Rabu, 22 Juli lalu saya mengunjungi Pantai Kuta Mandalika. Pantai dengan pasir berwarna putih seperti butiran merica ini terletak di kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Desa Kuta kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Melakukan perjalanan di masa pandemi rasanya boleh-boleh saja asalkan kita tetap menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
Berangkat dari rumah saya menempuh perjalanan sekitar satu jam. Akses menuju lokasi pastinya sudah memadai sebab, Pantai Kuta menjadi salah satu pantai yang dekat dengan lokasi perhelatan MotoGP 2021. Saat sampai di jalan by pass Bandara International Lombok (BIL) menuju Pantai Kuta perjalanan saya sedikit tersendat. Adanya truk-truk besar yang membawa material untuk pembangunan sirkuit menjadikan perjalanan terasa lebih lama sebab sulit mendahului kendaraan tersebut.
Tiba di sana sekitar pukul 14.00 WITA, lalu lalang pengunjung tak begitu ramai padahal masih dalam suasana libur lebaran Iduladha, rasanya ini kali pertama saya melihat pantai dengan laut berwarna hijau toska ini cukup lengang.
Dari jauh saya memperhatikan pedagang perempuan paruh baya, menggunakan jilbab berwarna ungu panjang menutupi dada sedang menjajakan dagangannya di bawah kaki bukit Kuta mandalika. Wajahnya terlihat tak asing, benar saja ketika langkah kaki saya semakin dekat, saya ingat perempuan itu ialah Riam atau akrab dipanggil inaq Unggul (ibu Unggul), beberapa bulan lalu videonya sempat viral karena berdebat menggunakan bahasa inggris dengan petugas keamanan pantai yang memintanya agar tidak berjualan guna memutus rantai COVID-19.
Semenjak menyaksikan videonya viral, dari sana pula keinginan saya untuk bertemu dengan inaq Unggul secara langsung, dan hari itu tanpa direncanakan, tanpa sengaja saya bertemu langsung dengannya. Senyum ramah nya menyambut saat saya sampai di lapak dagangannya. Di sana saya memesan kelapa muda, sembari membuka kulit kelapa inaq Unggul bercerita beberapa hari terakhir pengunjung memang sepi sehingga pendapatannya pun menurun. Kelapa yang telah ia buka pun merupakan kelapa pertama yang laku setelah dua hari sepi pembeli.
“Ini kelapa pertama yang laku setelah dua hari sepi,” kata Unggul.
Ketika saya menanyakan tentang videonya viral, inaq Unggul pun mengiyakan hal tersebut, ia mengetahui bahwa dirinya viral di Facebook, akan tetapi ia sendiri tidak memiliki akun Facebook, ia menambahkan bahwa teman-temannya memiliki akun Facebook. Unggul bercerita Ia belajar bahasa Inggris dari turis asing yang berbelanja di lapaknya.
Kelapa dari inaq Unggul kemudian menemani saya menikmati keindahan pantai. Angin pantai membawa ingatan saya kembali saat masih berusia kanak-kanak. Pantai Kuta memang selalu menjadi andalan keluarga untuk berlibur. Ombak yang tenang, bukit-bukit besar yang ada di sekitar pantai dan batu besar yang ada di bibir pantai, dulu batu itu menjadi tempat kesukaan kamu untuk foto bersama, sampai saat ini pun demikian, keindahannya masih tetap sama.
Lamunan saya terhenti ketika saya ditawarkan untuk membeli gelang dan mainan kunci khas Lombok. Memang, jika berkunjung ke Pantai Kuta, kita akan mudah menemui anak-anak yang menawarkan kerajinan tangan.
Menikmati pesona pantai Kuta rasanya tidak cukup jika hanya duduk saja. Saya lalu menyusuri keindahannya sambil berjalan kaki. Sesekali, saya memotret beberapa sudut Pantai Kuta. Salah satu yang saya foto yakni suasana Bukit Kuta Mandalika.
Masjid Nurul Bilad Mandalika
Hari itu, sebelum bertolak pulang saya singgah di Masjid Nurul Bilad untuk menunaikan salat Ashar. Lokasi Masjid Nurul Bilad berjarak sekitar 400 meter dari Pantai Kuta. Nuansa tradisional serta modern adalah kesan yang tersirat saat mengunjungi masjid yang diresmikan pada tahun 2017 oleh Presiden Joko Widodo ini. Dari beberapa artikel yang saya baca, bangunan Masjid Nurul Bilad terinspirasi dari Masjid Kuno Bayan, masjid pertama di Lombok yang terletak di Lombok Utara.
Saat memasuki masjid kita akan menemukan miniatur masjid yang menggambarkan secara detail seluruh area masjid. Penerapan protokol kesehatan dalam beribadah juga telah diberlakukan di masjid ini, pengaturan jarak satu meter posisi atar jamaah dengan memberikan tanda silang menggunakan isolasi. Melakukan perjalanan di masa pandemi ada baiknya jika membawa peralatan salat sendiri, khususnya untuk perempuan.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu