Indonesia adalah negara yang terkenal akan kulinernya. Hidangan pencuci mulut dan kudapan yang beragam menjadi daya tarik kuliner Indonesia. Tahun lalu, cenil lupis Mbah Satinem di Yogyakarta sempat jadi sorotan dunia karena diulas oleh seorang aktor Korea. Namun ini bukan hal yang aneh, mengingat banyak kuliner Indonesia yang memang sudah mendunia kelezatannya.

Semenjak harus #dirumahaja, pastinya kerinduanmu akan jajan di pasar semakin menjadi-jadi. Karena keramaian seperti pasar mesti dihindari, momen ini bisa jadi kesempatan untuk belajar memasak—atau sekadar untuk tahu lebih banyak mengenai—hidangan pencuci mulut khas Nusantara. Nah, TelusuRI punya beberapa rekomendasi hidangan pencuci mulut yang bisa kamu telusuri dan coba bikin, nih. Yuk, simak!

Martabak manis

Menurut sejarahnya, martabak manis berasal dari Bangka Belitung. Sebutannya adalah Hok Lo Pan yang artinya kue orang Hok Lo. Karena berasal dari Bangka Belitung sering pula disebut “martabak Bangka.” Di tempat lain martabak juga sering disebut “kue terang bulan” karena bentuknya yang setengah lingkaran dan berwarna kuning.

Salah satu menu martabak manis di Martabak 65A Bandung Asli Pecenongan, Jakarta Pusat via TEMPO/M. Iqbal Ichsan

Walaupun di setiap daerah kudapan ini dipanggil dengan nama berbeda, bahan utama dan cara pembuatannya tetap sama. Bahan utama martabak manis adalah tepung, ragi, soda kue, telur, margarin, dan gula. Secara tradisional, martabak biasanya hanya ditambahkan gula dan wijen di atasnya. Namun, martabak sudah menyesuaikan diri dengan selera kekinian dan sudah banyak gerai martabak yang menambahkan bahan-bahan “premium” seperti Oreo, cokelat Toblerone, dan red velvet untuk menarik perhatian milenial.

Kala bosan #dirumahaja, kamu juga bisa coba masak martabak di rumah memakai teflon, lho. Cara membuatnya bisa dilihat di sini.

Colenak

Colenak adalah pencuci mulut yang populer di kawasan Jawa Barat. Hidangan khas tanah Sunda ini dulunya sering disebut peuyeum digulaan. Ini karena bahan utamanya adalah tape atau peuyeum yang ditaburi gula merah dan kelapa parut. Nama colenak sendiri asalnya dari cara makannya yang dicocol dan rasanya yang enak.

Colenak ala Rumah Makan Sunda Lembur na’ bi Bet di Jalan Gandaria Tengah III No. 30, Jakarta, 18 Februari 2003 via TEMPO/Bagus Indahono

Bahan utama colenak sebenarnya hanya tape bakar dan gula merah yang ditaburi kelapa. Namun, di berbagai tempat, penyajian colenak beragam, ada yang disajikan dengan pisang, ada juga yang ditambahkan durian. Kalau mau mencoba bikin colenak di rumah, kamu bisa menyiapkan tape, pisang tanduk (opsional), margarin, gula merah 250 gr, parutan kelapa 200 gr, daun jeruk 10 lembar, air 250 ml, garam 1 sdt.

Sebelum membakar tape dan pisang, jangan lupa dipotong kecil-kecil dan dibalur margarin terlebih dahulu. Kemudian, untuk membuat saus larutan gula, masukkan gula merah, air, daun jeruk, garam, dan kelapa parut ke dalam panci lalu aduk hingga mendidih dan mengental. Setelah selesai, kamu hanya perlu menaruh tape dan pisang yang sudah dibakar di atas piring lalu tuangkan saus larutan gula.

Cendol/dawet

Es dawet, atau sering juga disebut es cendol, merupakan salah satu minuman pencuci mulut yang populer di segala kalangan. Bahkan cendol masuk urutan ke 9 CNN Travel “50 World’s Best Desserts” tahun 2019, meskipun disebut berasal dari negara tetangga. “Es dawet” adalah sebutan di Banjarnegara, sementara “es cendol” nama yang populer di daerah Bandung.

Es cendol, salah satu menu Ajag Ijig Restaurant, Jakarta via TEMPO/Frannoto

Di Indonesia sendiri, ternyata es dawet dan es cendol memiliki beberapa perbedaan yang mungkin tidak diketahui banyak orang. Jika es dawet tradisionalnya terbuat dari tepung beras, es cendol biasanya terbuat dari tepung hunkwe. Perpaduan rasa manisnya gula merah, gurihnya santan dan wanginya pandan yang dominan, membuat es dawet dan es cendol sulit dibedakan. Secara komponen bahan, keduanya memang sama-sama mengandung gula merah, pandan, santan, dan es.

Kalau mau coba bikin es dawet waktu #dirumahaja, cek cara pembuatannya di sini, ya.

Es pallu butung

Es pallu butung adalah pencuci mulut yang ramai dijajakan saat bulan puasa. Berasal dari Sulawesi Selatan, “pallu” artinya “masakan” dan “butung” adalah pelafalan Buton, sebuah pulau di Sulawesi Tenggara. Maka, pallu butung artinya adalah “masakan orang Buton.”

Jajanan khas Makassar, es pallu butung via TEMPO/Ayu Ambong

Hidangan khas Makassar ini punya saudara kembar bernama es pisang ijo. Beda es pallu butung dengan es pisang ijo ada pada lapisan hijau yang membungkus pisangnya. Selain itu, jenis pisang yang digunakan juga beda. Es pisang ijo biasanya menggunakan pisang kepok, sementara es pallu butung biasanya menggunakan pisang raja. Jika hendak mencoba membuat es pallu butung, kamu bisa menyiapkan pisang 4 buah, tepung beras 50 gr, tepung terigu 1 sdm, santan 600 ml, vanili 1/3 sdt (opsional), daun pandan 2 lembar, gula pasir 50 gr, garam ½ sdt, sirup merah, dan es batu.

Memasak es pallu butung di rumah bisa dimulai dengan mengukus pisang dan kulitnya selama 30 menit sampai matang, lalu sisihkan hingga dingin. Larutkan tepung beras dan tepung terigu dalam 300 ml santan, lalu sisihkan. Masak santan, daun pandan, garam dan gula pasir, aduk perlahan hingga mendidih. Tuangkan larutan tepung ke dalam santan yang telah mendidih. Tambahkan vanili (opsional) lalu aduk hingga mengental. Sajikan bubur dalam mangkuk, kupas dan potong pisang kecil-kecil, beri es batu dan sirup merah, dan es pallu butung pun siap dinikmati.

Sebenarnya masih banyak hidangan pencuci mulut yang lain. Tapi, coba dulu, deh, beberapa hidangan di atas. Semoga bermanfaat, Sob!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Tinggalkan Komentar