Itinerary

6 Gunung Jawa Tengah yang Dulu Jadi Favorit sebelum Prau dan Andong Tenar

Sebelum Prau dan Andong masuk dalam radar, 6 gunung inilah yang jadi sasaran para pendaki gunung Jawa Tengah setiap akhir pekan:

Lawu (3.265 mdpl)

lawu via cemoro sewu

Pemandangan di jalur antara Pos 1 dan Pos 2/Fuji Adriza

Letaknya di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tiga jalur umum Gunung Lawu adalah Cemoro Sewu, Cemoro Kandang, dan Candi Cetho. Cemoro Sewu paling pendek, makanya jadi jalur paling ramai. Cemoro Kandang lebih panjang karena jalurnya memutar. Yang paling memukau adalah Jalur Candi Cetho karena kamu bakal lewat sabana yang luas.

Ini adalah gunung Jawa Tengah yang paling dikeramatkan. Makanya banyak petilasan di Gunung Lawu. Selain itu, setiap malam 1 Suro ribuan orang bakal berdatangan untuk mendaki gunung yang katanya jadi tempat moksa Prabu Brawijaya V itu.

Merapi (2.930 mdpl)

pendakian gunung lawu via cemoro sewu

Gunung Merapi, Merbabu, dan Sumbing/Fuji Adriza

Dulu banget, Merapi bisa didaki lewat utara dan selatan. Tapi, karena gunung Jawa Tengah paling aktif ini rajin meletus, lama-lama sisi selatan (Jalur Kinahrejo) jadi makin susah diakses.

Jalur paling umum adalah Selo di Boyolali (4-5 jam sampai Pasar Bubrah). Tapi nggak sedikit juga yang naik dari Ndeles, Klaten. Selain itu, baru-baru ini jalur lama, Sapu Angin, juga dibuka kembali. Selain empat jalur itu, ada lagi jalur lain yakni Babadan. (Kalau mau baca cerita soal pendakian via Babadan, baca tulisan Hanny Edelweis Kecil ini.)

Merbabu (3.142 mdpl)

gunung kembar

Merbabu tampak dari dekat Pasar Bubrah Merapi/pendakiindonesia

Dilihat dari Jogja, Gunung Merbabu seolah sebelah-sebelahan sama Gunung Merapi. Kenyataannya, Merbabu berada di utara Gunung Merapi. Tapi, meskipun berdampingan, wujud Merbabu beda banget sama Merapi. Kalau Merapi seperti kerucut, Merbabu mirip mangkok terbalik.

Jalur umumnya adalah Selo. Tapi kamu bisa naik dari Wekas, Kopeng, dan Suwanting, yang masing-masingnya menawarkan pengalaman pendakian yang berbeda-beda. Tapi hampir semuanya bakal membawa kamu melintasi padang sabana.

Sindoro (3.150 mdpl)

mendaki gunung prau

Gunung Sindoro dan Sumbing/Fuji Adriza

Sindoro adalah kembarannya Sumbing. Dari jauh, kedua gunung ini kelihatan kayak gambar yang sering dibikin sama anak SD. Jalur klasik Gunung Sindoro adalah Kledung, yang cuma terpaut sekitar satu kilometer dari jalur klasik Gunung Sumbing, yakni Garung.

Buat ke puncak Gunung Sindoro via Kledung, perlu waktu sekitar 6-7 jam. Biasanya pendaki nge-camp di Pos 3 atau di Sunrise Camp, yang masih terpaut sekitar 2-3 jam perjalanan dari puncak. Sebelum puncak, kamu bakal melintasi sabana kecil. Jalur lain yang sekarang juga mulai populer adalah Tambi (yang dulu pernah dilewati Soe Hok Gie).

Sumbing (3.371 mdpl)

pendakian gunung sindoro

Gunung Sumbing, kembaran Gunung Sindoro/Fuji Adriza

Waktu tempuh pendakian Gunung Sumbing hampir sama dengan waktu tempuh pendakian Gunung Sindoro. Tapi, medan pendakian Sumbing lebih bervariasi ketimbang Sindoro, sekaligus lebih terjal dan licin.

Jalur yang dulu paling populer adalah Garung. Lewat Garung, kamu bakal melintasi sebuah tempat bernama Pasar Setan, yang terletak di pelana yang diapit oleh jurang menganga. Pokoknya, melewati Pasar Setan malam-malam bakal jadi PR banget.

Slamet (3.428 mdpl)

soe hok gie mendaki gunung

Perjalanan menuju puncak Gunung Slamet/Maria Noviarta

Gunung Slamet adalah gunung Jawa Tengah yang paling tinggi. Slamet punya tiga jalur pendakian yang populer, yakni Bambangan, Guci, dan Baturraden. Tapi yang paling umum dilalui oleh para pendaki adalah Bambangan.

Kalau naik dari Bambangan, biasanya pendaki kemping di Pos 5 terlebih dahulu sebelum muncak keesokan paginya. Puncak Gunung Slamet lumayan spektakuler. Kawahnya besar dan tanah-kerikilnya berwarna kemerahan. Supaya bisa lihat pemandangan indah, mending kamu naik Slamet pas musim kemarau.

Jadi, di antara 6 gunung Jawa Tengah itu mana aja yang udah pernah kamu daki?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *