Suasana sunyi, udara bersih, panorama pegunungan, dan hamparan hijau perkebunan teh adalah kemewahan yang bakal kalian dapatkan jika bertandang ke Tegalega, yang lokasinya berada tak jauh dari Pasar Gekbrong, Cianjur, Jawa Barat.

Pagi kembali datang. Mentari menampakkan parasnya, menyapa semesta raya, setelah semalaman sempat menghilang. Kesibukan tampak kentara dan terasa di sekitar Pasar Gekbrong, Cianjur, pagi itu. Aktivitas perniagaan warga di pasar itu ikut membuat arus lalu-lintas di Jalan Raya Gekbrong, yang menghubungkan Cianjur dan Sukabumi, nyaris selalu tersendat saban pagi. 

  • Kebun Teh Tegalega
  • Pasar Gekbrong
  • Kebun Teh Tegalega

Pasar Gekbrong adalah pasar tradisional, yang masuk ke wilayah administrasi Desa Cikahuripan, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur. Ditilik dari topografinya, pasar ini berada di titik paling tinggi dari gugusan salah satu bukit yang ada di sisi timur kaki Gunung Gede–Pangrango. 

Hiruk-pikuk keramaian yang selalu menyergap Pasar Gekbrong saban pagi justru sangat berkebalikan dengan suasana yang menyelimuti kawasan perkebunan teh Tegalega, yang berada sekitar tiga kilometer sebelah utara Pasar Gekbrong.

Bagi mereka yang rindu suasana pagi yang sepi-sunyi dengan udara bersih dan panorama pegunungan nan asri, tak perlu sungkan untuk menyambangi Tegalega. Untuk menuju ke sana, kalian bisa gunakan akses dari sisi utara Pasar Gekbrong.

Tak jauh dari pangkalan ojek yang ada di seberang Pasar Gekbrong, ada sebuah jalan yang tak terlalu besar, yang telah full beton. Jalan tersebut mengarah ke utara, dengan kontur naik-turun. Ikuti saja jalan itu.

Selain rumah-rumah penduduk, di sepanjang jalan tersebut kalian juga akan menjumpai ladang maupun kebun bambu, yang sebagian rumpun batang dan daunnya melengkung memayungi jalan.

Tatkala mendekati kawasan perkebunan Tegalega, kalian akan melihat gapura ‘selamat datang’, yang menegaskan bahwa kalian memasuki wilayah Kecamatan Warungkondang.

Di antara sejumlah pohon palem yang berjajar di kanan-kiri jalan, terlihat bentangan luas pohon teh. Di pagi hari sepi nan sunyi, yang dominan terdengar di sini cuma gemerisik dedaunan tertiup hembusan angin serta suara nyanyian sejumlah burung liar. Paling ketika agak siangan, sesekali bunyi deru mesin kendaraan warga mulai terdengar. Mereka umumnya memacu kendaraan dalam kecepatan tinggi mengingat jalan relatif sepi.

Perkebunan teh Tegalega ini termasuk ke dalam wilayah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara VIII.  Dari tengah-tengah perkebunan teh Tegalega, jika cuaca sedang cerah, kita dapat melihat dengan jelas sosok Gunung Gede–Pangrango yang berdiri megah di sisi barat dan Gunung Cimaja dan Gunung Gedogan yang berada di sisi utara.

Sewaktu saya melongok Tegalega, Rabu (14/12/2022) pagi, sebagian Gede–Pangrango sedang dibalut awan sehingga hanya bagian punggung bawahnya yang terlihat. Saat yang sama, puncak Gunung Cimaja dan Gunung Gedogan justru terlihat cukup jelas.

Kebun Teh Tegalega
Lantana camara/Djoko Subinarto

Saya susuri jalan perkebunan yang berbatu-batu dan bercampur tanah coklat. Serumpun tanaman saliara (Lantana camara) di kanan jalan menarik perhatian saya. Tanaman ini biasa kita jumpai tumbuh liar di alam bebas, seperti di sekitar lahan pertanian, padang rumput, lembah, lereng gunung, daerah pesisir, tanah terlantar, tepi hutan, tepi pantai, pinggir jalan maupun di kawasan hutan yang baru pulih dari kebakaran atau penebangan.

Saliara merupakan salah satu spesies tumbuhan berbunga dalam keluarga verbena (Verbenaceae). Tanaman yang memiliki daun dengan aroma menyengat ini adalah tumbuhan semak. Ia memiliki sistem perakaran yang sangat kuat dengan akar tunggang utama dan alas dari banyak akar samping yang dangkal. Di alam bebas, ia dapat tumbuh tegak hingga mencapai 1,8 meter.

Pagi itu, seekor kupu-kupu yang tampak mencolok berayun-ayun menyesap madu bunga saliara. Warna bunga saliara bervariasi. Ada yang oranye, merah darah, kuning, pink, bahkan ungu. Bunganya kecil berbentuk payung. Bunganya dapat mekar dalam waktu yang relatif lama. Bentuk mahkota bunganya menyerupai cakram dengan diameter sekitar 5 centimeter.

Buah saliara berbentuk bulat, kecil. Buah muda berwarna hijau. Ketika tua, berwarna ungu kehitaman. Rasanya manis. Aman dikonsumsi. 

Dari depan semak saliara itu, saat saya bergerak melangkah lebih jauh, seekor tupai berlari melintas di hadapan saya. Hanya sekelebat, tupai itu lantas menghilang di antara rimbunnya pohon teh yang ada di sisi barat. Berkali-kali menyambangi kebun teh, baru kali itulah saya bersua dengan tupai.

  • Kebun Teh Tegalega
  • Kebun Teh Tegalega

Pagi itu adalah untuk kesekian kalinya saya dolan-dolan ke Tegalega. Tiga tahun terakhir ini, saban ke Cianjur atau Sukabumi, jika ada waktu senggang di pagi hari, saya gunakan untuk jalan-jalan pagi di perkebunan teh Tegalega.

Jarak dari pusat Kota Sukabumi ke Tegalega sekitar 18 kilometer. Adapun dari pusat Kota Cianjur berjarak sekitar 16 kilometer.

Suasana yang relatif sepi–sunyi, udara bersih serta panorama pegunungan yang khas adalah yang mendorong saya memilih untuk sering jalan-jalan pagi di sekitar perkebunan teh Tegalega.

Dari perkebunan Tegalega ini, jika kita mengikuti jalan utama ke arah utara, kita bisa sampai ke daerah Mangunkerta dan Cijedil, Cugenang, yang November lalu sempat terdampak cukup parah oleh guncangan gempa bumi berkekuatan 5,6 skala Richter.

Saat hari beranjak agak siang, tak jarang terlihat beberapa pelintas menghentikan kendaraannya hanya sekadar untuk berfoto dengan latar kebun teh Tegalega. Ada juga yang berhenti agak lamaan sembari menikmati hidangan mie hangat dan segelas kopi di tenda penjual yang biasa mangkal di depan perkebunan teh Tegalega.Setelah beberapa jenak jalan-jalan santuy menikmati suasana pagi di perkebunan teh Tegalega, biasanya saya langsung menuju Pasar Gekbrong untuk membeli satu atau dua sisir pisang ambon lumut, sekadar oleh-oleh untuk orang rumah. Menurut pemilik kios pisang langganan saya di Pasar Gekbrong, pisang-pisang yang dijualnya adalah hasil dari para petani di sekitar Gekbrong.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar