Travelog

Singgah Kembali ke Kampoeng Kopi Banaran Semarang

Hari belum terlalu siang saat saya tiba di Kampoeng Kopi Banaran, Bawen, Kabupaten Semarang (16/3/2023). Arloji di pergelangan tangan kiri saya menunjukkan pukul 09.00 lebih sedikit.

Ini kali kedua saya singgah di destinasi wisata yang terletak di Jalan Raya Bawen—Solo KM 1,5 itu. Kunjungan pertama saya terjadi lumayan lama, sekitar Desember 2016. Sudah enam tahun berlalu.

Secara umum, potret Kampoeng Kopi Banaran tidak banyak berubah. Setidaknya begitulah pengamatan saya.

Wisata Kampoeng Kopi Banaran Semarang
Berpose dengan latar belakang tulisan Kampoeng Kopi Banaran/Badiatul Muchlisin Asti

Tidak Hanya Wisata Kopi di Kampoeng Kopi Banaran

Sesuai namanya, Kampoeng Kopi Banaran menawarkan ragam atraksi wisata. Misalnya, merasakan sensasi jelajah kebun kopi dan menikmati kopi khas yang diolah dari perkebunan sendiri.

Namun, tidak hanya itu. Kampoeng Kopi Banaran juga memiliki beragam fasilitas penunjang lainnya, seperti kafe, restoran, area bermain anak, hingga water park. Terdapat pula wahana-wahana untuk melatih ketangkasan, seperti paintball, ATV, off-road, high rope, flying fox, dan lain sebagainya.

Kampoeng Kopi Banaran juga menawarkan panorama alam yang cukup apik. Objek wisata berbasis perkebunan kopi seluas 400 hektare ini dikelilingi tujuh gunung, yaitu Merbabu, Sindoro, Sumbing, Andong, Ungaran, Telomoyo, dan Ungaran. 

Kereta wisata keliling perkebunan kopi di Kampoeng Kopi Banaran
Naik kereta wisata berkeliling perkebunan kopi/Badiatul Muchlisin Asti

Keliling Perkebunan Kopi dengan Kereta Wisata

Tak banyak ragam fasilitas Kampoeng Kopi Banaran yang saya eksplorasi, karena keterbatasan waktu. Salah satu yang bisa saya lakukan—seperti kunjungan pertama dahulu—adalah berkeliling perkebunan kopi dengan kereta wisata. 

Saya datang pada hari Kamis, sehingga sopir kereta wisata yang bertugas tak sebanyak ketika akhir pekan. Di tempat mangkal kereta wisata hanya ada satu petugas. Saya harus rela antre dengan pengunjung yang lain.    

Kampoeng Kopi Banaran menyediakan fasilitas kereta wisata dengan tarif Rp85.000 sekali naik. Satu kereta dapat memuat sekitar 5—7 orang. Adapun durasi keliling sekali putaran sekitar 15 menit. 

Dalam rentang durasi tersebut, kita akan diajak menikmati suasana perkebunan kopi yang berada di ketinggian antara 480–600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Udara sekitar cukup sejuk dengan suhu antara 23º—27ºC. Dari salah satu sudut perkebunan, selama berkeliling kita juga bisa melihat pemandangan danau alami Rawa Pening di sisi selatan.

Setelah dapat giliran naik, saya memilih tempat paling depan. Saya duduk di samping sopir yang bertugas. Namanya Mardian. Tujuannya agar saya bisa berbincang santai dengan beliau.

Menurut Mas Mardian, begitu saya menyapanya, panen raya di kebun kopi ini terjadi setiap tahun sekali. Tepatnya pada periode bulan Juli—Agustus. Ketika saya datang rata-rata buah kopinya masih hijau. Hanya beberapa yang sudah mulai menguning atau memerah. 

“Kopi di sini jenis robusta dan sebagian besar hasil panen diekspor ke luar negeri, antara lain Italia, Amerika Serikat, Jepang, dan Cina. Sisanya diolah di sini untuk dijual di kafe dan resto yang ada di Kampoeng Kopi Banaran sendiri, maupun dijual sebagai oleh-oleh pengunjung,” tutur Mas Mardian.

Saat berkeliling perkebunan, saya sempat meminta Mas Mardian agar menghentikan kereta wisata sebentar. Saya ingin turun untuk sekadar melihat-lihat pohon kopi dari jarak lebih dekat. 

“Boleh, Pak, silakan. Mumpung ini tidak sedang ramai. Kalau weekend, tidak bisa santai dan berhenti-berhenti seperti ini,” kata Mas Mardian menanggapi permintaan saya.

Oleh-oleh kain batik motif Semarangan di Banaran Coffee
Salah satu sudut Banaran Coffee yang memajang kain batik motif Semarangan, sebagai alternatif oleh-oleh untuk pengunjung selain kopi/Badiatul Muchlisin Asti

Banyak Pilihan Minuman Kopi di Banaran Coffee

Usai naik kereta wisata, saya bergegas menuju Banaran Coffee yang terletak tak jauh dari pintu masuk Kampoeng Kopi Banaran. Kafe ini berada di antara toko oleh-oleh dan musala.

Saat itu Banaran Coffee belum ramai. Hanya ada beberapa rombongan kecil. Setelah mendapat tempat duduk yang pas dan nyaman, saya memesan kopi Banaran Tubruk dan es kopi spesial. Saya ingin mencicipi cita rasa orisinal kopi Banaran. Walaupun sejujurnya saya tidak terlalu bisa membedakan jenis-jenis cita rasa kopi secara spesifik.

Umumnya Banaran Coffee menawarkan dua jenis kopi, yaitu panas dan dingin. Harga secangkir atau segelas kopi berkisar antara Rp12.000 sampai dengan Rp28.000. Masih sangat terjangkau.

  • Jenis-jenis minuman kopi di Banaran Coffee
  • Oleh-oleh kopi bubuk khas Kampoeng Kopi Banaran

Untuk kategori hot coffee, pilihannya meliputi: Banaran Tubruk, Banaran Spesial, Banaran Spesial Cream, Americano Coffee, Cafe Latte, Mochacino, Espresso, Cappuccino, Macchiato, dan Thai Latte Coffee.

Adapun kategori cold terdiri dari: Ice Coffee Spesial, Ice Coffee Spesial Cream, Ice Frappuccino, Ice Avocado Coffee, Ice Banana Coffee, Ice Cappucino, Ice Cafe Latte, Ice Mochacino, Ice Macchiato, Ice Americano Coffee, Ice Vanilla Latte, dan Iced Thai Latte Coffee.

Dari kedai tersebut saya berpindah ke toko oleh-oleh yang terletak persis di sebelah Banaran Coffee. Di sini saya memborong kopi tubruk asli produksi Kampoeng Kopi Banaran. Saya membeli beberapa pak, tak lain dan tak bukan, karena untuk persediaan di rumah ketika ingin ngopi tubruk.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan TikTok kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia

Badiatul Muchlisin Asti Penulis lepas di media cetak dan online, menulis 60+ buku multitema, pendiri Rumah Pustaka BMA, dan penikmat (sejarah) kuliner tradisional Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *