Interval

The Elephant Whisperers: Kisah Mereka yang Cinta pada Gajah

Ada kesamaan antara Bomman dan Bellie yang tak dimiliki orang lain. Mereka saling mencintai. Keduanya pun memutuskan buat menikah meski umur tak lagi muda. Bomman dan Bellie juga sama-sama menyukai gajah. Pekerjaan mereka bahkan tak jauh dari hal yang berkaitan dengan gajah. Bomman adalah seorang mahout sedangkan Bellie bekerja sebagai pengasuh anak gajah. 

Gajah, bagi Bomman dan Bellie, bagaikan anak kecil yang punya perasaan serta cerdas. Mereka menganggap hewan tersebut tak hanya sekadar binatang. Gara-gara hal ini, keduanya tak keberatan ketika Departemen Kehutanan Tamil Nadu meminta mereka merawat dua ekor anak gajah yatim piatu. Bomman dan Bellie membesarkan Raghu juga Ammu di Theppakadu Elephant Camp, salah satu kamp gajah tertua di Asia yang dibangun 140 tahun yang lalu di India.

The Elephant Whisperers
Bomman, Bellie, Raghu, dan Ammu via IMDb

Keseharian Bomman dan Bellie mengasuh Raghu serta Ammu jadi cerita utama film berjudul The Elephant Whisperers. Film yang dirilis tahun 2022 tersebut disutradarai oleh Kartiki Gonsalves, pembuat film dokumenter sekaligus fotografer alam dan satwa liar asal India. Di tahun 2023, The Elephant Whisperers memperoleh nominasi di ajang penghargaan Academy Awards. Ia pun berhasil memenangkan piala Oscar untuk kategori film dokumenter pendek terbaik.

Sebagai fotografer alam dan satwa liar sekaligus sutradara dokumenter, kemahiran Kartiki dalam menyajikan gambar keseharian Bomman serta Bellie dalam medium film pantas diapresiasi. Ia bisa memotret bagaimana keduanya hidup berdampingan dengan alam dan para satwa. Salah satu adegan yang menunjukkan hal ini adalah scene ketika Bomman mengambil madu di dalam hutan. Suara Bellie yang muncul sebagai narasi menjelaskan bahwa hutan memang menjadi sumber kehidupan mereka. Akan tetapi, mereka tetap ikut menjaganya dengan tidak mengambil lebih dari apa yang dibutuhkan.

Dalam film ini, berbagai macam satwa liar yang hidup di sekitar Theppakadu Elephant Camp ditunjukkan oleh Kartiki. Ekspresi mereka secara detail tertangkap kamera lewat pengambilan shot ukuran close up. Selain itu, Kartiki juga menampilkan lanskap hutan lengkap dengan pemandangannya yang berubah seiring bergantinya waktu. Elemen penting yang mesti ditonjolkan di film ini, yakni hutan, satwa, serta manusia ditampilkan Kartiki lewat visual yang menawan. Tiga unsur tersebut harus diperlihatkan sebab Bomman dan istrinya adalah bagian dari komunitas Kattunayakan. 

The Elephant Whisperers
Bomman adalah bagian dari masyarakat adat Kattunayakan yang bekerja sebagai mahout via IMDb

Kattunayakan merupakan masyarakat adat yang hidup salah satunya di negara bagian Tamil Nadu di India. Hutan adalah rumah mereka dan keberadaan satwa baik liar bukanlah hal asing bagi Bomman juga Bellie. Masyarakat adat ini menggantungkan hidupnya dari apa-apa yang bisa diperoleh dari hutan. Oleh karena itu, hutan berikut satwa sangat penting bagi Bomman, sang istri, juga anggota komunitas Kattunayakan lainnya.

Di samping perkara visual, pilihan Kartiki buat mengangkat kisah Bomman dan Bellie turut menarik perhatian. Berkat ketelatenan mereka, anak gajah yatim piatu bernama Raghu serta Ammu bisa bertahan hidup walau terpisah dari kawanannya. Tak mudah mengasuh binatang berusia terlampau muda apapun spesiesnya. Mereka membutuhkan orang tuanya. Keduanya bagaikan pusat dunia si anak sebab ia merawat dan mengajarinya bagaimana cara untuk hidup.  

The Elephant Whisperers
Bomman dan Raghu via Netflix

Raghu serta Ammu yang kehilangan sosok orang tua pun bergantung pada Bomman serta Bellie. Di film ini, hal tersebut ditunjukkan oleh Kartiki dengan jelas dan dekat. Dari pagi hingga malam, pasangan suami istri itu kerap menghabiskan waktu dengan Raghu dan Ammu. Mereka memberi susu juga makan, memandikan, serta mengajak bermain. Saat malam, keduanya membuat api unggun di dekat kandang anak gajah asuh mereka. Usaha ini pun akhirnya tak sia-sia. Bomman dan Bellie jadi pasangan pertama di India bagian selatan yang berhasil membesarkan gajah yatim piatu.

Namun, keberhasilan tersebut tak membuat film ini menganggap kehidupan paling baik untuk gajah adalah bersama manusia. Sebaliknya, lewat pernyataannya di The Elephant Whisperers, Bellie menilai kehidupan gajah yang terbaik justru bersama kawanannya di alam liar. Keadaan tak ideal, entah gara-gara konflik dengan manusia atau perubahan iklim, membuat orang seperti Bomman serta Bellie mesti turun tangan. Hal ini mereka lakukan agar nyawa binatang yang terlantar itu dapat diselamatkan.

Di samping urusan di atas, cerita tentang Bomman yang menganggap Tuhan dan gajah adalah satu jadi hal lain yang menarik dari The Elephant Whisperers. Ia melihat gajah setara dengan Tuhan. Karena itu, Bomman memperlakukan binatang tersebut sama seperti ketika ia melayani Tuhan. Keyakinan ini kemungkinan besar tak terlepas dari agama Hindu yang dianutnya. Dalam agama tersebut, ada dewa berkepala gajah bernama Ganesha yang dipuja oleh hampir seluruh kasta di India. Ia adalah dewa yang dihormati sebelum ritual sakral dimulai.

Apa yang jadi keyakinan Bomman tersebut menunjukkan bagaimana kepercayaan jadi alasan masyarakat adat bisa hidup berdampingan dengan satwa liar. Praktik itu tak hanya terjadi di Theppakadu Elephant Camp. BBC, misalnya, pernah melaporkan adanya peningkatan populasi harimau di Cagar Alam BRT di kawasan Ghats Barat, India antara tahun 2010 hingga 2014. Organisasi Survival International lantas menyebut faktor yang memungkinkan hal ini terjadi adalah karena adanya kepercayaan suku asli Soliga yang menganggap harimau sebagai dewa.

Terlepas dari kurangnya pembahasan tentang problem yang membuat anak gajah terpisah dari kawanannya, The Elephant Whisperers perlu buat ditonton. Hal ini karena ia dapat menunjukkan perjalanan panjang masyarakat adat dalam merawat salah satu penghuni hutan yang kian tergusur dari rumahnya sendiri, yakni gajah.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Penulis dan jurnalis lepas yang tigggal di Yogyakarta. Suka menonton film, membaca buku, memotret, dan berkebun.

Penulis dan jurnalis lepas yang tigggal di Yogyakarta. Suka menonton film, membaca buku, memotret, dan berkebun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Ramen Shop: Identitas Diri dalam Semangkuk Makanan