Itinerary

Bagaimana Cara Jadi Pejalan yang Bertanggung Jawab?

Pariwisata seperti pedangnya Battousai: bermata dua. Di satu sisi, sektor ini punya potensi yang sangat besar. Di sisi lain, ia juga mengandung risiko yang mengerikan.

Yang sudah mulai tampak adalah dampaknya bagi lingkungan (sekitar). Sudah mulai muncul cerita-cerita tentang “kehancuran” destinasi dan atraksi wisata populer di berbagai tempat akibat ulah para turis, nggak cuma di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia.

Lalu sebagai pejalan kita harus bagaimana? Cari hobi baru? Nggak perlu. Ada alternatif lain, yakni menjadi seorang pejalan yang bertanggung jawab. Sebagai langkah awal, coba saja ikutin “Tips for a Responsible Traveler” dari UNWTO—badan PBB yang ngurusin pariwisata—berikut:

1. Hargai tuan rumah dan warisan bersama

Supaya bisa menghargai kedua hal di atas, tentunya kamu mesti mengenalinya dulu. Caranya adalah dengan mencari informasi soal destinasi yang akan kamu tuju. Cari tahu soal budaya setempat, tradisi-tradisi apa saja yang masih mereka lakukan di sana, apa saja warisan budaya yang masih tersisa, bagaimana kondisi sosial di sana.

Nggak ada salahnya juga buat belajar bahasa lokal sedikit-sedikit supaya lebih mudah buatmu untuk berinteraksi sama orang di sana. Kalau sudah begitu, perjalanan kamu tentu bakal lebih menyenangkan sekaligus bikin nyaman warga setempat.

pejalan yang bertanggung jawab
Berinteraksi dengan seekor tupai via pexels.com/Pixabay

2. Jaga planet kita

Untuk menjaga planet kita ini, kamu nggak perlu jadi Captain Marvel. Kamu bisa menjaga bumi kita dengan melakukan beberapa hal sederhana seperti yang dianjurkan dalam brosur UNWTO.

Biasakan membeli produk-produk yang nggak terbuat dari hewan atau tumbuhan yang terancam punah, hindari keluar jalur seenaknya di kawasan-kawasan yang dilindungi, kurangi konsumsi air dan energi (selama memungkinkan), dan tinggalkan jejak sesedikit mungkin di tempat-tempat yang kamu datangi.

pejalan yang bertanggung jawab
Merajut via pexels.com/Fancycrave.com

3. Dukung ekonomi lokal

Hal lain yang bisa kamu lakukan untuk menjadi pejalan yang bertanggung jawab adalah mendukung ekonomi lokal. Ada empat cara sederhana yang bisa kamu perbuat.

Pertama, beli kerajinan dan produk yang dibuat secara lokal. Kedua, hargai dan dukung keberlangsungan para perajin itu dengan cara nggak nawar terlalu afgan. Ketiga, jangan beli produk-produk palsu. Keempat, gunakan jasa pemandu lokal yang benar-benar paham soal kondisi tempat tersebut.

pejalan yang bertanggung jawab
Membaca peta via pexels.com/Rawpixel

4. Jadilah pejalan yang berpengetahuan

Menurut UNWTO, sekurang-kurangnya ada empat hal yang bakal dilakukan oleh seorang pejalan yang berpengetahuan.

Pertama, melakukan tindakan pencegahan soal kesehatan dan keselamatan, baik sebelum maupun selama melakukan perjalanan. Kedua, mencari tahu cara mengakses fasilitas kesehatan buat jaga-jaga kalau terjadi apa-apa. Ketiga, melakukan riset yang sungguh-sungguh sebelum melakukan “voluntourism.” Keempat, memilih operator yang peduli dengan lingkungan dan melibatkan komunitas lokal dalam kegiatan-kegiatannya.

traveler yang berguna saat terjadi bencana
Melakukan apa yang bisa dilakukan via travellerkaskus.com

5. Jadilah pejalan yang penuh rasa hormat

Pejalan yang bertanggung jawab adalah pejalan yang tahu hukum dan peraturan setempat; menghargai hak asasi manusia dan (ikut) melindungi anak-anak dari eksploitasi; nggak ngasih uang buat pengemis anak-anak namun berkontribusi dalam proyek-proyek komunitas; cuma memotret bukannya membawa pulang artefak-artefak buat oleh-oleh; dan ngasih ulasan yang jujur soal travelingmu; kalau ada yang kurang bilang, tapi jangan “sembunyikan” hal-hal positif yang kamu jumpai.

Gimana? Nggak susah ‘kan buat jadi seorang pejalan yang bertanggung jawab?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

TelusuRI

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *