Interval

Anak Gunung Sejati Pasti Tidak Akan Nyampah

Menikmati panorama gunung tak perlu selalu harus dari jarak dekat dengan berpayah-payah mendakinya. Apalagi kalau kita belum bisa sepenuhnya mengendalikan diri dalam hal membuang sampah. Buat apalah kita mengaku sebagai pendaki gunung, pencinta alam, atau penikmat alam bebas kalau ternyata masih doyan meninggalkan jejak-jejak sampah di gunung.

Sejujurnya saja, sungguh beruntung kita hidup di ibu pertiwi. Tanah air kita tercinta ini memiliki kekayaan dan panorama alam yang melimpah. Termasuk gunung-gunung tinggi yang selalu menggoda untuk kita dekati dan daki.

Data statistik menyebut sekitar 13 persen gunung api di dunia berada di Indonesia. Sebanyak 129 gunung api berstatus aktif dan 500 lainnya berstatus tidak aktif. Keberadaan gunung berapi di Indonesia menyebar hampir merata di semua pulau, kecuali Kalimantan.

Keberadaan ratusan gunung di Indonesia ini tentu saja menarik banyak pendaki. Entah itu pendaki lokal maupun pendaki mancanegara. Ada yang mendaki secara mandiri, baik perseorangan maupun secara berkelompok. Ada juga yang mendaki dengan menggunakan jasa agen pendakian.

Anak Gunung Sejati Pasti Tidak Akan Nyampah
Sampah-sampah plastik seperti ini tidak hanya ditemukan di dekat jalan atau permukiman, tetapi juga di hutan dan gunung/Djoko Subinarto

Gunung di Indonesia Darurat Sampah

Terdapat beragam alasan kenapa orang rela pergi jauh-jauh dari rumah, bersusah payah, cuma untuk mendaki gunung. Salah satu alasannya adalah katanya mencintai alam. Alasan lainnya karena menyukai tantangan. Ya, mendaki gunung memang menantang. Dari awal hingga akhir penuh tantangan. Dan ketika kita berhasil menaklukkan tantangan-tantangan yang ada, pastilah ada kepuasaan tersendiri. Kita tak akan bisa mengukur nilainya dengan uang.

Secara personal, ada beragam pula manfaat mendaki gunung. Mulai dari manfaat kesehatan hingga manfaat sosial. Namun, bagaimana dengan manfaat lingkungan? Apakah aktivitas pendakian juga memberikan manfaat bagi lingkungan?

Faktanya, hampir semua gunung di Indonesia mengalami darurat sampah. Kata siapa? Ini kata para pegiat sampah yang biasa melakukan operasi pungut sampah di gunung-gunung di Indonesia. Dan sampah yang menumpuk di gunung-gunung di negara kita jumlahnya bukan cuma puluhan kilogram, tetapi sudah mencapai ton.

Sekadar ilustrasi, tahun 2022 lalu kelompok relawan berhasil menurunkan sebanyak 1,5 ton sampah dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango, yang sering juga disingkat menjadi Gepang. Sebagian besar sampah berupa bungkus mi instan dan botol air mineral kemasan.

Gede-Pangrango merupakan salah satu gunung tertinggi di Pulau Jawa. Gunung Gede memiliki ketinggian sekitar 2.958 meter di atas permukaan laut (mdpl). Adapun ketinggian Pangrango sekitar 3.019 meter di atas permukaan laut.

Dari kejauhan, Gunung Gede-Pangrango senantiasa terlihat indah, gagah, dan anggun. Tak sedikit orang ingin mendakinya. Di gunung ini, ada sebuah lembah bernama Mandalawangi, yang berhias hamparan edelweis. Menggoda siapa pun untuk mengabadikannya—atau bahkan diam-diam berupaya memetiknya. Pasti ada semacam kebanggaan tatkala kita bisa berfoto di Mandalawangi.

Saban tahun, ribuan orang menyambangi Gede-Pangrango. Sayangnya, jumlah pengunjung yang mencapai ribuan ini membawa pula masalah tersendiri, yakni melimpahnya sampah. Artinya, makin banyak pengunjung datang ke Gede-Pangrango, makin banyak sampah yang terbuang dan mengotori gunung tersebut.

Sampah di Gunung Rinjani

Di luar Jawa, Gunung Rinjani menghadapi problem serupa. Bahkan, jumlah sampah yang mengotori gunung setinggi 3.726 mdpl itu jauh lebih besar daripada Gunung Gede-Pangrango.

Pada semester I tahun 2022, sampah yang berhasil diturunkan dari gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia itu sebanyak 5,4 ton. Dari catatan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), jumlah sampah tertinggi dihasilkan pada bulan Juli 2022, yakni sebanyak 1.519,50 kilogram.

Kenyataan yang melanda destinasi pariwisata andalan Pulau Lombok tersebut sangat menyedihkan. Betapa tidak, berusaha mengakrabi dan mencintai alam, tetapi mengapa masih membuang sampah sembarangan. Buat apa menyebut diri sebagai pendaki gunung, pecinta alam, maupun penikmat alam bebas, sembari memajang foto-foto diri kita yang sedang berpose gagah di puncak gunung, manakala tangan kita masih enteng membuang sampah di sepanjang jalur pendakian.

Sayang rasanya jika kemolekan kawah, Danau Segara Anak, jurang-jurang curam hingga air terjun di kawasan Gunung Rinjani tercemar sampah. Kalau mendaki gunung cuma untuk mengotorinya, lebih baik tidak usah naik gunung. Tak perlu mendekat. Tak perlu repot-repot mendaki. Cukup menikmati eloknya gunung-gunung yang ada dari jarak kejauhan.

Agaknya akan jauh lebih baik membiarkan gunung-gunung itu berbalut sepi, tanpa kehadiran hiruk pikuk manusia. Biarlah setiap sudut-sudutnya menjadi misteri, tanpa perlu orang-orang antre berbondong mendatanginya, jika akhirnya mereka cuma bisa meninggalkan jejak-jejak sampah.

Referensi:

EGSA UGM. (2023). Jajaran Gunung di Indonesia, Apa Dampaknya?. Diakses dari https://egsa.geo.ugm.ac.id/2023/04/25/jajaran-gunung-di-indonesia-apa-dampaknya/.
Fikri, Ahmad. (2022). Relawan Turunkan 1,5 Ton Sampah dari Gede-Pangrango. Diakses dari https://www.antaranews.com/berita/2680177/seratusan-relawan-turunkan-15-ton-sampah-dari-gunung-gede-pangrango.
Radar Lombok. (2022). Sampah Gunung Rinjani Tembus 5 Ton. Diakses dari https://radarlombok.co.id/sampah-gunung-rinjani-tembus-5-ton.html.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.

Penulis lepas dan blogger yang gemar bersepeda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Mengikuti Prosesi Adat Tutup Taun Ngemban Taun Sunda di Kampung Cireundeu