Itinerary

9 Tips dan Trik Menulis Catatan Perjalanan

Kalau kamu menemukan artikel ini lewat mesin pencari, besar kemungkinan kamu memang sedang kebingungan mencari cara agar bisa menulis catatan perjalanan. Kamu nggak perlu bingung, Sob. Kamu tiba di tempat yang tepat. Khusus buat kamu, ini TelusuRI kasih 9 tips dan trik menulis catatan perjalanan:

1. Biasakan untuk mengamati

Memang ada ungkapan, “Yang kamu tulis adalah apa yang kamu baca.” Nah, dalam konteks catatan perjalanan, ungkapan itu menjadi, “Yang kamu tulis adalah apa yang kamu amati.”

Biasakan untuk mengamati segala sesuatu yang  kamu temui dalam perjalanan. Amati bagaimana kondisi jalan, orang-orang yang lalu lalang di trotoar, penjual dan pembeli yang sedang transaksi di pasar tradisional, dll. Jadi, kalau kamu mau menuliskan cerita perjalananmu, lepaskan diri dari kendali ponsel pintarmu. Jangan sering-sering menunduk; dongakkan kepalamu dan lihatlah kenyataan!

melakukan perjalanan

Pasir putih, laut biru via pexels.com/Riccardo Bressciani

2. Banyak-banyak jalan kaki

“Yakali dari Denpasar ke Ubud jalan kaki?!” Jangan sinis dulu. Ya, nggak kayak gitu juga, Sob. Pilih rute jalan kaki yang gampang aja, misalnya di sekitar pusat kota.

Jika naik kendaraan bermotor bakal ngasih kamu gambaran umum, jalan kaki bakal ngasih kamu kesempatan buat melihat lebih rinci. Kamu bisa mengamati ekspresi orang yang kamu temui di jalan (tapi jangan dipelototin juga) dan melihat aktivitas mereka. Intinya, kamu lebih punya banyak kesempatan untuk merasakan denyut kehidupan di tempat itu.

3. Sering-sering melipir dari keramaian atau lokasi turistik

Kalau mau menulis catatan perjalanan yang beda dari kebanyakan, kamu mesti berani melipir dari rute yang diambil pejalan pada umumnya. Kamu bakal menjumpai hal-hal yang berbeda. Alhasil, cerita yang kamu tulis nanti juga bakal berbeda.

Nah, catatan-catatan perjalanan yang menarik tuh biasanya tentang destinasi atau atraksi wisata yang nggak umum, yang nggak banyak beredar di media atau media sosial.

jalan-jalan hemat

Kota via pexels.com/Kaique Rocah

4. Catat segala sesuatu yang menarik

Kecuali kamu punya ingatan super, kamu perlu mencatat hal-hal menarik yang kamu temui sepanjang jalan. Biasanya sih yang sering dilupakan adalah kalimat-kalimat “dalam” yang diucapkan oleh orang-orang yang kamu temui di jalan.

“Lho, catat pakai apa?” Terserah kamu. Sekarang ‘kan zaman sudah canggih. Kalau kamu tipikal old school, kamu bisa bawa buku catatan kecil. Tapi kalau lebih nyaman dengan teknologi terkini, kamu bisa mencatat di aplikasi notes di ponsel pintarmu. Malas menulis, kamu bisa merekam suara dengan voice recorder.

5. Konsisten dalam mencatat

Setelah beberapa hari mencatat, bisa saja kamu merasa bosan. Tapi, setiap kali kamu dilanda bosan, ingat hal berikut, Sob: coretan-coretan yang kamu bikin itu bakal berguna banget buat menulis catatan perjalanan.

Coretan-coretan itu bakal membantu kamu untuk bercerta, juga mengingat hal-hal kecil yang mungkin luput dari ingatan kamu. Makanya kamu mesti konsisten bikin catatan. Minimal sehari sekali sebelum tidur.

jalan-jalan hemat

Merencanakan perjalanan sama serunya dengan mencatatkan perjalanan itu via pexels.com/Pixabay

6. Renungkan segala yang kamu alami dalam perjalanan

Apa sih sebenarnya yang membedakan tulisan perjalanan dengan genre tulisan lain? Sudut pandangnya, Sob. Catatan perjalanan punya sudut pandang yang subjektif dan personal banget. Sudut pandang subjektif inilah yang bikin tulisan perjalanan jadi unik.

Jadi, pada dasarnya kamu bebas buat memasukkan gagasan-gagasan yang ada dalam kepalamu pas menulis catatan perjalanan. Gimana supaya punya gagasan? Ya, merenung. Makanya, pas lagi jalan-jalan, atau sepulang jalan-jalan, sediakan waktu untuk merenungkan apa saja yang kamu alami selama bertualang.

7. Benturkan antara hal-hal yang ideal dengan yang kamu temukan di dunia nyata

Sebuah cerita bakal jadi menarik kalau ada konflik. Lho, terus kalau ternyata perjalananmu lempeng-lempeng saja, terus bagaimana?

Secara fisik mungkin perjalananmu biasa-biasa saja. Tapi secara mental mungkin perjalanan yang kamu lakukan seru banget pasti. Tinggal pandai-pandai aja memilih sudut bercerita. Lagian, pasti banyak banget hal-hal nggak ideal yang kamu temui selama jalan-jalan. Nah, kamu bisa mempertentangkan itu dengan yang ideal. Tulisanmu bakal jadi kritik yang membangun. Siapa tahu ntar ada stakeholder yang baca terus menjadikan tulisanmu sebagai bahan pertimbangan buat mengembangkan pariwisata di tempat itu.

melakukan perjalanan

Bersama-sama dengan kawan via pexels.com/Helena Lopes

8. Kelompokkan pengalaman-pengalamanmu

Kamu sudah pulang, dengan membawa catatan tebal dan rekaman suara yang banyak banget, tapi abis itu bingung mau mulai nulis dari mana. Tenang saja, Sob. Ada triknya.

Supaya nulisnya enak, kamu bisa membagi-bagi pengalamanmu dan mengelompokkannya dalam topik-topik yang serupa. Kamu bisa mengelompokkannya berdasarkan waktu, destinasi, atau permasalahan-permasalahan serupa yang—lucunya—kamu temukan di tempat-tempat yang berbeda. Teknisnya begini: bikin subjudul-subjudul yang bisa kamu kembangkan jadi ide-ide pokok dalam catatan perjalananmu.

9. Sisipkan kalimat-kalimat langsung

Salah satu ciri tulisan yang keren adalah tulisan yang bisa membawa pembaca masuk ke dalam adegan yang diceritakan. Nah, buat bikin tulisan seperti ini juga ada triknya, yakni menyisipkan kutipan-kutipan langsung.

Tapi, kalimat langsung itu seperti apa? Kalimat langsung itu adalah kalimat yang langsung diucapkan oleh seseorang, contohnya: “Aku mau ke perbatasan. Ada teman yang menunggu di sana,” ujar Majid yang tak bisa menyembunyikan kegelisahannya.

Mudah-mudahan 9 tips dan trik di atas bermanfaat, Sob. Selamat menulis catatan perjalanan!


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.

Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *