Travelog

Mengarungi Derasnya Jeram Sungai Comal Pemalang

Kali kedua aku melakukan kegiatan arung jeram adalah di Sungai Comal. Sungai terbesar yang melintasi Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Sungai ini berhulu di Pegunungan Serayu Utara, tepatnya di Gunung Slamet. Membentang melalui tujuh wilayah kecamatan di Pemalang dan panjang sekitar 109,18 km. 

Pada awalnya aku merasa pengarungan ini akan berjalan seperti biasa. Tetap seru dan menyenangkan sebagaimana pengarungan pertamaku di Sungai Elo dan Progo setahun sebelumnya. Namun, ternyata pengarungan di Sungai Comal memberikan kesan dan pengalaman tak terlupakan. 

Sungai Comal telah menjadi salah satu destinasi wisata alam di Pemalang, sehingga tidak sulit menemukan operator arung jeram. Waktu itu kami menggunakan jasa Arus Comal Rafting yang beralamat di Jalan Raya Moga, Randudongkal KM 02, Kebanggan, Moga, Pemalang. Dari Semarang kami menggunakan mobil bak selama empat setengah jam menuju basecamp Arus Comal. karena kami tidak lewat jalan tol. Kami pun sampai di basecamp sudah lewat tengah malam.

Pemetaan Awal

Esoknya, selepas Subuh kami segera ganti baju dan sarapan. Berdasarkan kesepakatan briefing semalam, target kami hari ini adalah survei darat dan melakukan pengarungan sekaligus pemetaan jeram Sungai Comal.

Kami segera menyiapkan peralatan yang akan digunakan. Karena kami sudah membawa satu set perahu, kami hanya perlu menyewa satu set perahu tambahan milik Arus Comal Rafting. Kami cukup membayar sebesar Rp300.000,- per set perahu untuk satu hari. Harga tersebut sudah termasuk pelampung, dayung, dan helm yang masing-masing berjumlah enam buah. 

Beres dengan peralatan, kami melakukan pemanasan untuk meregangkan otot-otot kami. Pemanasan sangat penting untuk kegiatan fisik yang menguras tenaga, karena kami akan berjalan kaki menyusuri pinggiran Sungai Comal. 

Kami membagi personel yang terdiri dari 13 orang menjadi tiga tim untuk penyusuran sungai. Masing-masing tim terdiri dari empat orang, lalu ada seorang lagi yang bertugas untuk mobilitas dengan menggunakan mobil. 

Adapun tujuan survei darat adalah untuk mengetahui kondisi jeram Sungai Comal dan menentukan jeram-jeram mana saja yang harus kami petakan. Penyusuran sungai kami lakukan di sepanjang jalur pengarungan pendek Sungai Comal sejauh 6 km, yang dimulai dari start point Jembatan Tegalharja dan finish point di Jembatan Pikaco. Sedangkan untuk pengarungan panjang Sungai Comal sejauh 9 km dengan start point yang sama dan finish point di Bendungan Mejagong. 

Mengarungi Derasnya Jeram Sungai Comal Pemalang
Foto bersama di finish point/Lya Munawaroh

Nyaris Hanyut Terseret Arus

Aku masuk tim kedua yang bertugas menyusuri bagian tengah sungai. Kami berjalan di pinggiran sungai yang berupa persawahan, bebatuan, hingga tebing. Awal penyusuran terasa biasa saja. Namun, aku sedikit ngeri melihat derasnya aliran sungai serta bebatuan di mana-mana.

Kami terus berjalan hingga menemukan pinggiran sungai berupa tebing tinggi. Kami yang berada di sebelah kiri sungai harus menyeberang agar bisa melanjutkan perjalanan. Seniorku menyeberang lebih dulu dengan berenang. Kemudian disusul dua temanku dan aku yang terakhir.

Aku sedikit ragu-ragu untuk menyeberang karena takut terbawa arus. Lama berpikir sampai akhirnya seniorku berteriak menyuruhku untuk cepat. Tidak ada pilihan lain. Aku harus segera masuk ke sungai. Aku sudah berusaha sekuat tenaga berenang ke pinggir, tetapi arus yang cukup deras terus menyeretku hingga aku berpegangan pada batu besar yang ada di tengah sungai. 

“Mas, bantuin…,” kataku dengan muka memelas. 

Saat itulah kami menyadari ternyata kami tidak membawa rescue rope (tali untuk penyelamatan). Aku masih gemetaran kalau harus berenang lagi meskipun sudah mendekati tepian sungai. Setidaknya kalau ada rescue rope aku hanya harus memegang tali dan ditarik oleh temanku, tetapi saat ini tidak terbawa.

Akhirnya seniorku menemukan sebuah kayu lumayan panjang untuk menolongku. Namun, aku tetap harus berenang lagi supaya bisa menjangkau kayunya. Dengan takut-takut aku akhirnya berenang lagi dan menangkap kayu tersebut. Syukurlah, aku masih selamat. 

Kami pun kembali melanjutkan penelusuran. Untung jalurnya sudah tidak sesulit tadi. Tak lama kami sudah mencapai target jarak penelusuran, lalu kami berjalan menuju jalan raya untuk menunggu penjemputan. 

Mengarungi Derasnya Jeram Sungai Comal Pemalang
Foto bersama sebelum pengarungan Sungai Comal/Lya Munawaroh

Pengarungan pertama

Berdasarkan hasil survei masing-masing tim, kami telah menetapkan plot jeram-jeram yang akan kami petakan. Alat pemetaan sudah siap, perahu sudah dipompa dan siap meluncur untuk pengarungan. Basecamp Arus Comal berada tepat di bawah Jembatan Tegalharja sehingga start point pengarungan kami adalah dari basecamp ini.

Awal pengarungan kami melewati jeram welcome, jeram yang sangat menantang layaknya air terjun mini. Arusnya begitu deras. Aliran air yang menuruni celah dua batu besar di kanan dan kiri bisa saja membalikkan perahu jika skipper (pengendali perahu dalam arung jeram) tidak pandai bermanuver.

Dan benar saja, perahu pertama kami terbalik. Perahu kedua, yaitu perahuku belum bisa mengarung karena menunggu perahu pertama kembali normal. Setelah normal, kini saatnya perahuku merasakan jeram welcome. 

“Dayung cepat!” seru skipper perahuku sembari bermanuver.

Sambil mendayung aku berteriak ketika perahu kami dihantam air, menabrak batu di sisi kanan. Untungnya perahu mendarat dengan mulus setelah melewati jeram. Bikin deg-degan, tetapi sangat seru. Perahu kami terus melaju mengikuti arus mainstream (arus utama) sungai. Jeram-jeram selanjutnya makin membuat ketagihan. Karakter Sungai Comal ini terdapat banyak stopper (batuan penghalang) berupa pillow, yakni batuan yang tidak timbul ke permukaan dan masih bisa dilewati aliran air; serta cushion, yaitu batuan sungai yang membelah aliran sungai karena timbul di permukaan sungai. Penampang sungai tidak terlalu lebar, sehingga saat mengarung skipper harus lihai bermanuver agar perahu tidak nge-flip (terbalik). 

Derasnya arus membuat kami sedikit kewalahan untuk berhenti sebentar memarkir perahu dan melakukan pemetaan sungai. Mbak Mila sebagai deskriptor juga kesulitan menggambar di atas perahu yang terus terombang-ambing menabrak batu. Belum lagi, hasil yang telah digambar malah basah terkena cipratan air. Baru saat tiba di rest area perahu kami bisa menepi. Kemudian kami memutuskan melanjutkan pengarungan tanpa melakukan pemetaan. Tak jadi masalah, karena itu malah membuat kami lebih menikmati pengarungan yang sangat menantang. 

Tanpa sadar ternyata kami sudah sampai di finish point pengarungan di Jembatan Pikaco. Di sana ternyata telah ramai. Selain penuh dengan orang-orang yang berfoto di jembatan bercat pelangi itu, tepat di sisi kanan sungai juga terdapat sebuah kafe yang banyak pengunjung. 

Mengarungi Derasnya Jeram Sungai Comal Pemalang
Mencatat hasil pemetaan jeram Sungai Comal/Lya Munawaroh

Pemetaan Sungai Comal

Karena target pemetaan kami belum terpenuhi, kami mengubah rencana melakukan pemetaan dengan susur sungai. Setelah istirahat, kami segera berangkat.

Beberapa data yang kami ambil saat pemetaan meliputi lebar sungai, panjang jeram, jarak antar jeram, kedalaman dan kecepatan arus jeram, dan gradien (kemiringan jeram). Data ini berguna untuk mengidentifikasi grade jeram di Sungai Comal. Kami saling berbagi tugas dalam mengumpulkan data. Ada yang bertugas sebagai penggambar, pencatat data, pengukur kedalaman dan arus, serta pengukur gradien dengan menggunakan klinometer. Ada juga sebagai compass man (pemegang kompas). Pengukuran dengan kompas ini diperlukan untuk menentukan lebar sungai jika kami tidak bisa mengukur secara manual karena medan yang tidak memungkinkan.

Pemetaan berjalan cukup lancar, meski kadang kami mendapat sedikit kendala saat pengukuran lebar sungai. Pada pertengahan jalur pengarungan, kami menemukan anak sungai di sisi kanan aliran utama. Tidak terlalu lebar, tetapi arusnya lumayan deras. Saat itu dari kejauhan terlihat langit tiba-tiba mendung, lalu tak lama gerimis turun di tempat kami. Cuaca seperti ini terlalu berisiko untuk melanjutkan pemetaan. Meskipun di tempat kami gerimis bisa saja di hulu sungai sudah hujan deras dan membuat sungai meluap. Sesuai prediksi, kami melihat anak sungai tadi sudah meluap. Air sungai menjadi berwarna cokelat dan mengalir lebih deras. Kami buru-buru menjauhi sungai dan memutuskan melanjutkan pemetaan esok harinya.

Malamnya kami cek kondisi cuaca untuk esok hari di aplikasi mountain forecast. Prediksinya cuaca cerah. Namun, kami tetap harus waspada. Satu dari kami siaga memantau anak sungai yang kemarin banjir.

Pemetaan kami lanjutkan hingga sudah mendapat data jeram kedelapan. Kami kembali menemukan medan yang mengharuskan kami menyeberang. Kami berjalan perlahan menggunakan teknik penyeberangan lurus dan saling berpegangan satu sama lain agar tidak terbawa arus. Selesai menyeberang, kami kembali melanjutkan pemetaan, hingga sampailah kami di jeram terakhir mendekati finish

Mengarungi Derasnya Jeram Sungai Comal Pemalang
Menyeberangi sungai dengan saling berpegangan tangan satu sama lain/Lya Munawaroh

Kami berhasil memetakan 10 dari 18 jeram pada pengarungan pendek Sungai Comal. Berdasarkan hasil pemetaan, pada jeram 1, jeram 2, jeram 3, dan jeram 8 terdapat hole (pusaran air yang besar dan berputar-putar) yang disebabkan adanya arus sungai yang kuat melewati pillow. Ada pula jeram standing wave (aliran air seperti ombak) yang dapat ditemukan di jeram 2, jeram 7, jeram 8, dan jeram 9. Jeram ini menjadi favorit para wisatawan.

Usai pemetaan kami kembali ke basecamp Arus Comal dan melanjutkan pengarungan kedua. Pada pengarungan kedua kami benar-benar menikmati keseruan rafting di Sungai Comal. Tidak terjadi lagi perahu terbalik karena kami sudah belajar bermanuver di pengarungan pertama. 

Rafting atau arung jeram di Sungai Comal memang sangat memacu adrenalin dan menguji keberanian. Aliran airnya yang jernih dan udaranya yang sejuk membuat tubuh terasa segar. Pun pemandangan di sisi kanan dan kiri sungai yang masih asri berupa hutan pinus, persawahan, dan tebing tinggi memanjakan mata. Belum lagi jeram-jeramnya yang sangat menantang, sangat seru dan menyenangkan layak untuk dicoba. 

Harga paket rafting di Sungai Comal biasanya bergantung pada jarak pengarungan. Untuk pengarungan panjang berkisar Rp 150.000—200.000 per orang. Selain paket rafting, setiap operator wisata biasanya juga menyediakan paket dokumentasi, outbound, hingga camping ground.

Jadi, kapan kamu rafting ke Sungai Comal?

Referensi:

Sukmah, Fenti. (2023). Rafting Di Sungai Comal, Wisata Pemalang Yang Bikin Ketagihan. Diakses 21 September 2023 dari https://www.nativeindonesia.com/rafting-di-sungai-comal/.
Wikipedia. (2015). Sungai Comal. Diakses 11 Juli 2023 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Comal.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Lya tinggal di Tuban Jawa Timur. Fresh graduate jurusan fisika, tetapi suka sastra. Pengen jadi perempuan petualang, keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru.

Lya tinggal di Tuban Jawa Timur. Fresh graduate jurusan fisika, tetapi suka sastra. Pengen jadi perempuan petualang, keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Rekomendasi Wisata Pantai dan Air Terjun di Sumba Timur