Inilah “Seven Summits” Indonesia

Ceritanya kamu sudah lama menggeluti hobi naik gunung. Kondisi fisikmu sudah prima dan kamu sudah punya cukup skill untuk bertahan di hutan rimba. Gunung-gunung yang dekat sudah kamu datangi, bahkan berkali-kali. Kamu mulai jenuh dan ingin mencari tantangan baru. Mungkin inilah saatnya buatmu untuk bertualang mencapai puncak gunung atau “Seven Summits” di tiap-tiap pulau/kepulauan di Indonesia:

7. Bukit Raya (2.278 mdpl)

Pulau Kalimantan memang nggak punya gunung berapi. Tapi pulau ini punya banyak perbukitan yang ditutupi oleh rimba belantara yang jarang dijamah manusia. Makanya meskipun nggak punya gunung berapi, para penggiat alam bebas di Kalimantan punya “taman bermain” yang sangat luas dan masih asri.

Puncak Gunung Bukit Raya adalah titik tertinggi di Tanah Borneo. Letaknya di jantung Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya. Pintu gerbang menuju Bukit Raya ada dua, yaitu Rantau Malam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dan Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Jalur yang paling umum dilewati pendaki adalah Rantau Malam (sekitar 400 mdpl). Pulang-pergi perlu waktu sekitar 5 hari.

Perjalanan ke Rantau Malam saja sudah seru, sebab kamu harus naik bis selama sekitar 9 jam dari Pontianak ke Nanga Pinoh di Kabupaten Melawi. Untuk tiba di Resor Rantau Malam, pintu gerbang pendakian, kamu harus naik kapal motor selama 6 jam menyusuri Sungai Melawi. Entah berlebihan atau tidak, banyak yang bilang kalau biaya pendakian Bukit Raya hampir menyamai pendakian Carstensz.

Gunung Binaiya via ai.stanford.edu

6. Binaiya (3.027 mdpl)

Gunung Binaiya di Taman Nasional Manusela adalah gunung tertinggi di Kepulauan Maluku. Uniknya, Gunung Binaiya adalah bagian dari pegunungan karst yang membentang di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah.

Jika pendakian gunung biasanya dimulai dari ketinggian beberapa ratus meter dari permukaan laut (bahkan sekitar 1000 atau 2000 mdpl), pendakian Gunung Binaiya dimulai dari ketinggian 0 (via pintu selatan, Piliana) dan 186 (via pintu utara, Kanike).

Melewati segala jenis medan dari mulai hutan pantai, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, hutan hujan pegunungan, sampai hutan sub-alpin, pendakian Binaiya tidak main-main. Dari pintu utara (Kanike) pendakian memakan waktu sekitar 11 hari, sementara lewat selatan (Piliana) 8 hari. Gunung Binaiya bukan untuk main-main. Pastikan kamu siap dulu sebelum menerima ajakan buat naik gunung ini.

5. Latimojong (3.430 mdpl)

Gunung Latimojong adalah satu-satunya gunung dalam daftar tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia yang nggak masuk dalam Taman Nasional. Gunung ini juga bukan gunung vulkanik, melainkan sebuah pegunungan yang memiliki banyak puncak. Titik tertinggi Latimojong—yang berarti titik tertinggi di Pulau Sulawesi—adalah Puncak Rantemario (3.430 mdpl).

Terletak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, perlu waktu sekitar 10 jam perjalanan dari Makassar menuju titik awal pendakian di Desa Karangan. Dari Desa Karangan, biasanya pendakian sampai ke Puncak Gunung Rantemario perlu waktu sekitar 10-11 jam melewati hutan tropis yang lebat dan jalur yang terjal.

Pendakian Gunung Latimojong akan terasa berbeda dibandingkan petualangan menggapai puncak-puncak gunung di Pulau Jawa. Kamu akan menjumpai vegetasi yang berbeda. Setelah Pos 6, misalnya, kamu akan menempuh jalur yang membelah hutan lumut yang sangat jarang dijumpai di Pulau Jawa. Kalau beruntung kamu juga bisa melihat anoa atau babirusa.

