Beberapa waktu lalu warganet dihebohkan oleh dua orang “backpacker” asal Benua Eropa yang kehabisan uang di Pekalongan. Sampai-sampai mereka nggak bisa bayar hotel. Pihak hotel pun menghubungi polisi. Lucunya, polisi malah kasihan dan membekali dua turis itu sejumlah uang supaya bisa sampai ke tujuan, yaitu Jakarta. (Enak banget.)
Tapi dua orang itu masih mending. Tahun 2016 kemarin, publik juga dibikin heboh oleh seorang bule Jerman yang mengemis di Bali (yang ternyata juga pernah mengemis di Bangkok dan Manila). Yang mengejutkan, dalam ulasan Tirto.id yang berjudul “Merebaknya Backpacker Minim Modal,” terungkap bahwa ternyata praktik mengemis di kalangan backpacker itu nggak cuma terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara Asia Tenggara lain seperti Thailand, Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Entah apapun alasannya, mengemis dalam perjalanan sama sekali nggak elok. Apalagi kalau orang itu mengemis di destinasi yang UMR-nya jauh lebih rendah daripada di tempat tinggalnya. Jadi, demi mempertahankan harkat dan martabat, sedapat mungkin hidari mengemis waktu kamu melakukan perjalanan. Caranya gimana? Jangan khawatir. Nih, telusuRI kasih 7 tips backpacking biar nggak ngemis di perjalanan:
1. Menabung
Kita positif thinking saja. Gara-gara sibuk nyicil ponsel canggih terbaru, mungkin sudah banyak backpacker yang lupa sebuah istilah: menabung. Sederhananya, menabung adalah aktivitas menyisihkan uang gaji (atau jajan buat yang masih beroperasi di bawah Badan Usaha Milik Orangtua) agar dapat dimanfaatkan buat keperluan lain—misalnya jalan-jalan.
Macam-macam caranya. Jadi, tips backpacking yang pertama adalah kamu bisa menabung uang di celengan, menyisihkan sebagian uang dalam simpanan berkala di bank, deposito (bukan despacito, lho), atau investasi emas. Terserah mau pakai cara apa, yang penting kamu bisa menyimpan sebagian duitmu dan tidak membelanjakannya. Nah, setelah terkumpul, kamu bisa memakai duit itu untuk melancong.
2. Jangan besar pasak daripada tiang
Kamu pengen jalan jauh tapi cuma punya duit sedikit. Atau, kamu pengen merasakan tidur di hotel yang ada bathtub-nya tapi cuma punya anggaran buat tidur di dormitory. Kalau kamu tetap maksain, itu namanya “besar pasak daripada tiang” alias besar pengeluaran daripada pendapatan.
Tips backpacking kedua, sesuaikanlah perjalananmu dengan anggaranmu. Benar, you only live once. But you have all the time in the world to prepare your frickin’ journey as well. Kalau mau jalan jauh, nabung lebih lama. Jika kamu tetap pengen nyobain nginap di hotel berbintang, menabunglah lebih banyak. Jangan besar pasak daripada tiang—ntar bisa-bisa kamu ngemis lho di tengah jalan.
3. Cari alternatif yang paling murah waktu bikin itinerary
Kalau mau bujetmu bisa nutupin perjalanan itu, mau nggak mau kamu harus menyesuaikan itinerary-mu dengan anggaranmu. Bujet tinggi berarti perjalananmu lebih lama. Sementara kalau anggaranmu sedikit, mungkin kamu harus puas dengan perjalanan-perjalanan singkat.
Begitu juga dengan transportasi. Duit sedikit jangan nekat naik kereta eksekutif atau pesawat. Berpuaslah hanya dengan naik bis atau kereta ekonomi. Soal tempat menginap sama saja. Kalau kantongmu tipis, menginaplah di penginapan murah—atau perluas jaringanmu lewat komunitas-komunitas pejalan yang akhir-akhir ini menjamur di mana-mana. Atau, sesuaikan waktu supaya kamu bisa melakukan perjalanan malam sehingga nggak harus mengeluarkan biaya ekstra buat menyewa kamar.
4. Bagi-bagi perjalanan tersebut menjadi beberapa etape kalau memang belum sanggup melakukan sebuah perjalanan yang benar-benar panjang
Kamu cuma punya bujet satu juta tapi pengen melintasi Nusa Tenggara? Bisa. Tapi kamu nggak bakal bisa pulang karena kehabisan duit di tengah jalan. (“Saya pulang renang saja,” jawabmu. “’Kan saya atlet renang lintas benua.”) Sok kalau mau renang—atau kalau kamu Nobita yang bisa pinjem pintu ke mana saja sama Doraemon.
Bagi-bagi saja perjalananmu. Misalnya bulan ini melintas Bali, Lombok, Sumbawa. Pulang lagi, kerja lagi, nabung lagi, terus lanjut Sumba, Flores, Timor, dan pulau-pulau kecil lain di sana. Nggak ada yang ngejar kamu supaya segera jalan-jalan, ‘kan? Lagian, petualangan itu bukan pembuktian buat orang lain, cuy! Jangan cuma karena pengen disebut “petualang” sama orang lain kamu rela sampai ngemis-ngemis di tengah jalan cuma buat meneruskan perjalanan. It isn’t cool—at all!
5. Kurangi dugem selama perjalanan
Jangankan dugem. Ngebir di Indonesia aja mahal banget. Jadi kalau pengen jalan jauh, jangan sekali-sekali pakai slogan “save water, drink beer.” No worries; we still have plenty of water. Kecuali kalau kamu jalan-jalannya di Kamboja di mana satu gelas draft beer harganya cuma 1 USD.
Mending manfaatkan perjalanan dengan berinteraksi dengan orang lokal. Selami budaya mereka, jadilah bagian dari mereka, jangan jadi pendatang yang lancang mengobrak-abrik tatanan kehidupan yang sudah mereka pelihara selama sekian lama.
6. Kuasai skill tertentu dan manfaatkan
Skill surfing atau scuba diving, misalnya. Kalau kamu jago surfing, kamu bisa jadi instruktur surfing—bisa mengumpulkan duit sambil tetap berinteraksi dengan warga lokal. Jika kamu punya lisensi scuba diving dan sudah bisa jadi dive master, kamu bisa kerja sambilan di resor-resor penyelaman yang pasti bakal menerima kamu dengan senang hati.
Makanya dari sekarang asah satu skill yang bakal bisa membantu kamu buat melakukan perjalanan “akbar.” Mengembangkan skill adalah investasi, cuy!
7. Cari kesempatan buat jadi relawan
Alternatif lain supaya kamu bisa berhemat dan nggak harus ngemis di jalan adalah dengan menjadi relawan di destinasi-destinasi yang membutuhkan—tentunya—relawan. Minimal kamu nggak perlu lagi mengkhawatirkan biaya penginapan.
Kamu bisa mengontak LSM-LSM yang bergerak di daerah terpencil, yang membutuhkan tenaga-tenaga untuk mengajar anak-anak usia sekolah. Kalau mau, kamu bisa juga mengontak taman nasional, tempat kamu bisa mengontribusikan sesuatu buat perlindungan satwa liar. Percayalah, banyak gerakan yang memerlukan tenaga-tenaga segar!
Gimana, guys! Siap buat praktekin tujuh tips backpacking biar nggak ngemis di perjalanan?
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage TelusuRI.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.