Travelog

Mendaki Gunung Merbabu lewat Jalur Suwanting

Sejak dulu pegunungan Indonesia selalu memesona, satu diantara pegunungan-pegunungan yang mempesona itu adalah Gunung Merbabu yang secara administratif terletak di Kabupaten Boyolali, Semarang, dan Magelang. Oleh sebab itu, Gunung Merbabu dapat didaki melalui jalur Selo, Wekas, Chuntel, Thekelan, dan Suwanting.

Jalur yang disebut terakhir merupakan jalur yang baru dibuka pada tahun 2015. Diantara jalur lain, pendakian Gunung Merbabu melalui Suwanting adalah jalur yang paling menarik dan asyik. Menarik karena mengundang rasa penasaran dan asyik karena menyajikan tantangan.

Selain itu, estimasi waktu pendakian jauh lebih pendek dari jalur-jalur yang lain, sementara tantangan yang dihadirkan yakni trek yang memang lebih ekstrim dari jalur-jalur yang lain. Jalur ini terletak di Dusun Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.

Jalur Pendakian Suwanting
Jalur pendakian Suwanting/Akhmad Idris

Jalur pendakian yang usaha dan pesonanya sepadan

Meskipun menyajikan jalur yang ekstrem, jalur Suwanting merupakan jalur yang menyediakan sumber air di beberapa pos selama perjalanan mendaki. Setidaknya, rasa lelah melewati trek diimbangi dengan beban yang tidak terlalu berat karena ketersediaan air di pos-pos selama pendakian. Berbeda dengan jalur Selo yang harus membawa beban berliter-liter air dari basecamp karena air hanya tersedia di basecamp.

Nasihat lama itu memang benar, bahwa tidak ada kemudahan yang tanpa kesulitan dan juga tidak ada kesulitan yang tidak disertai dengan kemudahan. Jalur Selo menjadi jalur favorit para pendaki Gunung Merbabu memang treknya tidak se-ekstrim jalur Suwanting, tetapi tetap memiliki kekurangan dalam urusan ketersediaan sumber air. Begitu pula di jalur Suwanting yang memiliki kesulitan dalam urusan trek yang terjal dengan kontur tipis, tetapi memiliki sumber air yang berlimpah.

Ada tiga pos yang perlu dilalui para pendaki untuk mencapai puncak Merbabu (ada tiga puncak, yakni Puncak Syarif; Kenteng Songo; dan Triangulasi) melalui Suwanting. Di setiap pos, kelelahan pendaki akan terbayar dengan pemandangan yang hanya dijumpai ketika mendaki gunung. Sebut saja, ladang warga setempat yang ditanami tanaman khas pegunungan saat perjalanan dari basecamp ke Pos 1. Kemudian, hutan pinus saat perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2. Jika pendaki dinaungi keberuntungan, maka selama perjalanan akan disapa oleh fauna khas Merbabu seperti lutung, ayam hutan, monyet ekor panjang, dan beragam jenis burung. 

Berfoto bersama
Berfoto bersama teman pendakian/Akhmad Idris

Setelah disuguhi pemandangan yang indah, perjalanan dari Pos 2 hingga Pos 3 para pendaki memasuki ujian yang sebenarnya. Trek menanjak sejauh mata memandang akan menguras tenaga habis-habisan. Jika pendakian dilakukan saat musim kemarau, maka pendaki akan diuji dengan kepulan debu yang menyesakkan napas. Sementara jika dilakukan ketika musim penghujan, para pendaki akan disulitkan dengan trek yang sangat licin. Beruntungnya, jalur ini dilengkapi tali untuk membantu mempermudah pendakian.

Lelah para pendaki akan terbayar saat sudah mencapai Pos 3, sebab dari sana dapat dipandang kegagahan Gunung Merap. Tak hanya view Merapi, pesona hijau tiga sabana sebelum puncak juga menanti. Hamparan hijau ciptaan Tuhan tersebut akan membuat siapapun yang melihatnya sadar, bahwa usaha yang dilakukan memang sepadan dengan pesona yang nantinya didapatkan.

Setelah melewati tiga sabana, sebelum bertemu dengan Puncak Triangulasi dan Kenteng Songo, para pendaki terlebih dahulu bertemu dengan Puncak Suwanting. Dari sana, para pendaki bisa melihat gambaran utuh hamparan hijau tiga sabana yang telah dilewati sebelumnya. Duduk dengan takzim sejenak tak ada salahnya, untuk menikmati ketenangan dan kenyamanan yang ketika pulang nanti akan dirindui kembali.

Triangulasi Peak
Triangulasi Peak/Akhmad Idris

Pesan kehati-hatian

Seindah apapun pegunungan, tetap saja manusia adalah tamu dan harus bersikap selayaknya seorang tamu. Oleh sebab itu, sebelum pendakian dilakukan, para pendaki mendapatkan briefing terlebih dahulu. Satu di antaranya adalah tidak boleh lupa untuk mengucapkan salam ketika memasuki Lembah Gosong di atas Pos 1 dan Lembah Manding di atas Pos 2. Tak peduli itu hanya sekadar mitos atau bukan, anjuran tersebut pada dasarnya memang perlu dipatuhi sebab kandungan pesan kehati-hatian di dalamnya.

Dengan mengucapkan salam, setidaknya para pendaki akan lebih berhati-hati dalam bertindak; berucap; maupun mengambil keputusan. Misalnya saja akan mempertimbangkan jika ingin kencing, karena kencing sembarangan juga akan menimbulkan bau yang bisa mengganggu pendaki yang lain. Sederhananya, keharusan mengucapkan salam tersebut dapat meningkatkan kesantunan dalam bersikap dan kebijaksanaan dalam memutuskan suatu hal. Secara tidak langsung, mendaki Gunung Merbabu via Suwanting dapat membangun karakter seseorang menjadi lebih santun dan lebih bijaksananya. Senada dengan yang disampaikan Aristoteles dalam Nicomachean Ethics, bahwa adab manusia ditentukan oleh lingkungan yang mengelilinginya.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Dosen dan penulis buku "Wasiat Nabi Khidir untuk Rakyat Indonesia."

Dosen dan penulis buku "Wasiat Nabi Khidir untuk Rakyat Indonesia."

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Mendaki Gunung Merbabu di Zaman Kejayaan “Milis”