Berawal dari iseng, saya mengajak kawan lama untuk kembali sowan ke Kota Yogyakarta. Saya menghubunginya, seorang kawan yang paling sat set, das des, gas wut wut ketika ada ajakan dolan. Saya kemudian mengirimkan pesan kepadanya sebagai penyambung wacana dari kawan lainnya untuk berkumpul bersama saat lebaran. Alangkah lebih elok jika kumpul bersama kali ini, sekaligus melakukan perjalanan singkat di Yogyakarta. Kami kemudian menyusun rencana perjalanan, topik terpenting perbincangan kami yakni KRL. Rencananya dalam perjalanan ini kami menumpang KRL dengan rute pemberangkatan Solo-Yogyakarta dari Stasiun Gawok.
Jalur kendaraan bermotor tidak menjadi pilihan karena jarak antara kami dengan pusat Kota Jogja cukup jauh, belum lagi harus bermacet-macetan ria. Bukan menjadi hal yang patut kami coba. Selain itu, kami mempersilahkan pemudik dari perantauan untuk menikmati ruas-ruas jalan yang jarang-jarang mereka lewati di hari biasa. Lagipula akses yang kami dapat kini sudah cukup baik. Stasiun pemberangkatan yang kini tidak harus ke tengah Kota Solo dan stasiun akhir yang berada di Kawasan Wisata Yogyakarta.
Singkatnya, perburuan hari senggang tak lupa kami lakukan setelah rencana ini mendapat kesepakatan dari kami berempat. Mencari waktu longgar di tengah hempasan tugas pertengahan semester menjadi hal yang penting. Maklum musim ujian belum berakhir sepenuhnya. Terpilihlah hari yang paling sak klek di antara kami, yakni H+4 lebaran, alias hari Jumat pertama di bulan Syawal. Mencari jadwal keberangkatan dan kepulangan KRL dengan mengakses laman pemberitaan lokal juga kami lakukan.
Pada tanggal yang kami pilih ternyata KRL Solo-Jogja memberangkatkan setidaknya sepuluh kali perjalanan ke Yogyakarta yang terbagi dalam waktu sedari bakda Subuh hingga bakda Magrib. Dan dari sekian jadwal keberangkatan itu, kami pilih pukul 08.30 WIB. Karena pada waktu pemberangkatan ini tidak begitu pagi sehingga kami dapat mempersiapkan diri sekaligus waktu tiba di stasiun akhir belum masuk siang hari.
Urusan pemilihan stasiun keberangkatan tidak kami bingungkan, yakni Stasiun Gawok yang paling dekat dengan jalanan, yang paling lancar serta paling tidak sibuk jika dibandingkan stasiun pemberangkatan lainnya–utamanya Stasiun Solo Balapan atau Stasiun Purwosari. Bahkan sekitar 4,5 tahun yang lalu kami pun kerap guyon ketika naik kereta primadona rute Joglo, Prambanan Ekspres (Prameks) dengan berangkat dan pulang dari Stasiun Gawok.
“Kalau saja keretanya bisa berhenti di Stasiun Gawok, mending yo berangkat dan pulang dari stasiun ini. Ora mung liwat thok kaya saiki.” Perbincangan kami, setiap kali melewati Stasiun Gawok ketika berangkat ke Yogyakarta maupun pulang.
Stasiun yang berada di Jalan Panjang Gawok, Dusun II, Desa Luwang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini memang sudah lama tidak menjadi persinggahan kereta. Konon sudah puluhan tahun hanya menjadi perlintasan kereta api. Kalau dari cerita kawan saya yang asli wong Gawok, stasiun ini sudah menjadi persinggahan kereta saat orang tuanya masih kecil.
Barulah setelah kereta rel listrik atau commuter line (KRL) Yogyakarta-Solo dioperasikan untuk pertama kalinya, Stasiun Gawok kembali menjadi persinggahan kereta. Tepatnya sejak tanggal 10 Februari 2021 stasiun yang termasuk sebagai Stasiun Kereta Api III ini menerima kedatangan dan pemberangkatan KRL.
Perjalanan Solo – Yogyakarta dari Stasiun Gawok
Saat hari keenam bulan Mei telah tiba, saya persiapkan diri untuk berangkat ke stasiun pada pagi hari. Kawan saya yang rumahnya sepelemparan batu dengan Stasiun Gawok meminta kami tiba di stasiun pukul 07.45 WIB untuk menghindari antrian. Ndilalah-nya saya sebagai orang yang bertempat tinggal paling jauh dari Stasiun rupanya kena usil.
Saya yang dengan sengaja datang rada telat agar semua sudah kumpul duluan, malah menjadi orang pertama yang datang. Saya segera mengontak kawan-kawan saya agar gek ndang berangkat. Untungnya tak lama kemudian, kedua kawan saya berdatangan. Rupanya salah satu kawan saya mengajak saudaranya, yang semakin menambah personel kami dan makin ramainya perjalanan kami.
Hingga jam di pergelangan tangan saya menunjukkan pukul 8 lewat sedikit, saya mengisi saldo kartu multi trip yang saya pinjam dari salah seorang kawan. Hanya dengan dengan tarif Rp8.000,- saya dan penumpang KRL lainnya dapat menuju stasiun tujuan.
Selepas 15 menit berlalu, masih ada kawan yang belum terlihat batang hidungnya, padahal sudah hampir pukul 08.20 WIB. Oleh karena itu pun, petugas stasiun bolak-balik bertanya mengapa kami tidak segera check in. Saat kereta sudah siap berangkat di Stasiun Solo Balapan, barulah kawan “teladan”- (guyonan kami bagi orang yang suka telat) saya ini datang. Segeralah kami antri masuk dan menempelkan kartu saat mendaftar. Sebelum kereta datang, antusiasme calon penumpang sangat terlihat, para calon penumpang ramai-ramai memenuhi perlintasan yang kala itu berada di jalur tiga, dari empat jalur yang ada.
Calon penumpang mulai berjejeran saat pengeras suara menginformasikan KRL telah tiba di Stasiun Purwosari dan berebut tempat bahkan sebelum kereta benar-benar berhenti di perlintasan dan membukakan pintu masuknya. Tak lama setelah KRL tiba di stasiun yang berketinggian +118 mdpl ini, sudah nampak jelas KRL yang penuh sesak.
Umpek-umpekan tak terelakkan.
Ini tak lain karena Stasiun Gawok menjadi stasiun ketiga yang memberangkatkan penumpang, maka hasilnya kami pun harus berdiri sepanjang perjalanan. Memprioritaskan tempat duduk bagi mereka penumpang yang semestinya mendapat ruang. Alhasil imbauan agar selalu jaga jarak tidak dapat diterapkan, jarak antar penumpang tak lebih dari dari 25 cm. Meski begitu kami tetap bersyukur dapat berangkat menuju Yogyakarta.
Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.
Sekarang aku tengah menjalani studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Teman-teman bisa mengunjungi akun instagramku @roslats_ untuk sekadar ngobrol atau berbincang-bincang mengenai berbagai hal.