Events

Dua Jam Menggambar Kepala Manusia

Dua Jam Menggambar Kepala Manusia
Lukisan karya Rosyani Ocy berjudul Have The Time of One’s Life tampak dari sisi kiri/Abdul Hamid

Pria bertopi fedora hitam itu berdiri di hadapan saya dan para peserta lainnya. Tangan kanannya mencengkeram pensil seperti sedang memegang tongkat sihir. Dengan alat itu tangannya menari-nari di atas kertas HVS putih berukuran A3 yang menempel di dinding. Dia adalah Isa Perkasa, seniman Jawa Barat yang kala itu sedang menjadi instruktur workshop (lokakarya) bersama empat seniman lainnya. Workshop ini mengusung tema Kepala Manusia yang berlangsung di gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jl. Naripan, Kota Bandung, Jawa Barat pada Kamis (21/9/2023).

Sebelum memasuki ruangan workshop, saya menikmati 170-an karya seni rupa yang serempak menampilkan wajah manusia. Kumpulan paras manusia itu digambar di atas beragam media, di antaranya kertas, kanvas, dan kayu. Untuk menghasilkan gambar itu ada yang menggunakan pensil, cat air, pastel minyak, dan benang. Dengan mengusung tema Artsiafrica #2, wajah-wajah orang Asia dan Afrika terpampang di pameran ini yang berlangsung pada 16—30 September 2023. Dua orang seniman kawakan yang menjadi kurator atas pameran ini adalah Isa Perkasa dan Nayera Subaih.

Workshop drawing “Kepala Manusia” yang saya ikuti ini memang masih bagian dari rangkaian agenda Artsiafrica #2. Penyelenggara event ini menawarkan kepala atau wajah manusia sebagai objek karena wajah memancarkan kekuatan. Merujuk pada ucapan Nayera Subaih, kekuatan wajah manusia merupakan kanvas universal yang menampilkan emosi, identitas, dan koneksi. Sebagaimana lukisan-lukisan yang terpampang di ruang pameran, para instruktur mengajak seluruh peserta workshop untuk merayakan kekuatan dari wajah manusia.

Dua Jam Menggambar Kepala Manusia
Instruktur workshop drawing, Isa Perkasa membuat sketsa kepala manusia/Abdul Hamid

Teknik Dasar Drawing

Para instruktur menantang kami untuk menggambar wajah secara langsung dari objek yang berada di depan mata. Panitia menyiapkan seorang lelaki muda berhidung mancung duduk di hadapan peserta, memasrahkan wajahnya untuk kami dan menumpahkannya di atas kertas HVS berukuran A3 dengan menggunakan pensil 2B, 4B, 6B, dan charcoal (arang aktif). Para instruktur memandu para peserta untuk membuat sketsa kepala terlebih dahulu sebelum mengarsir objek yang akan kami gambar. Isa Perkasa menekankan bahwa kecakapan membuat sketsa adalah pintu gerbang untuk memasuki tahapan drawing selanjutnya. “Kalau sudah bisa sketsa, teknik lainnya pasti akan lebih mudah,” kata Isa.

Dalam demonstrasinya, pria kelahiran Majalengka itu memperagakan teknik pembuatan sketsa wajah manusia. Pertama ia membuat lingkaran kemudian berlanjut dengan membentuk oval. Ia kemudian membagi gambar tersebut dengan garis pembantu. Sepertiga atas untuk dahi, sepertiga tengah untuk mata, dan sepertiga paling bawah untuk sketsa mulut. Dengan keluwesan tangannya, Isa memberikan contoh sketsa wajah manusia dari perspektif depan, samping, dan belakang. Instruktur lain, Muhammad Abdan mengingatkan peserta untuk memegang pensil secara benar. “Saat membuat sketsa, jangan memegang pensil seperti saat menulis. Ruang gerak tangan kita akan terbatas,” katanya.

Drawing membuat saya terdorong untuk menelusuri segala elemen yang membentuk wajah manusia. Semua elemen pada wajah bagi Isa Perkasa bisa ditelusuri secara matematis. Misal, meembagi bagian-bagian pada wajah menjadi sepertiga. Lalu memastikan posisi mata bisa simetris dengan keberadaan telinga dan penempatan hidung harus sejajar dengan cuping. Ia meyakinkan peserta bahwa menggambar itu bisa dipelajari, sebagaimana matematika.

Kendala Pemula

Sketsa adalah kunci untuk bisa menggambar. Bagi Muhammad Abdan, secara umum kendala para pemula drawing adalah pada sketsa. Semua peminat drawing perlu menempuh tahapan ini sebelum menjalani tahap selanjutnya, seperti menentukan struktur proporsi objek yang digambar. Jika kebanyakan orang menganggap drawing itu sulit, Adnan menyebut yang paling sulit justru membuat sketsa. “Jika kita sudah bisa membuat sketsa, drawing akan lebih mudah,” kata Abdan.

Pada gilirannya, sketsa itu dapat menuntun para penggambar untuk meletakkan bidang-bidang dan proporsi dari suatu objek. Teknik dasar ini merupakan rahasia untuk menempatkan mata, hidung, dan elemen lainnya secara tepat saat menggambar wajah manusia. 

Dua Jam Menggambar Kepala Manusia
Suasana saat peserta menggambar/Abdul Hamid

Untuk tahapan pembelajaran awal, Abdan menyarankan para pembelajar pemula untuk menggambar yang lebih sederhana terlebih dahulu. Menurutnya, drawing still live adalah teknik paling dasar untuk bisa menggambar dengan pensil. Latihan-latihannya bisa memulai dengan objek-objek tak bergerak, seperti daun, bola, pintu, buah, batu, dan benda-benda semacamnya. Selain belajar membuat bentuk sesuai objek, teknik ini juga mencoba mendorong seorang pemula untuk belajar mengenai komposisi cahaya yang ada pada objek.

Dari pembelajaran still live seorang pemula dapat mempelajari proporsi, highlight, dan nilai dari gradasi gelap terangnya. Semua itu bisa kita lakukan dengan teknik drawing kering yaitu dengan menggunakan pensil, arang, kapur, dan pastel. Jika ingin menggunakan drawing basah, salah satu media yang dapat digunakan adalah cat air.

Drawing Manual dan Digital

Di tengah maraknya digital art, kecakapan drawing manual sebagaimana yang peserta praktikkan dalam workshop ini menurut Abdan mulai tergusur. Tetapi teknik menggambar manual bukan berarti bakal musnah dan tergantikan oleh mesin-mesin digital. Abdan yang sudah terbiasa menggunakan tangannya untuk menggambar figur dan hewan-hewan, hingga kini tidak terpincut dengan rayuan praktis digital art. Teknik manual baginya adalah teknik paling dasar yang perlu dikuasai. Ia melihat para seniman yang sudah menguasai beragam teknik menggambar dengan tangan dapat menghasilkan karya yang bagus saat menggunakan platform digital.

Abdan lebih jauh menyebut bahwa menggambar dengan tangan menawarkan kepuasan batin. Saat menggambar, ia dapat menjelajahi objek dan bisa menyatu dengan waktu. Aktivitas tangan, penglihatan, dan otaknya bekerja beriringan untuk mewakili perasaan hati yang ingin menggambar secara natural. Kepuasan itu kian memuncak saat hasil gambarnya sesuai keinginan.

Dua Jam Menggambar Kepala Manusia
Sesi foto bersama para peserta dan instruktur workshop/Abdul Hamid

Dua puluh tiga peserta workshop ini akhirnya dapat menyelesaikan tugasnya. Pengamatan mata terhadap objek hidup selama dua jam itu menghasilkan gambar wajah dari perspektif depan dan samping, tergantung perspektif yang peserta tangkap terhadap objek.

Sesi foto bersama mengakhiri acara ini. Saya pulang dengan gambar wajah yang perlu saya sempurnakan dengan berlatih terus dan terus.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Abdul Hamid tinggal dan beraktivitas di Bandung Utara. Sesekali jalan-jalan. Berkali-kali menjelajahi bumi lewat perenungan.

Abdul Hamid tinggal dan beraktivitas di Bandung Utara. Sesekali jalan-jalan. Berkali-kali menjelajahi bumi lewat perenungan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Jejak Seniman Kungfu di Omah Tjandi Parakan