Interval

Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata

Nasihat sering kali tidak sampai ke hati lantaran sebuah situasi dan kondisi yang tidak tepat. Pada beberapa kasus, nasihat justru lebih mudah diterima ketika disampaikan dalam keadaan yang menyenangkan. Misalnya saja, nasihat yang disampaikan oleh tempat wisata yang disenangi.

Tentu saja ini akan sedikit membingungkan. Bagaimana bisa tempat wisata memberikan sebuah wejangan atau nasihat? Bukankah tempat wisata adalah tempat mencari kesenangan dan hiburan? 

Kebingungan para pembaca akan terobati saat menyempatkan waktu luangnya mengunjungi wisata air terjun Telunjuk Raung. Air terjun ini terletak di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Dari pusat kota Banyuwangi kira-kira berjarak 40 kilometer atau 1,5 jam dengan kendaraan bermotor.

Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
Derasnya aliran air terjun Telunjuk Raung/Akhmad Idris

Oase di Pegunungan

Sebagaimana namanya, air terjun ini masih berada di wilayah lereng Gunung Raung, Banyuwangi. Sementara penggunaan nama “telunjuk” disebabkan oleh wujud aliran air terjun yang menyerupai bentuk salah satu ruas jari tangan manusia.

Tidak ada biaya tiket masuk khusus untuk menikmati salah satu destinasi wisata alam terpopuler di Bumi Blambangan tersebut. Pengunjung hanya perlu membayar tarif parkir Rp10.000 untuk mobil atau Rp5.000 untuk motor. Dari tempat parkir, selanjutnya hanya perlu berjalan kaki sejauh kurang lebih 600 meter untuk tiba di air terjun berdebit deras itu.

Bertualang ke air terjun Telunjuk Raung seakan menjadi oase atas hiruk piruk maupun kepenatan hidup di perkotaan. Di air terjun ini, terdapat hamparan hijau kawasan hutan khas pegunungan yang menyejukkan pikiran. Jernihnya air yang bergemuruh di atas kolam berbuih putih kebiruan juga menyegarkan tubuh.

Karena berada di wilayah pegunungan, tentu saja berada di sini bakal jauh dari kebisingan. Suasana hati akan menjadi lebih baik saat mendengarkan gemericik air hingga cuitan burung-burung yang hidup di sekitarnya.

Lalu, bagaimana cara Telunjuk Raung memberikan nasihat?

Quotes Unik sekaligus Mendidik di Telunjuk Raung

Quotes memiliki arti “kutipan”. Dewasa ini, lebih-lebih di era digitalisasi, quotes menjadi lebih populer karena digunakan sebagai bahan unggahan di media-media sosial dengan pelbagai fungsi. Mulai dari memberikan nasihat, ungkapan rasa—baik itu cinta, kasih, tersakiti, maupun sejenisnya—hingga untuk memberikan sindiran. Nasihat menjadi lebih teduh ketika disampaikan dengan kalimat yang baik dan estetis, apalagi dengan penggunaan template atau format yang juga menarik.

Sindiran menjadi lebih berkelas ketika diolah sedemikian rupa maupun dengan diksi yang berirama. Setidaknya menyindir tidak lagi hanya mencakup sisi emosi, tetapi juga menuntut olah kreasi. Sederhananya, media sosial akan bermanfaat di tangan orang-orang yang tepat. Saya menganalogikan, palu dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah di tangan ahli bangunan, sekaligus bisa menjadi alat pengantar untuk mendekam di jeruji besi bagi seorang pembunuh.

Di air terjun Telunjuk Raung, terdapat banyak quotes unik yang terkesan unik, tetapi sebenarnya mendidik. Satu di antaranya adalah quotes tentang kritik ekologis, yaitu seruan peduli terhadap lingkungan alam yang disampaikan dengan menggelitik. Contohnya seperti ini: “Jika Anda tidak mampu membuang sampah di tempatnya, maka telanlah makanan anda beserta bungkusnya.

Kalimat itu sejatinya merupakan nasihat kepada para pengunjung agar membuang sampah—biasanya berupa bungkus-bungkus makanan—di tempat sampah yang telah disediakan. Tempat alami yang masih bersih dan asri ini sudah seyogianya dijaga dari noda-noda sampah yang dapat merusak keberlanjutannya sebagai daya tarik wisata.

  • Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
  • Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata

Di sisi lain, imbauan tersebut sejatinya merupakan buntut dari kebiasaan buruk sebagian masyarakat Indonesia. Tidak sedikit yang “gemar” merusuhi tanah airnya sendiri dengan membuang sampah sembarangan. Sampah-sampah berserakan di pelbagai tempat wisata, tak terkecuali destinasi-destinasi berkelas dunia.

Saya menemukan lagi quotes lainnya yang bertemakan wawasan ekologis. Kalimat nasihat itu berbunyi: “Belajarlah dari alam karena alam bisa memberikan pelajaran dan keindahan tak ternilai.

Lewat kutipan tersebut, Telunjuk Raung ingin menegaskan kembali ungkapan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara. Pendiri perguruan Taman Siswa itu menyatakan bahwa setiap tempat adalah sekolah.

Jika arti hakiki sekolah adalah tempat menerima dan memberi pelajaran, maka alam juga layak disebut sebagai sekolah. Manusia dapat banyak belajar dari alam lewat ketenangan, keindahan, dan kebersihannya. Manusia bisa belajar bahwa setiap hal yang tenang selalu jauh dari keramaian, setiap hal yang indah selalu dijaga sejak lama, dan setiap hal yang bersih diperoleh dari masyarakat yang peduli. Pada akhirnya, lewat kata-katalah manusia diharapkan mulai lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya.

Kala Telunjuk Raung Bermain Kata-Kata
Siapa di antara kalian yang punya kenangan pahit dengan sang mantan/Akhmad Idris

Tak hanya nasihat peduli lingkungan, di air terjun ini juga terdapat quotes menggelitik lainnya tentang asmara. Misalnya yang tertulis pada salah satu papan kayu “Tempat menenggelamkan kenangan”.

Sungguh saya sampai tertawa terbahak-bahak setelah membaca kalimat tersebut. Makna yang tersirat agaknya tentang mengikhlaskan kenangan-kenangan menyakitkan; yang biasanya bersumber dari barisan para mantan kekasih. Semua kenangan menyesakkan itu, secara harfiah dianjurkan untuk dibuang di sebuah sungai kecil, yang mengalir di depan papan kayu yang melekat pada gubuk sederhana beratap terpal.

Begitulah sisi unik dan menarik di kawasan air terjun Telunjuk Raung. Pengunjung bisa berwisata sekaligus bermain kata-kata, bahkan mengimajinasikan quotes-nya sendiri sesuai suasana hati.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Dosen dan penulis buku "Wasiat Nabi Khidir untuk Rakyat Indonesia."

Dosen dan penulis buku "Wasiat Nabi Khidir untuk Rakyat Indonesia."

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Nuansa Khas Pedesaan Surabaya di Kayoene