Itinerary

Sudah Pernah ke 7 Stasiun Kereta Bersejarah di Indonesia Ini?

Siapa di antara kamu yang suka traveling naik kereta api? Nah, kereta api di Indonesia ternyata punya peranan penting dalam sejarah bangsa Indonesia, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan. Kalau saja stasiun-stasiun kereta di Indonesia bisa bicara, tentu banyak sekali cerita yang bisa kita dapat dari mereka.

Kamu pasti akan kaget mendengar bahwa Indonesia adalah negara pertama yang menggunakan kereta api di Asia Tenggara. Sejarah kereta api di negeri ini dimulai sejak diterapkannya sistem tanam paksa. Untuk mengangkut hasil bumi, pemerintah Hindia-Belanda mengajukan proposal pembangunan jalur kereta api. Akhirnya, di bawah perusahaan swasta NISM (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij) jalur pertama kereta api di Hindia-Belanda beroperasi perdana pada tahun 1867 dengan rute Semarang – Tanggung.

Sejak itu, tak terhitung banyaknya jumlah stasiun kereta api yang didirikan dan jadi saksi bisu sejarah Indonesia. Sebagian dari stasiun-stasiun itu terus bertahan dan menjadi penyintas zaman. Tapi banyak juga yang sekarang cuma tinggal reruntuhan. Nah, inilah 7 stasiun bersejarah di Indonesia yang bisa kamu jadikan destinasi jalan-jalan:

1. Stasiun Kereta Tanjung Priuk, Jakarta Utara

Rupa Stasiun Tanjung Pruik tempo dulu via tropenmuseum.nl

Stasiun Tanjung Priuk di Jakarta Utara ini sebenarnya merupakan perluasan dari stasiun kereta lama yang terletak di dekat dermaga Tanjung Priuk. Perhentian kereta Tanjung Priuk dalam wujudnya yang sekarang dibangun oleh Perusahaan Kereta Api Negara Hindia-Belanda (Staatsspoorwegen) dan diarsiteki oleh Ir. C.W. Koch.

Pembangunan stasiun ini lumayan lama, yaitu sekitar 9 tahun. Akhirnya, pada tanggal 6 April 1925 stasiun ini diresmikan. Pada tanggal itu pula peristiwa bersejarah lain terjadi, yakni diresmikannya rel listrik pertama di Hindia-Belanda dengan rute Tanjung Priuk – Meester Cornelis (Jatinegara).

Istimewanya, stasiun ini juga dilengkapi dengan fasilitas penginapan bagi penumpang transit. Bagi yang senang hal-hal berbau mistis, Stasiun Tanjung Priuk punya tempat-tempat misterius, seperti terowongan atau bunker di bawah bangunan stasiun. Terlepas dari wujudnya yang sekarang, pada puncak kejayaannya Stasiun Tanjung Priuk bisa dikatakan sebagai stasiun termegah di Asia Tenggara.

2. Halte Pondok Terong, Depok

Letaknya di antara Stasiun Depok dan Stasiun Citayam. Sekilas, halte yang melayani KRL Jakarta – Bogor ini terlihat biasa saja. Namun siapa sangka bahwa pada tahun 1993 di dekat halte ini pernah terjadi sebuah musibah besar dalam sejarah kereta api di Indonesia, yaitu kecelakaan kereta api Ratu Jaya.

Tabrakan dua rangkaian kereta itu konon disebabkan oleh miskomunikasi antara petugas pengatur perjalanan di Stasiun Kereta Api Depok dan Stasiun Citayam. Akibatnya, ratusan orang luka-luka dan dua puluh orang meninggal dunia. Saat itu, perlintasan di jalur Depok menuju Bogor masih menggunakan jalur tunggal. Setelah kecelakaan tersebut halte itu dibongkar demi pembangunan rel ganda di lintas Depok – Bogor.

3. Stasiun Cibatu, Garut

Foto tua Stasiun Cibatu via tropenmuseum.nl

Selain punya pemandangan cantik yang tersohor ke seluruh penjuru dunia, ternyata Garut alias Swiss van Java juga punya sebuah stasiun kereta api kebanggan yang pernah berjaya di masa lalu, yaitu Stasiun Cibatu yang dulunya adalah salah satu depo lokomotif uap terbesar di Jawa-Sumatera sebelum ditutup tahun 1983.

Karena Garut pernah tenar sebagai destinasi liburan, Stasiun Cibatu pun pernah kunjungi oleh sederetan nama-nama terkenal. Pada tahun 1927, Charlie Chaplin datang bersama Mary Pickford yang merupakan artis pemenang Academy Awards. Tahun 1935, ia kembali datang bersama Paulette Goddard. (Uniknya, tanggal persemian Stasiun Cibatu sama dengan hari kelahiran Chaplin.)

Selain Chaplin, Georges Clemenceau yang merupakan Perdana Menteri Perancis dua periode (1906-1909 dan 1917-1920) juga pernah berlibur ke Garut dan singgah di stasiun kereta ini. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta juga pernah transit di Stasiun Cibatu dengan kereta luar biasa saat menuju Yogyakarta. Bung Karno bahkan sempat turun menemui warga Garut dan menyampaikan pidato.

4. Stasiun Cikajang, Garut

Bekas stasiun kereta tertinggi di Indonesia

Bekas stasiun tertinggi di Indonesia via id.wikipedia.org

Sekarang, stasiun kereta tertinggi yang masih aktif di Indonesia adalah Stasiun Nagreg (848 mdpl). Tapi, dulu Garut punya stasiun yang terletak lebih tinggi, yaitu Stasiun Cikajang (1.246 mdpl) yang juga jadi stasiun “tertinggi” yang pernah dibangun di Indonesia.

Tapi mungkin tak banyak yang tahu soal stasiun ini. Sebab, Stasiun Cikajang yang dulu cukup ramai ini sudah berhenti beroperasi sejak 1983 karena sudah terlalu uzur dan mulai rusak di sana-sini.

5. Stasiun Medan, Sumatera Utara

Wajah stasiun medan zaman dulu via tropenmuseum.nl

Jalur kereta api tak hanya dibangun di Jawa. Sumatera juga dilintasi oleh rel kereta api. Keberadaan rel di Sumatera adalah penting dikarenakan banyaknya perkebunan yang memerlukan alat transportasi yang memadai dan cepat.

Tidak seperti di pulau Jawa, pembangunan rel di Sumatera dijalankan oleh perusahaan perkebunan, yaitu Deli Maatschappij yang membangun perkebunan tembakau, kemudian diperluas dengan menanam komoditas lain seperti teh, karet dan produk kayu.

Rel Medan – Labuhan yang diresmikan pada tahun 1886 dapat dikatakan sebagai momen penting dalam dunia perkeretaapian Pulau Sumatera dan membawa dampak positif. Nah, pembangunan jalur kereta api pertama di Swarnadwipa ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan Stasiun Medan sebagai stasiun sentral. Peresmian Stasiun Medan pada 25 Juli 1886 adalah tonggak sejarah perkembangan “sepur” di Sumatera.

6. Stasiun Takalar, Sulawesi Selatan

Stasiun kereta api di Sulawesi

Stasiun kereta api di Sulawesi via tropenmuseum.nl

Tak banyak yang tahu bahwa kereta api dulu pernah beroperasi di Sulawesi, yakni dari Makassar ke Takalar. Kereta yang pernah beroperasi di jalur ini adalah Takalar Express. Mulai dibangun pada 1922, proyek sempat terhenti akibat Perang Dunia I dan akhirnya baru bisa diresmikan pada 1 Juli 1923.

Jalur yang menghubungkan Passer Boetoeng, Sungguminasa, hingga Takalar, ini tidak beroperasi terlalu lama. Penyebabnya adalah karena moda transportasi lain seperti mobil atau truk dinilai masih lebih efektif dibanding kereta api—apalagi jalur kereta api terbatas dan tidak menjangkau semua daerah. Tahun 1927 mulai banyak kritik yang dilayangkan pada SS (Staatsspoorwegen) sebagai pihak manajemen. Lama-lama publik Celebes (Sulawesi) kehilangan ketertarikan untuk menggunakan jasa kereta api.

Meskipun riwayat jalur kereta api di Sulawesi sudah lama berakhir, Stasiun Takalar yang berada di kawasan pesisir Cilalang, Desa Takalar, ini masih menyimpan kisah-kisah sejarah. Pada masa jayanya stasiun kereta ini dilengkapi meja putar lokomotif dan sarana lainnya, seperti dipo untuk perawatan lokomotif dan gerbong, serta sarana bak penampungan air untuk ketel uap lokomotif. Tapi jalur ini harus ditutup ketika dunia diterjang krisis ekonomi pada tahun 1930.

7. Stasiun Samarang, Semarang

Kereta api sedang berhenti di Stasiun Samarang via id.wikipedia.org

Reruntuhan kompleks Stasiun Samarang di perkampungan padat bernama Spoorland itu konon adalah ibu dari semua stasiun kereta api di Indonesia. Stasiun yang dikelola oleh NISM ini dibangun tahun 1864 dan diresmikan tiga tahun kemudian, bertepatan dengan dengan dibukanya jalur kereta api pertama di Indonesia, yaitu jalur Semarang – Tanggung (25 km) melalui Halte Alastua dan Brumbung.

Namun, kebenaran bahwa Stasiun Samarang adalah stasiun pertama di Indonesia masih diperdebatkan. Ada versi yang meyakini bahwa bahwa stasiun pertama di Indonesia adalah antara Stasiun Semarang Gudang dan Stasiun Kemijen. Namun, sumber lain berpendapat bahwa, dari beberapa bukti fisik yang ditemukan, lebih masuk akal bila Stasiun Samarang adalah stasiun pertama yang dibangun.

Stasiun Samarang—kompleks yang berisi bangunan stasiun barang, stasiun penumpang, balai yasa, hingga kantor NISM sebelum dipindah ke Lawang Sewu—akhirnya ditutup tahun 1905 dan dipindahkan ke Stasiun Semarang Tawang. Sebab, jalur dan stasiun terendam air rob—lokasinya memang berdekatan dengan laut. Bahkan, saat ini Stasiun Samarang sudah ambles sedalam 3 meter dan jalur rel kereta api yang pertama dibangun sudah terkubur dalam tanah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *