Selain kuliner ikonis dan legendaris, Kudus juga kaya destinasi wisata kuliner yang bisa dijadikan jujugan saat berkunjung ke Kota Kretek ini. Salah satunya adalah Taman Bojana yang terletak di pusat kota, tepatnya di sebelah timur laut Simpang Tujuh (alun-alun) Kudus.
Taman Bojana bisa menjadi pilihan destinasi wisata kuliner. Selain lokasinya yang strategis di pusat kota, di pusat kuliner ini juga berkumpul sejumlah legenda kuliner Kudus. Nama-nama populer, seperti Pak Ramidjan, H. Sulichan, Mbak Mar, H. As’ad, dan Gasasa, bisa dijumpai di pusat kuliner Taman Bojana.
Legenda Soto Kudus
Pak Ramidjan tentu nama yang tak asing di belantika kuliner Kudus. Nama ini termasuk masyhur untuk menu soto kudus. Soto Pak Ramidjan telah mewarnai wajah persotoan Kudus sejak tahun 1950-an.
Soto Pak Ramidjan terletak di Jalan Raya Kudus–Jepara 79A, Purwosari, Kecamatan Kota, Kudus. Letaknya sebelah utara Pasar Jember yang sangat strategis dan mudah dijangkau dari kedua arah. Adapun yang ada di Taman Bojana merupakan cabang sotonya yang diberi nama Soto Bu Ramidjan.
Pun termasuk nama H. Sulichan, yang juga populer di dunia persotoan Kudus. Bahkan bila saya berkunjung ke Taman Bojana saat jam makan siang, kedai H. Sulichan ini terbilang paling ramai.
Menurut cerita, H. Sulichan memulai usaha soto kudus sejak tahun 1968 di pusat kuliner Tosera. Sebelumnya, ia ikut pamannya berjualan soto secara berkeliling sekitar tahun 1950-an. Dari Tosera, H. Sulichan pindah usaha ke Taman Bojana pada 1997 sampai sekarang.
Ada Menu Favorit Bondan Winarno di sini
Di Taman Bojana juga ada nama Mbak Mar. Meski secara jenama tak sepopuler Ramidjan dan H. Sulichan, tetapi Mbak Mar punya keistimewaan pada kuliner khas Kudus lainnya, yaitu nasi pindang.
Meski juga berjualan soto kudus, nasi pindang Mbak Mar lebih menonjol karena (pernah) menjadi favorit pakar kuliner mendiang Bondan Winarno semasa hidupnya. Bondan Winarno menyebutkan nasi pindang Mbak Mar sebagai kuliner khas Kudus favoritnya di buku masterpiece-nya yang berjudul 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia terbitan Penerbit Buku Kompas tahun 2013.
Tak hanya nasi pindang dan soto kudus, Mbak Mar juga menawarkan sup dan bakso kerbau yang menggoda untuk dicicipi. Terutama baksonya, yang menurut saya sangat eksotis.
Saat pertama kali mencicipi bakso kerbau Mbak Mar, saya menemukan sensasi yang berbeda dengan cita rasa bakso pada umumnya. Kuahnya sangat gurih, lebih mirip kuah sup yang diperkaya bumbu.
Pelengkapnya juga lebih kaya dari bakso pada umumnya. Dalam seporsi bakso kerbau komplet, ada tambahan potongan tahu, potongan daging, telur rebus, kubis, bihun, irisan tomat, dan taburan irisan seledri serta bawang goreng. Bola-bola bakso kerbaunya juga bercita rasa lezat karena gurih dagingnya sangat terasa.
Mbak Mar yang bernama lengkap Sumarni merupakan generasi kedua penjual kuliner khas Kudus. Pargi, ayah Mbak Mar, sudah berjualan sejak 1966. Awalnya Pak Pargi, begitu dia akrab disapa, berjualan bakso dan sup. Baru pada 1980, Pak Pargi juga berjualan soto dan nasi pindang khas Kudus.
“Bila pagi bapak saya berjualan soto dan nasi pindang, sore harinya bapak berjualan sup dan bakso,” tutur Mbak Mar.
Tahun 1985, kemudi usaha kuliner diteruskan Mbak Mar hingga kini. Pak Pargi sendiri tutup usia pada 2001. Sebagai generasi penerus, Mbak Mar tetap mempertahankan menu-menu warisan ayahnya: soto, sup, bakso, dan nasi pindang.
Bila ingin merasakan kuliner khas Kudus lainnya, di Taman Bojana juga hadir tahu telur H. As’ad yang dikelola oleh generasi ketiga alias cucu H. As’ad. Jangan lupakan juga garang asem RM Gasasa yang masyhur dan legendaris.
Sejarah Taman Bojana
Menilik sejarahnya, sebelum menjadi pusat kuliner, Taman Bojana dulunya merupakan Gedung Nasional pada tahun 1976. Di lantai dua gedung tersebut dimanfaatkan sebagai tempat perkuliahan Sekolah Tinggi Ekonomi Kudus (STEK)—cikal bakal Universitas Muria Kudus (UMK).
Gedung Nasional kemudian beralih fungsi menjadi gedung bioskop Ramayana. Di bioskop tersebut, setiap 30 September selalu memutar film G30S/PKI dan dijadikan tempat nonton bareng oleh masyarakat Kudus.
Setelah era bioskop selesai karena hiburan masyarakat beralih ke siaran televisi dan munculnya pemutar DVD, tempat ini dialihfungsikan menjadi pusat kuliner. Alih fungsi sebagai pusat kuliner terjadi pada 1997 dan diberi nama Taman Bojana Kudus. Peresmiannya dilakukan oleh Soedarsono, bupati Kudus saat itu.
Para pedagang yang menghuni Taman Bojana merupakan para pedagang yang sebelumnya berjualan di pusat kuliner Tosera di sebelah timur alun-alun atau Simpang Tujuh Kudus. Mereka dipindah ke Taman Bojana karena lokasi pusat kuliner Tosera kemudian dibangun Mal Ramayana.
Sejumlah media menyebut, nama Bojana berasal dari kata “bejana” yang berarti tempat menanak nasi. Sehingga Taman Bojana bisa dimaknai sebagai taman (tempat) makanan-makanan alias pusat kuliner. Namun, hasil penelusuran di Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa) susunan Tim Balai Bahasa Yogyakarta (edisi kedua, 2011) menyebutkan Bojana sebagai “pista mangan énak”, yang bisa diartikan secara bebas sebagai taman tempat orang-orang “berpesta” dengan hidangan-hidangan yang lezat.
Karena sejujurnya, Taman Bojana memang tujuan bagi yang ingin “berpesta” dengan menyantap pelbagai kuliner khas Kudus yang enak dan legendaris. Jadi, bila berkunjung ke Kudus, silakan mampir ke pusat kuliner ini untuk mencicipi beragam kuliner khas Kudus yang sangat menggoda.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia