Itinerary

Tempat-Tempat yang ‘Hilang’ di Indonesia

Di seluruh penjuru dunia, kota-kota yang hilang selalu menarik perhatian khalayak ramai. Kota-kota tersebut hilang karena beberapa faktor, ada yang didasari oleh bencana alam seperti gunung meletus, tanah longsor, atau banjir, tetapi ada juga yang masuk kategori gaib atau sulit dijelaskan secara nalar. Tempat-tempat tersebut akhirnya menjadi sebuah legenda di antara fakta dan mitos, juga dibumbui dengan cerita yang menyebar dari mulut ke mulut.

1. Kota Saranjana

Saranjana yang berada di Kotabaru konon tersembunyi secara gaib.

Tersebutlah sebuah daerah di tenggara Kalimantan Selatan, ada sebuah kota yang konon merupakan sebuah kota yang menjadi gaib. Menurut cerita, kota ini adalah kota modern yang berada di alam gaib. Para penduduk kadangkala ada yang berhasil memasuki kota tersebut bercerita bahwa kota tersebut jauh lebih modern dari kota di Indonesia pada umumnya. Konon yang sudah masuk Saranjana tidak akan pernah bisa pulang lagi.

Kisah paling unik yang beredar di internet adalah sebuah kisah kedatangan alat berat dari Jakarta. Pemda setempat dibuat bingung dengan pesanan yang banyak dan meskipun sudah lunas, alamat yang dituju ternyata mengarah ke Saranjana! Kisah yang baru beredar adalah pengalaman langsung dari Ari Lasso dan juga Tantri Kotak saat konser di Kotabaru. 

Menariknya, berdasarkan sebuah peta buatan Salomon Muller pada 1845, ada sebuah wilayah yang bernama Tandjong Sarandjana, namun pada peta-peta terkini wilayah tersebut sudah tidak ada. Berdasarkan penuturan Mansyur dalam artikel dari Kumparan yang berjudul Saranjana: Kota Hilang yang tak Hilang dari Ingatan, penelitiannya menegaskan ada tiga tempat yang bisa menjadi lokasi dimana letak Saranjana: tempat pertama yaitu Kotabaru secara umum, kedua di Teluk Tamiang, Pulau Laut, dan yang terakhir di sebuah bukit di Desa Oka-Oka, Kecamatan Pulau Laut. Mungkinkah Saranjana dulunya benar-benar ada sebelum akhirnya “hilang”?

2. Kerajaan Tambora, Sanggar, dan Pekat

Pemandangan kawah puncak Gunung Tambora, Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) via TEMPO/M. Iqbal Ichsan

Layaknya cerita ledakan Gunung Vesuvius yang mengubur Kota Pompeii, ada tiga buah kerajaan di Indonesia yang mengalami nasib yang hampir serupa dengan apa yang terjadi di Pompeii, tiga kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tambora, Kerajaan Sanggar, dan Kerajaan Pekat yang berada tidak jauh dari lokasi gunung.

Kisah meletusnya Tambora diabadikan dalam bentuk naskah Bima yang berjudul Bo Sangaji Kai. “Maka heran sekalian hambanya, melihat karunia Rabbal’alamin yang melakukan al-Fa’alu-l-Lima Yurid, maka teranglah hari maka melihat rumah dan tanaman maka rusak semuanya demikianlah adanya, yaitu pecah Gunung Tambora menjadi habis mati orang Tambora dan Pekat pada masa Raja Tambora bernama Abdul Gafur dan Raja Pekat bernama Muhammad.”

Temuan-temuan peninggalan kerajaan tersebut terus ditemukan oleh masyarakat sekitar maupun dari para arkeolog. Mulai dari kerangka, pecahan keramik, senjata, hingga kerangka rumah. Meskipun sudah tercerahkan, mengenai lokasi pasti pusat kerajaan yang hilang tersebut masih dilakukan pencarian lebih lanjut hingga sekarang.

3. Dukuh Legetang

Tugu yang dibuat untuk mengenang korban tertimbun di Dukuh Legetang via Instagram/Anjar_zenpg

Salah satu kejadian yang masih segar di benak banyak orang, terutama warga Dieng. Dukuh ini menghilang dalam satu malam karena terkena timpaan longsor dari Gunung Pengamun-amun. Kejadian ini terjadi pada malam hari tanggal 16 April 1955, pada malam itu hujan deras mengguyur kawasan Dieng dan sekitarnya, hanya bunyi petir dan angin kencang yang bersahut-sahutan. Pada dini hari, beberapa warga mendengar bunyi dentuman keras seakan langit runtuh ke bumi, namun mereka takut untuk memeriksa karena kondisi yang gelap gulita.

