Meskipun katanya kota-kota di Indonesia sekarang makin sumpek dan nggak enak buat jalan kaki, masih ada lho yang masih asyik buat dijelajahi tanpa menumpang kendaraan. Nih, 9 kota yang ramah pejalan kaki:
1. Yogyakarta
Menginap di Malioboro dan sekitarnya—daerah Sosrowijayan, Dagen, dan Prawirotaman—kamu akan lebih dekat ke bagian Yogyakarta yang enak buat dijelajahi dengan jalan kaki.
Kamu bisa jalan santai ke Tugu, ke Kilometer Nol, atau areal Keraton. Sepanjang jalan kamu bakal menemukan banyak bangunan tua dan bersejarah. Misalnya deretan bangunan pertokoan tua di Jalan Margo Utomo (eks Jl. Pangeran Mangkubumi), Gedung Agung, Benteng Vredeburg, Kantor Pos, Gedung BNI, Keraton Yogyakarta, Istana Air Tamansari, dan lain-lain. Pokoknya seru!
2. Bandung
Pusat kota Bandung juga asyik buat jalan kaki. Trotoar-trotoar lebar di Jalan Braga bisa bikin kamu betah lama-lama di sana. Kalau suka selfie, ini tempat yang pas banget buat nyetok foto narsis. Jalan Asia-Afrika juga seru banget buat jalan. Kalau capek, kamu bisa duduk sebentar di bangku-bangku panjang antik dari besi yang tersebar di pinggir trotoar.
Saking kerennya bangunan-bangunan di Jalan Braga dan Asia-Afrika, banyak film Indonesia yang menjadikan kedua jalan ini sebagai latar syuting. Masih ingat film Madre yang diangkat dari novel larisnya Dewi Lestari? Nah, ceritanya, Toko Roti Tan de Bakker itu ada di Jalan Braga.
3. Ubud
Ubud di Kabupaten Gianyar, Bali, kecil sekali. Pusat kotanya bisa kamu jelajahi dengan jalan kaki. Jalanannya sempit dan diapit trotoar di kedua sisi. Istimewanya, jalanan di Ubud masih teduh banget soalnya masih banyak pohon yang menaungi kedua sisi jalan.
Banyak yang bisa dilihat di Ubud. Sebagai salah satu pusat transaksi benda-benda seni, di Ubud banyak art shop dan galeri lukisan. Di pusat kota, berdampingan dengan pasar tradisional, ada pasar seni tempat kamu bisa keliling-keliling buat nyari oleh-oleh.
4. Malang
Ada dua hal yang bikin Malang cocok buat pejalan yang suka jalan kaki. Pertama, kotanya dingin. Kedua, banyak bangunan tua bergaya art-deco peninggalan Zaman Kolonial yang masih bertahan di Malang. Arsitektur beberapa gereja di Malang juga instagrammable. Foto-foto di sana, kamu bakal disangka foto-foto di Katedral Notre-Dame di Saigon, Vietnam.
Agak sore, kamu main aja ke taman di Jalan Ijen. Ruang terbuka hijau itu sengaja dibikin buat tempat berkumpul warga kota. Banyak tempat duduk di sana. Dari bangku-bangku taman itu, kamu bisa melihat dari dekat bagaimana warga Malang berinteraksi satu sama lain.
5. Padang
Padang, Ibukota Sumatera Barat, juga seru buat jalan kaki. Tapi jangan siang-siang—panas banget! Tunggu agak sore, sekitar jam 3 atau 4, pergilah ke Pantai Padang atau Taplau. Dari Taplau, kamu bisa jalan ke arah utara menuju daerah Muaro, Jembatan Siti Nurbaya, Kota Tua, dan Pecinan.
Dulu daerah-daerah itulah yang jadi pusat keramaian Kota Padang. Tapi sekarang yang tersisa cuma bangunan-bangunan tua yang entah sudah berdiri berapa lama dan muara sungai penuh kapal-kapal nelayan. Agak sore, di Jembatan Siti Nurbaya sudah banyak lapak penjual jagung, pisang, dan roti bakar. Lumayan buat ganjel perut.
6. Bukittinggi
Bukittinggi semasa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dulu, 1948, pernah jadi Ibukota Indonesia selama beberapa waktu sebelum dipindahkan lagi ke Bireuen, Aceh, karena Bukittinggi berhasil direbut Belanda di Agresi Militer II.
Meskipun Bukittinggi berbukit-bukit—jalannya naik turun—kota ini asyik banget buat jalan kaki. Trotoarnya nyaman buat jalan kaki. Hawanya juga dingin sehingga kamu nggak perlu ngeluarin keringat berlebihan. Pemandangannya juga bagus. Dari Panorama, kamu bisa melihat Ngarai Sianok dengan latar belakang Gunung Singgalang. Malamnya, nggak ada tempat yang lebih pas buat nongkrong selain Jam Gadang!
7. Sawahlunto
Kota tambang batubara di Sumatera Barat ini memang sengaja dibangun untuk mendukung pertambangan batubara yang dibuka oleh Belanda di penghujung abad ke-19 dulu. Sekarang, masa-masa jaya batubara sudah lama lewat. Yang tersisa dari kemakmuran Sawahlunto di masa lalu adalah bangunan-bangunan tua di pusat kota.
Pusat kotanya kecil, teduh, dan enak buat jalan kaki. Kamu pasti betah lama-lama nongkrong di sini. Mungkin sampai lupa waktu; sepi, jauh dari hiruk-pikuk nggak jelas ala kota besar.
8. Singkawang
Jalan kaki menelusuri pusat kota Singkawang rasanya seperti bertandang ke lokasi syuting film Ip Man. Singkawang adalah kotanya orang-orang subetnis Khek, karenanya alami saja kalau di areal Pasar Singkawang bangunan-bangunannya mirip seperti yang di film-film kung fu.
Pusat kota Singkawang bakal jadi fotogenik banget saat pagi, sore, dan malam hari. Kalau kamu suka Chinese food, Singkawang adalah surganya!
9. Ende
Kota kecil di jantung Pulau Flores ini adalah tempat Soekarno diasingkan tahun 1934-1938. Konon, Soekarno suka naik sepeda dari rumah mungilnya (sekarang Jalan Perwira) ke bawah pohon sukun dekat pantai untuk berpikir dan merenung. Banyak yang menyebut kalau di bawah pohon sukun itulah konsep dasar Pancasila muncul di pikiran Sang Putra Fajar.
Ende memang enak sekali buat jalan kaki. Kotanya kecil, pemandangannya indah. Untuk jalan kaki di Ende, paling enak sore hari saat matahari sudah miring. Siang hari panas, soalnya Ende terletak di pinggir laut. Udaranya masih bersih sekali. Gelap sedikit, kamu bakal bisa lihat gemerlap bintang di langit.
Jadi, tertarik buat jalan kaki di 9 kota yang ramah pejalan kaki itu?
2 komentar
waaahhh… mauuuuu
Seru 😉