendol Elizabeth
Segelas Es Cendol Elizabeth/Deffy Ruspiyandy

Rasa manisnya memang khas, cendolnya kenyal, enak. Kupikir satu gelas sudah cukup membayar rasa dahaga. Harga pun relatif terjangkau, satu gelas hanya Rp6 ribu, tidak menguras kocek. Dengan harga yang relatif murah, aku bisa menikmati minuman yang enak, manis dan menyegarkan. Selain bisa dinikmati di tempat, cendol Elizabeth bisa kita bungkus untuk dinikmati di rumah.

Es condolnya sih murah, tapi kalau mau kulineran, jangan lupa menyiapkan bujet yang lebih. Batagor, mie bakso, dan juga es goyobod juga siap mengisi perut. Tinggal pilih saja mana yang sesuai selera. Murah meriah tetapi bagiku itu sungguh lebih dari cukup.

Selain rasa original, tersedia juga rasa nangka dan juga rasa durian. Harga perbungkus berkisar antara Rp20 ribu hingga Rp25 ribu.

Ternyata rahasia cendol Elizabeth ini selain karena pengolahannya yang cukup baik juga dalam proses pembuatannya memakai bahan yang berkualitas. Dari beberapa referensi yang ada, cendol ini menggunakan santan yang kental dan pembuatan santannya menggunakan kelapa yang telah dipilih secara baik.

Selain itu, bahan sagu untuk cendol tersebut sengaja didatangkan dari Kepulauan Riau untuk menjaga kualitasnya, serta gulanya pun sengaja didatangkan dari Cilacap, Jawa Tengah. Pantas saja manisnya benar-benar terasa nikmat di lidah yang menikmati es cendol ini. Juga tak ketinggalan daun suji yang dipakai pun diambil dari kawasan Ciparay, Kabupaten Bandung.

Es Cendol Elizabeth cukup terkenal, tak heran minuman satu ini menjadi salah satu ikon Kota Bandung. Hampir setiap orang yang ditanya soal cendol enak di Bandung, pasti kebanyakan dari mereka merekomendasikan Es Cendol Elizabeth. Maka kalau ke Bandung, mampirlah ke sini. 

Akhirnya kuputuskan untuk melanjutkan perjalanan setelah menikmati segelas es cendol. Setelah itu aku kemudian berjalan dan setelah mendapati jalan BKR aku naik angkutan kota nomor 23 jurusan Cikudapateuh-Ciroyom yang mengantarkanku sampai ke rumah.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Suka jalan-jalan dan kumpul dengan teman-teman. Penulis artikel yang juga suka nulis ide cerita di sebuah televisi swasta.

Leave a Comment