Semasa CoronaTravelog

Sekumpulan Cerita dari Panti, Restoran, dan Kafe

Masa pandemi menyebabkan siapapun menjadi terbatasi untuk pergi ke sebuah tempat, termasuk aku sendiri. Tetapi tentu saja ada celah dan kesempatan yang sesungguhnya bisa digunakan olehku untuk berkunjung ke tempat yang dituju. Tentu saja hal itu dapat dilakukan namun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat agar tidak terpapar COVID-19.  Kesempatan mengunjungi tempat-tempat tertentu itu akhirnya dapat aku rasakan juga.

Mengunjungi panti asuhan, pergi ke restoran, dan berangkat bersama rekan atau saudara ke kafe menjadi pengalaman yang “mahal”. Tentu saja, apa yang terasa di hatiku jauh dari pengalaman yang sebelumnya telah dialami. Sebenarnya peristiwanya begitu-begitu saja. Namun karena di masa pandemi yang ada pembatasan, maka momentum semacam itu menjadi lain kurasakan karena menjadi lain dari biasanya. Setidaknya saat mau masuk diperiksa menggunakan thermo gun, disuruh mencuci tangan dan diminta pula duduk agak renggang. Semua tetap diikuti karena sudah menjadi ketentuan yang tak terbantahkan saat ini.

Kesempatan pertama bisa aku kunjungi dengan rekan-rekan adalah sebuah panti asuhan yang tidak jauh dari tempat tinggalku. Itu semua adalah inisiatif dari rekan-rekanku yang ingin berbagi dengan orang lain. Selama ini memang pembagian bantuan itu dalam dua tahun terakhir diberikan kepada warga sekitar di rumah. Namun Ramadan tahun ini justru ingin dibagikan kepada anak-anak yatim piatu. Mereka mempercayakan aku untuk mencari panti asuhan yang cocok untuk diberi bantuan. Bahkan rekan-rekanku justru baru mengetahui ada panti asuhan yang tak jauh dari kehidupan mereka.

Mereka datang ke sana dengan mengendarai mobil berisi bantuan, ada juga yang mengendarai motor karena mobil penuh. Mayoritas dari mereka adalah anak-anak muda.  Aku sendiri yang termasuk tua, hampir berusia 50 tahun. Meski sudah menikah tetapi aku tetap merasa muda bila bersama dengan mereka. Ternyata mengasyikkan juga kalau kumpul-kumpul dengan mereka hingga aku teringat dengan masa mudaku.

Bingkisan yang diberikan ke Panti Asuhan
Bingkisan yang diberikan ke Panti Asuhan/Deffy Ruspiyandy

Ketika aku dan rekan sampai di panti, ibu pengasuh sekaligus menjadi pimpinan di panti itu bercerita dengan beratnya perjuangan dirinya setelah ditinggal suaminya untuk bisa mengurus banyak anak yatim piatu serta mencarikan dana untuk kebutuhan mereka. Tetapi dia tak pernah mengeluh dan meminta-minta. Rupanya rezeki anak-anak itu tetap melimpah dan mereka tak kekurangan makanan. Adanya bantuan tersebut membuat ibu tersebut haru karena selama bulan suci itu banyak anak muda yang peduli kepada pantinya.

Bantuan pun diserahkan kepada ibu pengasuh tersebut. Secara jumlah semuanya dua juta rupiah namun kami serahkan dalam bentuk sembako dan makanan lainnya. Aku merasakan bahagia ketika bantuan itu telah sampai kepada mereka yang membutuhkannya. Tak begitu lama aku dan rekan-rekan segera pergi meninggalkan panti dan menuju ke sebuah rumah makan Sunda yang terletak di Kota Bandung, kami berbuka puasa di sana. Selepas membatalkan puasa ketika adzan Maghrib berkumandang, kami salat berjamaah lalu menikmati makan khas Sunda. Makanan ini membuat kenyang perut semua orang yang hadir di restoran ini. Hal ini kemudian kuanggap kesempatan kedua semuanya bisa berkumpul.

Kesempatan ketiga adalah mengunjungi kafe untuk menikmati kopi. Sayang setelah berbuka aku tak sempat mengikuti perjalan rekan-rekanku menuju kafe di kawasan Kota Cimahi karena ada hal yang harus aku kerjakan malam itu. Namun saat malam takbiran karena memang ada kesempatan, maka setelah menunaikan salat Isya, aku dan rekan-rekanku kemudian pergi menuju sebuah kafe di kawasan Kota Bandung bagian utara dengan menggunakan motor.

Menikmati Suasana Malam di Kafe di Kawasan Bandung sebelah Utara
Menikmati suasana malam di sebuah kafe di Bandung sebelah utara/Deffy Ruspiyandy

Tak disangka, malam itu di kafe kulihat ramai sekali.. Agar memiliki cerita yang asyik maka kami memilih area outdoor untuk menikmati kopi yang dipesan. Angin pun terasa menerpa pori-pori kulit, namun yang lebih kurasakan adalah—dari semua yang hadir terlihat jelas asyik dengan semuanya dan bahagia menikmati momentum tersebut.

Tentu saja, gelak tawa begitu terdengar. Sesekali pengelola kafe memanggil nama untuk bisa memberikan pesanan kepada kami. Jelas tak ada beban saat itu kurasakan, apalagi dengan menikmati segelas kopi dan sepiring olahan pisang manis. Suasananya semakin mengasyikkan. Yang lebih asyik lagi, semuanya gratis alias tidak bayar. Keriuhan berlanjut sampai akhirnya kami memutuskan pulang karena esok harus melaksanakan salat Idul Fitri.

Berkumpul di Kafe di kawasan Antapani, Kota Bandung
Berkumpul di kafe kawasan Antapani/Deffy Ruspiyandy

Selepas lebaran pun aku kembali mendapatkan kesempatan mengunjungi kafe yang tak lain pemiliknya adalah masih saudara di kawasan Antapani, Kota bandung. Kafenya kecil, namun ternyata asyik untuk tempat nongkrong. Menikmati segelas kopi di kafe ini terbilang murah. Meski begitu, pendapatan kafe ini terbilang lumayan dan bisa menutup biaya operasional serta memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah.

Lelaki itu bernama Anwar, ia bercerita ketika PSBB tahun 2020 diberlakukan, ia sempat kelimpungan karena sudah membeli bahan untuk beragam kopi. Betul saat itu yang dirasakannya adalah kepanikan tetapi kemudian muncul ide untuk membagikan kopi yang sudah diseduh dalam kemasan kepada para tenaga kesehatan di Kota bandung.

Tadinya ia menjanjikan 1000 cup tetapi yang mampu dipenuhinya hanya 800 cup dan itu pun tidak semua Puskesmas di Kota Bandung kebagian. “Benar kalau secara hitungan bisnis merugi. Namun saya mendapatkan kepuasan batin karena bisa berbagi dengan tenaga kesehatan sehingga kopi-kopi itu termanfaatkan secara baik,” terangnya pada kesempatan itu.

Bagiku, sesekali memang perlu menghibur diri saat pandemi dengan protokol kesehatan yang ketat demi keselamatan diri juga. Namun begitu, semasa corona pun rupanya menyimpan cerita-cerita yang indah dan berkesan dalam hati. Pengalaman itu membuat aku semakin yakin jika hari-hari ke depan pun akan indah seiring pandemi berakhir dan kita semua bisa menjalankan aktivitas itu tanpa ada rasa takut yang menghinggapi.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Suka jalan-jalan dan kumpul dengan teman-teman. Penulis artikel yang juga suka nulis ide cerita di sebuah televisi swasta.

Suka jalan-jalan dan kumpul dengan teman-teman. Penulis artikel yang juga suka nulis ide cerita di sebuah televisi swasta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Ngopi di Masa Pandemi, Bagaimana Nasibnya?