Duduk-duduk di bawah pohon rindang sambil selonjoran dengan pemandangan sawah lepas, tenang sekali rasanya. Bayang-bayang ini selalu melintas di benak saya karena kerap kali terlalu lelah dengan keseharian yang padat. Belum soal rutinitas monoton setiap hari yang lama-lama menumpuk kebosanan. Jari-jemari saya sibuk mencari informasi tempat yang memiliki nuansa kampung namun tak ingin jauh keluar kota. Situs pencarian Google memberi jawaban dengan cepat. Saya menemukan sebuah tempat yang tak begitu jauh dari rumah, adalah Agro Edukasi Wisata Ragunan.
Dari beberapa referensi yang saya temukan saya mengetahui bahwa Agro Edukasi Wisata Ragunan merupakan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, berada di bawah Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian. Tempat ini berfungsi untuk mengembangkan kawasan pertanian sekaligus sebagai kawasan produksi, edukasi, inovasi teknologi, inkubasi bisnis, konservasi lingkungan, serta tempat wisata.
Rencananya, Pemprov DKI Jakarta akan membangun 12 lokasi Agro Edukasi Wisata lainnya. Pemprov DKI Jakarta pun akan bersinergi dengan Kementerian Pertanian untuk mendorong urban farming. Salah satu caranya adalah dengan menyalurkan bibit tanaman agar setiap orang bisa mulai bercocok tanam di rumah masing-masing.
Agro Edukasi Wisata Ragunan berada di Jalan Poncol Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan atau tepat berbatasan dengan Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta Selatan. Jika menggunakan angkutan umum, kita bisa turun di halte Departemen Pertanian.
Saat tiba di lokasi, saya melihat gerbang Agro Edukasi Wisata Ragunan tertutup. Seorang satpam paruh baya menghampiri dan bertanya ada keperluan apa datang ke tempat ini. Saya merasa agak sedikit aneh dengan pertanyaan beliau, biasanya saat berkunjung ke tempat wisata, pengunjung disambut tanpa diberi pertanyaan. Tapi tak ingin berpanjang lebar, saya pun mengutarakan tujuan datang kemari yaitu untuk berwisata.
Seketika satpam tersebut membukakan gerbang untuk masuk. Beliau juga menginformasikan bahwa tidak ada biaya retribusi untuk berkunjung. Semua tamu bisa masuk secara gratis. Sebuah danau menkecil jadi pemandangan utama saat masuk, namun danau tersebut berada di luar kawasan, terdapat pagar sebagai pembatas di sepanjang jalur yang saya lalui, sisi berlawanan merupakan tembok pembatas antara Bumi Perkemahan Ragunan dengan Agro Edukasi Wisata Ragunan dan juga di sepanjang dinding ini tampak tumbuh lebat tanaman keji beling (Strobilanthes crispa).
Saat turun dari mobil, saya langsung disambut oleh kebun kangkung (Ipomoea aquatica) dan bayam cabut (Amaranthus tricolor) yang ditanam di atas raise bed, menurut laman jurnal.com raised bed adalah lingkup lahan yang dibuat di atas tanah atau dak kemudian dibatasi dengan wadah atau bahasa sederhananya: bak tanaman.
Saya juga melihat sekitar lima orang yang sedang beraktivitas di dalamnya, ada yang sedang mencangkul, ada yang duduk-duduk dan ada pula yang sedang merapikan tanaman. Beberapa orang dari mereka melihat kedatangan saya. Jujur saja, saya sempat bingung dengan situasi ini. Saya harus kemana dan bertanya ke siapa. Namun, pada akhirnya tanpa ragu, saya menyapa salah seorang petani dan bertanya mengenai alur kunjungan, petani tersebut mengarahkan saya untuk berjalanan ke arah sebuah bangunan yang tampak seperti gedung kantor.
Saya melewati beraneka ragam tanaman di antaranya sereh (Cymbopogon citratus), terung (Solanum melongena), bunga telang (Clitoria ternatea), mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), kemangi (Ocimum basilicum), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), seledri (Apium graveolens), bayam cabut (Amaranthus tricolor), daun bawang (Allium fistulosum), dan berbagai jenis pohon buah. Selain itu juga terdapat beberapa jenis hewan ternak dan tempat pengembangbiakan maggot (Hermetia illucens).
Masih terkagum dengan tempat ini, seorang lelaki menyapa saya dan menanyakan tujuan saya datang ke sini, lagi-lagi pertanyaan ini terasa agak janggal. Kemudian saya berbalik tanya, apakah ada yang bisa mendampingi saya. Tak lama berselang, seorang lelaki yang lebih muda terlihat berlari kecil mendekat, dengan ramah ia memperkenalkan diri, namanya Nanda dan ia akan mendampingi saya mengelilingi tempat ini.
Nanda mengajak saya untuk memberi pakan sapi. Rumput-rumput pakan ditanam langsung di kawasan ini. Putri kecil saya Azzahra—yang juga ikut menemani saya saat berkunjung—sangat senang bisa memberi makan sapi secara langsung. Tak hanya sapi, Nanda juga mengajak saya melihat kandang ayam kampung, kambing, kelinci, dan ikan.
Hasil produksi dari ternak-ternak dijual, di antaranya susu sapi yang telah dipasteurisasi, telur ayam kampung, dan juga ikan. Sambil berkeliling Nanda juga bercerita bahwa Agro Edukasi Wisata Ragunan memang dihadirkan untuk memfasilitasi minat masyarakat untuk belajar urban farming atau bercocok tanam di perkotaan, mulai dari menanam, pembibitan, pemupukan, panen, hingga pengemasan dan pemasarannya.
Hal ini sejalan dengan upaya Pemprov DKI Jakarta untuk mendukung wisata pertanian. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan lahan kosong di Jakarta sambil memperkenalkan konsep ketahanan pangan keluarga dengan urban farming lokal. Selain itu, pengunjung bisa melihat tanaman superfood lokal, belajar teknik hidroponik, dan mengenal tanaman pangan lain seperti microgreens dan tanaman bunga yang bisa dimakan.
Setelah lelah berkeliling, Seorang wanita datang menghampiri kami, namanya Iyut, ia juga bertugas sebagai pendamping pengunjung. Ia baru saja menyiapkan bibit-bibit tanaman. Kemudian, Nanda dan Iyut memberi tahu saya bahwa sayur-sayur yang ditanam di lokasi ini bisa dibeli. Pengunjung juga boleh ikut turun memetik sayur-sayur segar. Seikat sayur kangkung (Ipomoea aquatica) dijual dengan harga lima ribu rupiah. Jika dibanding harga pasar, sayur di sini terbilang murah apalagi satu ikatnya sangat banyak .
Mereka juga bercerita sayuran yang di tanam di Agro Edukasi Wisata Ragunan kadang sudah pesanan pelanggan, dan setiap hari sudah ada daftar pembelinya. Pada pagi hari, calon pembeli pun sudah menunggu sayur-sayur dipetik oleh petani. Dari cerita Nanda dan Iyut akhirnya saya paham mengapa saat masuk satpam lebih dulu bertanya, karena beberapa kelompok tamu yang sering datang ke kawasan ini, ada yang hanya mengambil pesanan sayuran, sekedar berkunjung atau field trip rombongan taman kanak-kanak.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.