Kedai Kopi Tolu lahir atas kerinduan menikmati kebersamaan dengan keluarga sembari menyeruput kopi lokal (Sumatera Utara) di kampung halaman dan duduk bersama di teras rumah. Di tanah rantau, di antara penatnya ibukota yang semakin menghimpit para pencari secercah kehidupan, kenangan indah akan kampung tersebut memacu semangat untuk membuka kedai kopi yang menyajikan biji – biji kopi pilihan dari Sumatera Utara. Selain itu,kopi dikenal sebagai demokrasi ala akar rumput, mampu menjadi pemersatu semua pihak, dan saya mengharapkan dengan bukanya Kedai Kopi Tolu mampu menyatukan kita semua sebagai “saudara sekopi”.
Pemilihan nama Kopi Tolu didasari dengan latar belakang adat istiadat saya sebagai suku Batak. Dalam bahasa Batak, tolu berarti tiga. Dalam adat istiadat Batak,ada sebuah filosofi yang berbunyi Dalihan Na Tolu, yang apabila diartikan secara bahasa adalah “tungku berkaki tiga”. Karena berkaki tiga, keseimbangan mutlak dibutuhkan, jika ada satu yang kurang, maka tungku tidak akan bisa berdiri tegak. Dalihan na tolu menjadi dasar yang meliputi hubungan kekerabatan (perkawinan dan darah) dalam satu kelompok masyarakat Batak. Dalihan Na Tolu dalam masyarakat Batak diterapkan dalam sebuah konstruksi sosial ke dalam tiga hal: somba marhulahula (sikap hormat kepada keluarga pihak istri), elek marboru (sikap mengayomi perempuan), manat mardongan tubu (sikap berhati-hati kepada yang semarga). Inti ajaran Dalihan Na Tolu adalah kaidah moral berisi ajaran saling menghormati, menghargai dan menolong.
Di dalam keluarga, ada ajaran bahwa perempuan itu layaknya seperti tanah. Tugasnya merawat kehidupan serta menyayangi benih yang tumbuh di dalamnya. Tanah yang harus dirawat, disayangi dan juga dihormati. “Lahir dari seorang Ibu, berpulang ke pelukan Ibu Pertiwi.”
Tolu yang berarti tiga juga menjadi dasar pemilihan biji kopi. Kedai Kopi Tolu menyajikan tiga jenis biji kopi Sumatera Utara terbaik dari tiga perempuan atau tanah yang berbeda dan cita rasa yang berbeda.
Yang pertama, kopi Sidikalang. Sesuai namanya, kopi Sidikalang merupakan kopi yang berasal dari daerah Sidikalang, Kabupaten Dairi. Tingkat kafein kopi ini adalah termasuk yang tinggi, berkisar hingga 80%.Kopi ini punya aroma yang coklat dan ada sedikit rasa manis pada after taste-nya. Tingkat keasamannya pun cenderung rendah, jadi tidak akan mengiritasi lambung.
Kedua adalah kopi Mandailing berasal dari daerah Kabupaten Mandailing Natal, yang memiliki ketinggian sekitar 0-2.145 meter diatas permukaan laut. Karakteristik kopi ini ada pada aroma dan after taste rempah, bunga, coklat, dan buah-buahan. Karakteristik ini diperoleh karena memang tanah sekitar Mandailing Natal banyak didominasi oleh perkebunan. Kopi ini mempunyai tekstur kental dan tingkat keasaman yang juga rendah sehingga aman dikonsumsi bagi yang lambungnya tidak terlalu kuat.
Terakhir, ada kopi Lintong yang berasal dari daerah Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara. Kopi ini mempunyai aroma yang kuat dari paduan rempah dan herbal, juga aroma pedas Kalau penikmat kopi bisa lebih dalam menghayati rasanya, juga akan ditemukan sedikit percikan rasa kacang dan coklat. Walaupun aromanya tajam, tekstur dari kopi Lintong ini berbanding terbalik saat dicicipi. Selain itu, kopi Lintong punya tekstur yang kental dengan tingkat keasaman yang sedang.
Ketiga biji kopi terbaik Sumatera Utara ini menjadi sorotan utama Kedai Kopi Tolu untuk membawa para penabuh-penabuh rindu di tanah rantau dan rasa yang dihadirkan menghidupkan bagian kecil di otak yaitu hippocampus, mengingat kembali kenangan indah di kampung halaman dan juga membawa siapapun yang ingin merasakan nikmatnya kopi lokal Sumatera Utara yang sudah mendunia serta berpetualang ke dalam pelukan tanah Batak.
Sambil meracik kopi, saya teringat sepenggal lirik dari lagu Lisoi yang diciptakan oleh Nahum Situmorang
Dongan sa par ti naonan, o parmitu
Dongan sa pang kila laan, o lotutu
Arsak rap mangka lu pahon, o parmitu
Tole marap mangandehon, o lotutu
Lisoi, lisoi, lisoi, liso, Lisoi, lisoi.
Teman satu perasaan, oh peminum
Teman satu dalam kesedihan
Kesedihan sama-sama kita lupakan
Mari kita sama-sama menyanyi
Lisoi, lisoi, lisoi, liso, Lisoi, lisoi.
Kopi Tolu juga merupakan cara saya untuk merawat kenangan indah dengan bapak yang telah mendahului, juga merakit kembali kepingan-kepingan puzzle hidup di mana saya tumbuh. Kalian yang berada di sekitar Jabodetabek, bisa mencoba untuk mampir ke Kedai Kopi Tolu yang beralamat di Jl. Raya Casablanca No.8, RT.12/RW.4, Menteng Dalam, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, tepatnya di seberang Mall Kota Kasablanka.
“Minum kopi mungkin tidak bisa menghilangkan separuh masalah hidup kita, setidaknya kita lupa ada masalah apa.”
Mari kita menyanyi dan merayakan apa saja di Kopi Tolu. Jangan lupa untuk berkunjung!
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Martina Wihelmina tinggal ngekos di daerah Tebet, keseharian mengurus usaha kedai Kopi Tolu. Punya kegemaran main basket, boxing, dan travelling.