Setiap kali mendengar nama Kota Surabaya disebut, maka yang terbayang—selain kulinernya yang memanjakan lidah—tentu saja limpahan sinar matahari yang membuatnya menjadi salah satu kota terpanas di Pulau Jawa. Wajar saja, Surabaya adalah sebuah kota industri yang berada di tepi laut.
Tapi, pernahkah terbayang dalam benakmu bahwa kota yang menjadi gerbang menuju Indonesia timur ini menyimpan banyak cerita seru? Nah, cara terbaik untuk menikmati setiap cerita tersebut adalah dengan bersepeda. Kenapa? Saya akan jelaskan kepadamu alasannya:
1. Punya geomorfologi lengkap
Tidak banyak kota yang memiliki beragam geomorfologi seperti Surabaya. Topografinya yang rata-rata datar dengan sedikit areal perbukitan membuatnya sangat nyaman untuk bersepeda. Kamu bisa menjelajahi wilayah pantai dari kawasan Tanjung Perak hingga Kenjeran yang cukup romantis apabila dikunjungi berdua dengan pasangan sembari menyapa senja.
Kalau ingin menguji ketangguhan dan skill, coba ke perbukitan di kawasan Dukuh Kupang, Darmo Permai, Wonokitri, Pakis, dan sekitarnya. Jika rasanya masih kurang menantang, kamu bisa mencoba Bukit Ular, Alas Malang, atau Gunung Bajul.
Kawasan metropolis dengan gedung-gedung bertingkat bisa kamu jumpai di Jl. Basuki Rahmat, Jl. Mayjen Sungkono, dan Jl. HR Muhammad. Kamu juga bisa menelusuri pinggiran sungai yang membelah kota mulai dari areal Jembatan Merah hingga Gunungsari.
Ingin belajar sejarah? Jelajahi saja kawasan Undaan, Ampel, dan Tugu Pahlawan. Taman-taman kota yang ada pun bisa memanjakan kamu dengan suasana hijau yang syahdu. Bahkan, kamu bisa kemping di salah satu taman itu, lho.
2. Keterbatasan moda transportasi bermotor
Yang terbatas di sini bukan jumlahnya, tapi aksesibilitasnya. Surabaya adalah kota yang tersusun oleh kumpulan kampung-kampung. Alhasil, cukup banyak jalan kecil yang akan membawamu dari satu titik ke titik lain lebih cepat daripada lewat jalan-jalan utama.
Mobil jelas tak bisa lewat jalan-jalan seperti itu. Sepeda motor mungkin bisa, tapi cukup banyak kampung yang melarang pengendara motor menyalakan mesin saat melintas, misalnya kawasan perkampungan Peneleh dan Pandean di mana terdapat situs-situs menarik seperti Rumah HOS Tjokroaminoto, Rumah masa kecil Bung Karno, dan Makam Peneleh.
Sepeda adalah pilihan terbaik karena tidak ada larangan untuk melintasi kawasan perkampungan dan jalan-jalan kecil itu. Tapi, tetap harus hati-hati.
3. “You’ll never ride alone”
Meski cuacanya panas, tidak sedikit warga kota yang bersepeda setiap hari. Selain itu, setiap bulan, kamu bisa ikut dua ajang di mana kamu bisa sepedaan bareng penggemar sepeda Surabaya. Gratis!
Ada Mancal Nang Suroboyo yang diinisiasi oleh teman-teman SubCyclist. Dalam kegiatan ini mereka akan mengajak kamu mengeksplorasi tempat-tempat unik seperti Tempat Pengolahan Modern Jambangan, Kawasan Kerajaan Belanda Ereveld, Makam Pendiri Surabaya Raden Sawunggaling, dan lain-lain.
Juga ada Surabaya Nite Ride yang merupakan ajang silaturahmi ratusan warga pesepeda di Surabaya. Mereka akan bersepeda bersama menelurusi jalanan kota, berbagi jalan dengan pengguna kendaraan bermotor, dan menikmati indahnya lampu kota yang mewarnai malam.
Bersepeda di Surabaya memang memiliki tantangannya tersendiri. Selain cuaca panas, kendaraan bermotor yang memenuhi jalanan juga bisa menimbulkan hambatan. Kalau sudah begitu, ada satu hal yang dapat dilakukan: naiklah trotoar dan kayuhlah pedalmu di sana. Namun tetap utamakan pejalan kaki dan teman-teman difabel, ya.
Jadi gimana? Siap menjelajahi Kota Pahlawan dengan bersepeda?
Baca tulisan Inanta Indra Pradana yang lain di sini.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.