Jam sudah menunjukan pukul 19.00, sebentar lagi waktu shalat Isya tiba, saya dan keluarga masih saja berada di jalan perbukitan bibir pantai. Sinyal telekomunikasi yang hilang timbul sedikit menghambat langkah untuk menemukan penginapan. Azzahra yang sudah mulai merengek pertanda lelah. Jelas saja, saya berangkat dari rumah pukul delapan pagi. Mulanya saya ingin menginap di Kota Painan, sekitar 40 menit lagi dari titik berada saat ini. Google Maps yang akan mengantarkan ke Kota Painan pun harus bertarung untuk mendapatkan koneksi. Seisi mobil, mama, papa, adik, Azzahra, Aydas, dan saya sudah sangat lelah. Mau tak mau saya harus memutuskan untuk bermalam di pinggir pantai Kawasan Mandeh ini.
“Halo, iyaa Pak?” Suara dibalik telepon menjawab panggilan Aydas. Sebuah cottage yang sudah sempat dua kali dihubungi untuk menawar harga. Mereka menawarkan harga yang cukup tinggi, sedangkan hari sudah malam dan saya hanya punya waktu sedikit untuk menikmati tempat ini. Sebetulnya jika menginap di suatu penginapan, akan masuk jam berapapun harganya pasti sama, namun saya merasa untuk rate harga di Sumatera Barat penginapan ini terlalu mahal. Akhirnya, Aydas dan suara di balik telepon itu deal dengan harga yang dikurangi sedikit saja. Tak mengapa yang penting saya dan keluarga bisa melepas lelah serta mengisi perut yang juga sudah mulai kelaparan.
Sembari menyiapkan makanan, penjaga cottage yang menyebut namanya Nia bercerita bahwa Flads Beach Cottage ini mulanya bangunan milik pribadi. Cottage hanya berpenghuni ketika pemiliknya pulang ke Sumatera Barat saja. Namun, pemilik cottage yang berada di salah satu pantai di Desa Sungai Nyalo ini kemudian menyewakannya melalui aplikasi WhatsApp dan telepon.
Bangunan semi permanen dua lantai ini berdiri kokoh menghadap ke laut, menatap pemandangan indah laut teduh setiap hari seakan semua beban masalah lenyap. Pengunjung pun ditempatkan di lantai dua sementara penjaga cottage tinggal di lantai bawah. Tersedia dua kamar dengan masing-masing tiga kasur lengkap dengan AC di dalam kamar, satu ruang TV, satu dapur lengkap dengan alat dapurnya, dan satu kamar mandi yang memiliki pemanas air. Pada depan cottage terdapat selasar letter L yang menghadap ke arah laut dilengkapi dengan bangku santai. Jika dibandingkan dengan menginap di hotel, memilih cottage dengan dua kamar seperti ini adalah pilihan yang tepat saat bepergian bersama keluarga besar.
Belum banyak orang mengetahui tentang wisata Mandeh yang berlokasi di Kecamatan Koto IX Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Setelah Presiden Jokowi berkunjung ke sini, Mandeh semakin terkenal. Potensi pariwisatanya disejajarkan dengan wisata bahari seperti Bali dan Raja Ampat.
Kawasan Wisata Mandeh (KWM) memiliki luas sekitar 18.000 hektare, terdiri dari tiga nagari dan tujuh desa perpaduan perbukitan dengan keindahan teluk yang dihiasi dengan gugusan pulau-pulau kecil pada bagian tengah Teluk Carocok Tarusan. Selain pantai, KWM punya wisata pulau, hutan mangrove, dan air terjun untuk ditelusuri. Jauh sebelum Kawasan Wisata Mandeh dikenal, mulanya masyarakat menggunakan akses laut untuk mencapai desa, namun kini sudah terdapat jalur darat beraspal yang memudahkan wisatawan untuk berkunjung. Berbagai sarana dan prasarana penunjang juga mudah ditemukan.
Pagi pun tiba, penat mulai hilang. Saya dan keluarga duduk di selasar sambil menikmati pemandangan. Tentu pemandangan ini tak pernah saya jumpai di keseharian. Saya yang seorang perantau melewatkan pagi dengan kemacetan ibukota, sedangkan mama yang selama ini tinggal di Payakumbuh menikmati pagi di kota yang tenang. Namun, pagi ini kami menatap langit dan laut yang sama, menghirup udara segar tepi pantai.
Nia yang menyajikan sarapan pagi itu bercerita tentang Kawasan Wisata Mandeh. Ia bilang, banyak sekali tempat wisata yang sangat mungkin untuk dikunjungi. Beberapa diantaranya yakni Puncak Jokowi atau Puncak Paku berganti nama sejak kunjungan Presiden Joko Widodo ke sini. Ini berada di lajur jalan utama di Kawasan Taman Bahari Mandeh.
Selain itu juga terdapat berbagai wisata pulau diantaranya Pulau Taraju, Pulau Setan atau sutan, Pulau Sironjong Besar, Pulau Sironjong Ketek, Pulau Marak, Pulau Kapo–kapo, dan satu pulau yang cukup terkenal bagi turis mancanegara yaitu Pulau Cubadak. Luasnya mencapai 40 hektare, memiliki ombak yang tenang, fasilitas resort bintang lima terdiri dari 15 bungalow dengan daya tampung sekitar 35 orang. Aktivitas lain yang bisa dilakukan di pulau yakni snorkling, diving, dan berkeliling pulau menggunakan perahu.
Dari cerita Nia, kami bisa berkunjung ke Pantai Sungai Nyalo, Puncak Paku atau Puncak Jokowi alih-alih menghabiskan waktu di cottage. Nia juga bercerita, jika hendak membeli ikan, ia hanya menghubungi nelayan via telepon, esok pagi setelah pulang melaut, kapal nelayan akan singgah di pinggir cottage untuk mengantarkan ikan-ikan segar. Sayang sekali, saya dan keluarga tidak mempunyai banyak persiapan untuk menginap jadi kami tidak bisa untuk bakar-bakar ikan.
Usai sarapan, saya mengajak keluarga untuk turun ke pantai bermain air sembari melihat hewan-hewan laut yang berada disekitar. Matahari semakin tinggi, menjadi pengingat untuk saya bahwa harus segera berkemas dan melakukan perjalanan selanjutkan. Siang itu, saya dan keluarga kembali bertolak ke Kota Padang. Semoga suatu saat nanti bisa kembali berkunjung untuk menikmati sajian wisata lainnya yang ada di Kawasan Wisata Mandeh.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Atika Amalia yang kini tinggal di Jakarta. Disela-sela kesibukannya sebagai Ibu Rumah Tangga, Atika juga menekuni hobi fotografi.