Berwisata ke Bandung Selatan, terkadang mengesalkan. Meski COVID-19 masih jadi pandemi saat ini, tak jarang kepadatan untuk menuju Ciwidey di akhir pekan masih terasa. Meski pemandangan di Ciwidey segar dipandang, namun kepadatan jelang lokasi seringkali menurunkan mood setelah sampai di tempat wisata yang dituju.
Seiring perjalanan waktu sejak masa pandemi COVID-19, tumbuh pula ragam wisata baru. Kemeriahan Ciwidey malah saat ini bergeser agak ke Timur. Tetangga kecamatannya, Pangalengan saat ini mulai jadi primadona, setelah sejumlah wisata alam dikembangkan secara serius, ada Point Sunrise Cukul, ada pula Wayang Windu Panenjoan.
Wayang Windu Panenjoan indah saat cerah dan berkabut
Wayang Windu Panenjoan adalah wisata alam, berupa hamparan kebun teh. Posisinya persis di ketinggian 1800 DPL. Menjadi puncak tertinggi dari Perkebunan Teh Kertamanah, Pangalengan. Karena berada di ketinggian ini lah, cuaca mudah berubah, faktor tekanan udara dan kelembabannya berbeda dengan di dataran rendah.
Saat cerah sunrise, bisa jadi sejam kemudian turun kabut tebal. Begitu pula saat kabut turun, bisa jadi hujan rintik tiba-tiba datang. Namun demikian, jangan percaya kalau ada orang bilang Wayang Windu Panenjoan hanya asyik dinikmati saat cerah. Ternyata berada di lokasi ini saat gerimis sekalipun sangat berbeda suasananya.
Saat cerah, ketika matahari pagi baru muncul, memandang sisi barat, Gunung Malabar nampak gagah berdiri. Sementara di bawah, tidak jauh dari puncak Perkebunan Teh Kertamanah terlihat kepulasan asap dari Geothermal Gunung Wayang. Pemandangan asap membumbung tinggi dari geothermal akan menjadi lebih dramatis saat kabut turun.
Ketika kabut turun pun, saat masih tipis, pohon-pohon tinggi diantara tanaman teh akan terlihat seperti siluet diantara kabut putih. Ini justru menjadi pemandangan yang eksotis. Apalagi ketika kabut masih tipis, putihnya kabut dan asap dari geothermal menjadi pemandangan indah tersendiri karena gradasi warna yang dimunculkannya.
Suasana di Wayang Windu Panenjoan
Ketika kita sudah berada di lokasi, tidak hanya pemandangan yang memanjakan mata, kita juga bisa berolahraga. Buat kamu yang suka gowes, ada track panjang yang bisa kamu susuri. Kamu juga bisa sewa ATV untuk jelajahi sudut-sudut Wayang Windu Panenjoan.
Soal camilan tidak perlu khawatir, di sini ada kantin. Setidaknya bisa menghangatkan tubuh dengan kopi atau mie rebus yang bisa dipesan dan disantap di bagian atas paseban kantin. Kalau mau bawa makanan sendiri juga boleh, karena tidak ada larangan membawa makanan. Hanya saja, please dong sampahnya disimpan pada tempat yang sudah ada. Agak kesal juga sih melihat oknum pengunjung yang lempar buang sampah sembarangan. Untunglah ditegur masih mau pungut, walaupun wajah orang tersebut kemudian memerah dan manyun.
Para pesepeda Bandung dan sekitarnya, di akhir pekan sering kali ke sini. Kalau dari luar Pangalengan untuk menuju lokasi, stamina memang harus prima. Jangankan dengan sepeda, dengan sepeda motor saja, bolak-balik Bandung Pangalengan cukup melelahkan dengan jaraknya yang 60 km sekali jalan.
Bukan perjalanan yang mudah
Saat menuju lokasi, setelah lepas Banjaran kita akan terhibur dengan jalan yang meliuk-liuk. R4 dan R2 jenis kecil tentu sangat menikmati karena pemandangan di sela-sela perkampungan yang dilewati cukup membuat kita menahan lelah, dengan suasana yang memanjakan mata. Beberapa penjaja kuliner tradisional warungan juga dengan mudah kita temukan, sehingga kita bisa istirahat sejenak untuk sekedar mengisi perut karena perjalanan dari jalan provinsi menuju lokasi masih sangat jauh.
Patokan yang paling mudah untuk mengarah ke lokasi adalah Banjaran. Melalui Jalan Raya Banjaran Pangalengan, ada dua indikator yang harus diingat. Pertama pertigaan Cimaung, yang ke dua Desa Cikalong.
Pertigaan Cimaung sangat terkenal, karena menjadi akses menuju Gunung Puntang. Selepas Cimaung, kalian akan melewati desa Cikalong. Nah, selepas Desa Cikalong kalian akan menemukan pertigaan Kertamanah. Dijamin pertigaan ini tidak akan terlewat karena cukup besar dan ada tugu serta tulisan besar Perkebunan Teh Kertamanah.
Di pertigaan tersebut tekuk kiri, masuk ke arah perkebunan teh. Jangan senang dulu, setelah melalui 52 km perjalanan Bandung Kertamanah, di GPS kita bisa lihat, untuk menuju ke lokasi masih ada 10 km perjalanan harus ditempuh. Jalannya makin lama, makin menanjak. Sebagian sudah dibeton, sementara sebagian lagi jalanan berbatu kecil. Untuk pengendara roda dua tentu harus berhati-hati saat riding di jalan yang masih berbatu.
Untuk yang baru pertama kali menuju lokasi, setiba di Pertigaan Kertamanah, umumnya girang, karena dikira sudah mau sampai. Nyata 10 km menuju lokasi, perasaan lama banget. Oleh karenanya harus siap fisik dan juga mental. Terutama buat anak mall, pasti kaget dah. Tapi perjalanan mengasyikan kok. Kanan kiri hutan pinus, hutan heterogen dan juga hamparan teh. Perkampungan hanya ada jelang pemandian air panas, dan juga komplek pegawai perkebunan.
Di sisa perjalanan 10 km, kalian bisa rehat di beberapa spot untuk sekedar ngemil di warung, atau minum bandrek yang dijajakan warga. Kalau masih pagi, bisa juga mampir di Pemandian Air Panas Cibolang. Atau mau trekking dulu ke Kawah Wayang Windu yang jadi pusat geothermal? Nah kalau mau mampir sana sini di dekat lokasi, tentu perjalanan harus dilakukan sepagi mungkin, biar nggak nanggung berpetualang jauhnya.
'Senior broadcaster' di Bandung dan konsultan komunikasi.