Matahari terbit di Ranu Kumbolo/Fuji Adriza

4. Semeru (3.676 mdpl)

Semeru sudah populer sejak dulu. Jauh sebelum cerita “5 cm” muncul dalam benak Donny Dhirgantoro, pada tahun 1994 Dewa 19 sudah membuat lagu berjudul “Mahameru” dan menjulukinya “Puncak Abadi Para Dewa.”

Gunung Semeru terletak di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang dan berada dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Ranu Pani (Ranu Pane) yang menjadi base camp pendakian Semeru bisa dicapai lewat Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Dari Tumpang pendaki biasanya menyewa jip atau truk untuk ke Resor Ranu Pani.

Daya tarik utama gunung tertinggi di Pulau Jawa ini adalah Ranu Kumbolo, yaitu sebuah danau kecil yang berada di ketinggian sekitar 2.400 mdpl. Kawasan Ranu Kumbolo menjadi lokasi berkemah dan tempat mengisi ulang air bagi para pendaki yang akan melanjutkan pendakian. Semeru juga punya padang sabana Oro-Oro Ombo yang ditumbuhi Verbena brasiliensis yang sering disalahkaprah sebagai tanaman lavender.

Kawah Gunung Rinjani via instagram.com/failureproject

3. Rinjani (3.726 mdpl)

Cerita tentang Gunung Rinjani juga sudah diangkat ke layar lebar lewat film “Romeo Rinjani.” Tapi karena gunung tertinggi di Gugusan Sunda Kecil ini terletak lumayan jauh dari Pulau Jawa, dampak dari film itu nggak sehebat yang ditimbulkan film “5 cm” terhadap Gunung Semeru.

Gunung Rinjani berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dari Jakarta kamu bisa naik pesawat ke Bandara Internasional Lombok di Praya, biasanya transit sekali di Denpasar, Bali. Kalau punya waktu fleksibel, ngeteng juga seru: naik kereta api sampai ke Banyuwangi, menyeberang ke Bali lalu lanjut naik bis sampai ke Pelabuhan Padang Bai, kemudian disambung naik ferry ke Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok. Dari Kota Mataram, Rinjani sudah dekat. Dari Terminal Mandalika (Bertais), naik elf dua kali sampai ke Desa Sembalun di Kabupaten Lombok Timur.

Rinjani yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ini adalah salah satu gunung yang paling pas untuk didaki lintas jalur. Biasanya pendaki naik dari Sembalun dan turun lewat Senaru, atau sebaliknya. Satu jalur lagi yang sekarang semakin populer adalah Torean. Tiap-tiap jalur punya daya tariknya masing-masing. Sembalun punya padang rumput (sabana) yang luas, Senaru punya hutan tropis yang lebat, dan Torean punya jalur yang menantang. Daya tarik utama Gunung Rinjani adalah Danau Segara Anak yang berada di kawah dan Gunung Baru Jari yang menyeruak dari danau itu. Kemping di bumi perkemahan di pinggir Danau Segara Anak akan bikin kamu mager. Jadi sediakan waktu sekitar 6-7 hari untuk bertualang di Gunung Rinjani.

Puncak Gunung

Tugu Yuda Kerinci via ceritapejalan.wordpress.com

2. Kerinci (3.805 mdpl)

Untuk kategori gunung berapi, Kerinci adalah gunung yang tertinggi. Namun puncak gunungnya masih kalah tinggi dibanding Puncak Gunung Carstensz Pyramid di Papua. Berada dekat garis khatulistiwa, Gunung Kerinci dilapisi kanopi hutan yang basah dan lebat. Pendakiannya pun melewati jalur air yang disangga tangga-tangga alami yang dibentuk oleh jalinan akar pohon.

Gunung Kerinci terletak di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), yang wilayahnya masuk ke dalam dua provinsi, yaitu Sumatera Barat dan Jambi. Gerbang pendakian Gunung Kerinci adalah Desa Kersik Tuo, Kecamatan Kayu Aro, Provinsi Jambi, yang bisa dicapai lewat Kota Padang atau Kota Jambi dengan menumpang bis kecil atau travel.

Untuk mendaki Gunung Kerinci perlu persiapan yang matang. Medannya yang berat perlu kondisi fisik yang prima. Perencanaan perjalanan juga harus matang. Kamu harus memperhitungkan di mana kamu akan berkemah tiap malam, sebab Gunung Kerinci juga adalah habitat salah satu hewan yang dilindungi, yaitu harimau sumatera. (Pos-pos tertentu berada pada jalur migrasi harian harimau sumatera.)

“Tyrolean traverse” dalam pendakian Carstensz Pyramid via mtnprofessionals.com

1. Puncak Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl)

Puncak Carstensz Pyramid adalah titik tertinggi di Pegunungan Sudirman, Taman Nasional Lorentz, Provinsi Papua. Selain jadi puncak tertinggi di Indonesia (dan yang namanya paling susah dieja), Puncak Carstensz yang tersusun dari batugamping (limestone) ini juga dikenal sebagai puncak tertinggi di Australasia dan salah satu puncak tertinggi di dunia (Seven Summits).

Puncak bersalju ini pertama kali digapai oleh Heinrich Harrer (Austria; lihat film “Seven Years in Tibet”), Philip Temple (Selandia Baru), Russel Kippax (Australia), dan Albertus (Bert) Huizenga (Belanda) pada tahun 1962. Sampai sekarang pendakian ke Puncak Gunung Carstensz Pyramid dianggap sebagai pendakian tersulit di antara semua Seven Summits.

Dua jalur yang umum digunakan pada pendakian Carstensz Pyramid adalah Ilaga (Kabupaten Puncak) dan Sugapa (Kabupaten Intan Jaya). Tapi sebelum naik Carstensz pastikan dulu kamu sudah punya cukup bekal ilmu memanjat dan tali temali, sebab pendakian Carstensz mutlak memerlukan kedua skil tersebut.

12 comments

Daftar Alasan Kenapa Jangan Bikin Open Trip Naik Gunung 13/Agustus/2017 - 2:19 am

[…] semuanya di-share. Semuanya—termasuk ajakan buat naik gunung. Tapi karena kegiatan naik gunung bukanlah aktivitas yang bisa dilakukan secara serampangan, […]

Reply
Daftar Alasan Kenapa Jangan Bikin Open Trip Naik Gunung 13/Agustus/2017 - 2:19 am

[…] semuanya di-share. Semuanya—termasuk ajakan buat naik gunung. Tapi karena kegiatan naik gunung bukanlah aktivitas yang bisa dilakukan secara serampangan, […]

Reply
Keke Naima 21/Agustus/2017 - 3:54 pm

yang Cartenz kelihatan ngeri 😀

Reply
Editor telusuRI 22/Agustus/2017 - 10:29 am

Iya, Mbak. Soalnya batu semua. 🙂
Tertarik buat ke sana?

Reply
Keke Naima 21/Agustus/2017 - 3:54 pm

yang Cartenz kelihatan ngeri 😀

Reply
Editor telusuRI 22/Agustus/2017 - 10:29 am

Iya, Mbak. Soalnya batu semua. 🙂
Tertarik buat ke sana?

Reply
7 Perbedaan Naik Gunung Zaman Dulu dengan Sekarang 02/September/2017 - 1:27 am

[…] di Alun-Alun Mandalawangi, di Suryakencana, atau di Tegal Panjang, atau di alun-alun manapun di gunung. Dilihat boleh, dipegang […]

Reply
7 Perbedaan Naik Gunung Zaman Dulu dengan Sekarang 02/September/2017 - 1:27 am

[…] di Alun-Alun Mandalawangi, di Suryakencana, atau di Tegal Panjang, atau di alun-alun manapun di gunung. Dilihat boleh, dipegang […]

Reply
Gilbert 22/November/2017 - 5:35 pm

Gunung lawu harusnya masuk lahh kan 3262 mdpl

Reply
Editorial telusuRI 23/November/2017 - 11:30 am

Halo Gilbert. Gunung Lawu tidak masuk karena puncak tertinggi dari Pulau Jawa sudah diwakili oleh Gunung Semeru (3.676 mdpl).

Reply
Rexy 23/November/2017 - 6:39 pm

Alhamdulilah, tinggal bukit raya ama cartenz….. ????

Reply
Editorial telusuRI 23/November/2017 - 6:46 pm

Wow. Keren sekali, Mas. Bisa tuh bagi-bagi ceritanya… 🙂

Reply

Tinggalkan Komentar