Kopi menjadi primadona di Indonesia. Konsumsi kopi meningkat pesat seiring bermunculan kedai-kedai kopi kekinian yang menjadi tongkrongan anak muda. Dulunya kopi sachet lah yang merajai penjualan kopi di Indonesia, tapi sekarang saat tren kedai kopi naik pesat, permintaan kopi juga meninggi. Berdasarkan data dari International Coffee Organization, konsumsi kopi di Indonesia periode tahun 2016 sebesar 4,6 juta bungkus mengalami kenaikan 174 persen dibanding periode tahun 2000 yang hanya 1,68 juta bungkus. Kopi yang dulunya hanya dinikmati oleh orang-orang tua, sekarang menjadi kegemaran semua umur.
“Wisata Edukasi Kopi & Budaya, Sirap Kelurahan Jambu Semarang.” Papan plang menyambut para pengunjung Doesoen Kopi Sirap, atau yang lebih dikenal dengan Dusun Sirap.
Uap panas menguap perlahan-lahan, tanda ada proses menghangatkan dalam tubuh, letaknya memang tepat di lereng Gunung Kelir, wajar saja udara sekitar sini terasa menggigit. Dusun ini terletak di Kabupaten Semarang, tepatnya Kelurahan Jambu. Dengan ketinggian bervariasi antara 600-1050 mdpl, dusun ini memang sangat cocok untuk berkebun kopi.
Perjalanan Doesoen Kopi Sirap
Dusun Sirap awalnya hanyalah dusun petani kopi biasa sebelum menjadi desa wisata. Dusun ini sudah memproduksi kopi semenjak tahun 90-an. Baru pada 2011 kelompok tani dibentuk dengan nama Kelompok Tani Rahayu IV.
Dengan bantuan dinas pertanian dan dinas UMKM yang mengadakan pelatihan-pelatihan untuk para petani, dusun ini sekarang menjadi dusun wisata kopi. Swadaya masyarakat menghasilkan kedai dan wisata yang akhirnya bisa menjadi pemasukan lebih bagi masyarakat sekitar. Meski sekarang terkenal sebagai penghasil kopi, komoditi lainnya seperti aren juga dibudidayakan di sini.
Dusun ini memang dikenal menghasilkan kopi arabika dan robusta. Mereka juga menghasilkan inovasi kopi lewat kopi hijau, sebagai jawaban atas pasar yang menginginkan kebaruan. Konon kopi hijau adalah kopi terbaik untuk orang yang sedang diet, karena mengandung asam klorogenat yang lebih tinggi dari kopi biasa. Lahan yang digunakan sebagai kebun kopi seluas 35 Ha.
Sirap dimulai sebagai dusun wisata sejak 2017, bermula dari dukungan para pemuda desa dan warga lainnya. Secara swadaya mereka mengembangkan wisata kopi di dusun ini. Baru pada tahun 2019, BCA menawarkan Dusun Sirap sebagai desa binaan mereka. BCA banyak membantu dalam hal promosi dan pengemasan kopi, sedangkan dinas pertanian banyak membantu dalam hal peralatan.
Desa Wisata Edukasi
Sebagai desa wisata, mereka harus bersiap menyambut wisatawan dengan berbagai atraksi. Doesoen Kopi Sirap menyiapkan alur edukasi kopi sebagai bagian utama wisata mereka. Joglo digunakan sebagai tempat untuk belajar. Pengunjung bisa melihat bagaimana pengolahan kopi hingga menjadi secangkir kopi.
Kopi yang dihidangkan di meja kita tentu mempunyai perjalanan panjang sebelum bisa diseduh dengan air panas. Kita bisa menyaksikan bagaimana proses pemilihan biji kopi. Biji kopi terbaik dipisahkan dengan yang kualitasnya kurang baik, untuk tetap menjaga mutu kopi.
Biji kopi yang sudah dipilih kemudian disangrai menggunakan tungku kayu kurang lebih sampai kecoklatan. Aroma biji kopi saat disangrai sangatlah harum. Gazebo-gazebo tersedia untuk sekedar bersantai sembari menikmati pemandangan sekitar.
Acara panen raya menjadi salah satu yang paling dinanti di Dusun Sirap. Panen raya merupakan acara besar saat memanen kopi serentak beserta festival jajanan dan tarian tradisional. Pengunjung bisa lebih memahami alur pembuatan kopi dari memetik hingga pasca panen. Pemetikan berlangsung dari Juli, Agustus, dan September.
Tidak hanya sebatas menawarkan pembuatan kopi, Doesoen Kopi Sirap berencana mengembangkan pariwisata lebih lanjut seperti jelajah kebun kopi. Menurut Annisa, Manager Cafe Doesoen Kopi Sirap, wisata ini dikembangkan untuk menarik minat pengunjung, terutama setahun setelah pandemi berlangsung.
“Tiga bulan awal pandemi berlangsung, pengunjung turun drastis, kami sempat lockdown selama tiga bulan, untuk sekarang meskipun belum sepenuhnya normal, jumlah kunjungan relatif meningkat dibanding tahun lalu.” Promosi Dusun Sirap juga dilakukan via media sosial selain menggunakan website. Media sosial, tentu saja menjangkau lebih banyak audiens dari berbagai kalangan daripada situs web.
“Bulan depan sudah mau kita buka untuk trekking kebun kopi pakai mobil Jeep,” ungkapnya. Annisa juga berharap kedepannya Doesoen Kopi Sirap punya homestay yang lebih layak untuk para pengunjung yang ingin bermalam. Hambatan satu-satunya Doesoen Kopi Sirap yang sulit dihilangkan adalah medan yang agak jauh dari jalan raya.
Aroma kopi arabika yang semerbak ke penjuru ruangan, hidung yang menghirup aromanya mulai merasakan panas uap air, lidah tidak sabar mencicipi pahitnya kopi. Saya berpikir mengenai perjalanan kopi ini untuk terhidang di sebuah cangkir, sebuah usaha dari merawat tanaman kopi hingga memasarkan, yang ternyata menghidupi banyak orang. Kopi, rasamu tidak hanya memanaskan lambung kami, juga bantu memanaskan perekonomian negeri.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Penikmat budaya lintas masa dan lintas benua.