Kawasan pecinan di Semarang terbentuk sekitar tahun 1740. Pemicunya adalah Perang Geger Pecinan, sebuah perlawanan etnis Tionghoa terhadap penguasa VOC.
Singkatnya, VOC menang. Setelah itu, VOC memukimkan masyarakat Tionghoa ke dalam kawasan tertentu agar lebih mudah diawasi. Ini mereka lakukan di beberapa daerah di Pulau Jawa, termasuk Semarang.
Waktu berlalu. Sekarang, wilayah pecinan di Semarang tumbuh menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik. Selain sejarah dan bangunan-bangunan lawas peninggalan masa lalu, yang bikin Pecinan Semarang seru buat ditelusuri adalah ragam kulinernya, misalnya tujuh makanan dan minuman berikut:
1. Lumpia Gang Lombok
Kuliner Pecinan Semarang yang wajib banget kamu coba adalah lumpia. Lumpia ini sebetulnya makanan hasil akulturasi. Konon, dulu ada sepasang suami-istri keturunan Jawa-Tionghoa yang ingin menjual lumpia. Melihat kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat Semarang nggak mengonsumsi babi, mereka mengganti isi lumpia dari yang semula daging babi menjadi daging ayam.
Di Lumpia Gang Lombok sendiri kamu bisa memilih beberapa macam isian lumpia—rebung, ayam, dan udang. Ada dua jenis lumpia yang dijajakan, yakni lumpia basah dan goreng. Dua-duanya sama-sama lezat, jadi kamu tinggal pilih saja mana yang sesuai selera. Tapi, kalau mau mencicipi lumpia ala Gang Lombok ini, kamu mesti rela antre, sebab tempatnya selalu ramai.
2. Kopi O
Dari Gang Lombok, kamu bisa jalan kaki ke Gang Warung. Inilah tempat di mana Pasar Semawis digelar setiap akhir pekan. Di Gang Warung, di sebuah tempat bernama Warung Kopi Alam, kamu bisa mencicipi kuliner Pecinan Semarang berikutnya, yakni Kopi O.
Kopi O adalah kopi seduh yang jamak dijumpai di Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bisa dibilang, Kopi O termasuk kuliner peranakan. Kopi O jadi istimewa karena biji kopinya disangrai dengan mentega sehingga harum dan gurih. Arabika dan robusta selalu tersedia di Warung Kopi Alam. Kalau lagi beruntung, kamu bisa menyeruput liberika atau excelsa yang lebih langka.
3. Liang teh
Kuliner Pecinan Semarang lainnya yang perlu kamu coba adalah liang teh. (Minuman ini terkenal banget di Medan.) Liang teh di sini diramu dari daun teh, cincau hitam, dan alang-alang. Sebagai pelengkap rasa, ditambahkan pula gula pasir, gula aren, dan air kelapa. Sensasi meminumnya seperti menyantap es cincau tapi minus ampas.
Selain bisa menghilangkan dahaga, liang teh juga dipercaya dapat mengobati panas dalam dan radang tenggorokan, sebab ada cincaunya. Diminum dingin, liang teh akan terasa lebih nikmat! Penjual liang teh bisa kamu jumpai di salah satu sudut Gang Mangkok.
4. Es gempol pleret
Di Gang Pasar Baru, ada Es Gempol Pleret Bu Riyanti yang siap menawar dahaga. Kalau kata Fauzan, storyteller yang dulu menemani saya berkeliling Pecinan Semarang, “Es gempol merupakan bentuk dari kemaniakan orang Indonesia terhadap nasi.” Iya juga sih; gempol terbuat dari tepung beras, pleretnya yang warna merah muda itu juga dari tepung beras.
Tapi, es gempol pleret ini segar sekali. Gempol dan pleretnya disiram dengan santan dan gula cair, terus ditambah es batu—dahaga kamu pasti bakal hilang seketika. Buat saya, rasa gurih dan manisnya lebih menyegarkan ketimbang liang teh. Seporsi es gempol pleret cuma Rp8.000. Aman buat kantong mahasiswa.
5. Leker
Leker ala Semarang agak beda dari leker ala Solo. Bedanya ada di wajan yang digunakan untuk memasaknya. Kalau versi Solo, wajannya berbentuk mangkuk cekung seperti wajan serabi, sementara leker gaya Semarang dimasak di wajan datar seperti di kios-kios crepes di mal.
Kebetulan leker yang saya coba di Gang Pinggir adalah leker asli Solo. Wajan masaknya berbentuk mangkuk dan dipanaskan dengan arang. Saya suka sekali dengan leker pisang coklatnya. Nggak kalah enak dari Leker Paimo yang tenar itu. Btw, usut punya usut, “leker” berasal dari bahasa Belanda “lekker’ yang artinya “enak.” Pantas saja enak, wong artinya saja “enak.”
6. Kue Pia Yong Yen
Setelah mencicipi leker gerobak di Gang Pinggir, kamu bisa bergeser sedikit ke seberangnya. Ada Pia Yong Yen di sana yang mendadak bisa bikin kangen sama bakpia pathok Jogja! Kue pia juga salah kuliner khas Pecinan Semarang.
Di Pia Yong Yen saya mencicipi pia rasa kacang hijau—mungkin karena sudah lama nggak makan bakpia pathok. Rasa kue pia terasa sangat renyah saat saya kunyah. Istimewanya, di Toko Pia Yong Yen kamu bisa beli pia ketengan—bahkan beli sebiji pun boleh!
7. Es krim jamu
Untuk menutup petualanganmu menelusuri ragam kuliner Pecinan Semarang, kayaknya nggak ada tempat yang lebih pas buat dihampiri selain Makuta Jamu Cafe. Di kafe ini kamu bisa duduk santai melepas lelah sambil mencicipi es krim jamu!
Banyak banget varian es krim jamu yang disediakan Makuta, mulai dari kunir asem, moringa, STMJ, temulawak, sampai—tentu saja—beras kencur. Tapi nggak cuma es krim jamu saja yang bisa kamu coba di sini. Ada menu lain juga seperti puding, kue mochi, dan jamu beneran.
Jadi kapan nih mau menelusuri ragam kuliner Pecinan Semarang?
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.