Pagi harinya, warga berduyun-duyun menyaksikan dukuh tersebut tertimbun dan berubah menjadi sebuah bukit kecil. Korban yang berjatuhan tercatat sebanyak 351 orang yang mana 332 berasal dari Dukuh Legetang dan 19 berasal dari dukuh lain. Banyak desas desus beredar mengenai hilangnya dukuh dalam semalam, salah satunya adalah dukuh tersebut sudah berulang kali melakukan maksiat. Namun, secara saintifik, jauh sebelum kejadian ditemukan retakan yang berasal dari gunung yang dalam dan panjang serta mengarah ke Dukuh Legetang

4. 16 Desa di Sidoarjo

Lumpur Lapindo, Porong via TEMPO/Aris Novia Hidayat

Masih segar dalam benak kita kejadian semburan lumpur panas yang ada di Sidoarjo. Kejadian yang termasuk dalam salah satu bencana nasional paling buruk yang terjadi sehabis masa reformasi. Sebanyak 16 desa “hilang” dan tenggelam secara perlahan-lahan. Tahun ini, tepat 16 tahun kejadian tersebut terjadi, masalah ganti rugi pun belum terselesaikan dengan baik. Banyak warga yang harus menanggung akibat yang ditimbulkan oleh bencana ini secara fisik, ekonomi, hingga kejiwaan.

Awal mula bencana ini terjadi di persawahan di Kelurahan Siring, Kecamatan Porong yang dalam waktu tiga minggu menenggelamkan 90 hektar tanah dan memaksa 2000 warga untuk mengungsi. Sampai sekarang, kawasan yang tertutup lumpur sudah mencapai 800 hektar dan meliputi 16 desa.

Dilansir dari Mongabay, banyak warga yang masih tidak bisa menerima kehilangan tempat tinggal mereka sampai sekarang. Setiap setahun sekali, warga berkumpul untuk sekedar bertukar kabar dan mengingat memori tentang desa mereka yang terendam bersama kenangan-kenangan yang telah dilalui.

5. Atlantis

Ilustrasi Atlantis, konon masih banyak yang mempercayai keberadaanya di Indonesia via Flickr/Carrie W

Atlantis sendiri pertama kali dicetuskan oleh Plato dalam bukunya Timaeus dan Kritias. Disebutkan bahwa Atlantis merupakan negeri yang terletak di sebuah pulau yang besar yang dikelilingi samudera, ketika Atlantis ingin menyerang Athena mereka mengalami gempa bumi dahsyat yang menenggelamkan negeri tersebut ke dasar laut.

Banyak yang memperkirakan Atlantis hanyalah sebuah negeri yang dikarang Plato untuk mendeskripsikan sebuah antitesis dari Athena yang pada saat itu berada di puncak peradaban. Isu Atlantis telah diadaptasi ke dalam berbagai banyak media, diproduksi sebagai mitos terkenal akan negeri maju yang hilang. Rupanya, perdebatan mengenai lokasi Atlantis berada masih berlangsung hingga sekarang. 

Banyak buku-buku yang ditulis untuk meyakinkan pembaca bahwa Atlantis benar adanya dan berada di Indonesia. Sebut saja Peradaban Atlantis Nusantara, Plato Tidak Bohong Atlantis Ada di Indonesia, Atlantis Kota yang Hilang Ada di Laut Jawa, dan masih banyak lagi judul lainnya. Pertanyaannya, benarkah demikian?

Jawabannya bisa iya, bisa tidak. Tergantung pada Atlantis yang hanya sebuah dongeng ataukah fakta, masih sulit untuk memastikan bahwa Atlantis benar-benar ada pada masa lalu, apalagi untuk memastikan Atlantis berada di Indonesia. Pencarian Atlantis adalah pencarian harapan akan adanya negeri utopia seperti dambaan semua manusia, bukan begitu?


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekali pun akhirnya akan hilang ditelan zaman.

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Mengintip Pasar Kaget di Ruas Jalan Lingkar Selatan Sukabumi