Events

Serba-Serbi Perayaan Hari Jadi Luwu

Sehabis magrib, hujan rintik yang sedari sore mengguyur perlahan mereda. Bersama angin malam, saya dan seorang teman menyusuri Jalan Kota Palopo yang sepi selepas hujan menuju Lapangan Gaspa, tempat dilaksanakannya pasar rakyat sebagai salah satu rangkaian perayaan Hari Jadi Luwu Ke-754 yang dirangkaikan dengan Hari Perlawanan Rakyat Luwu Ke-76. Kedatuan Luwu merupakan salah satu dari tiga kerajaan yang tertera dalam kitab I La Galigo. Tanah Bugis dengan masa kejayaan antara abad ke-10 hingga ke-14. Momentum hari jadi Luwu ini juga dirangkaikan dengan peringatan hari perlawanan rakyat luwu ke-76. 

Momentum ini mengingat kembali peristiwa perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Andi Djemma saat berperang dengan tentara sekutu yang pada saat itu diboncengi tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Sebuah momentum yang mengajak para masyarakat Luwu mengingat kembali perjuangan  para pahlawan dalam mempertahankan keutuhan wilayah NKRI. Tidak hanya pada taraf pikiran, tetapi momentum ini diharapkan juga dapat meningkatkan semangat To Wija Luwu untuk meneruskan perjuangan dan cita-cita luhur para pendahulu. 

Malam puncak dari rangkaian festival hari jadi Luwu ini diselenggarakan dengan meriah di halaman komplek Kedatuan Luwu yang terdiri atas dua bangunan sarat nilai sejarah, yakni Museum Batara Guru dan Istana Langkanae Luwu, terletak di Jalan Andi Jemma No. 1, Batupasi, Kecamatan Wara Utara, Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Kompleks bangunan ini juga berseberangan dengan masjid tertua di Tana Luwu, yaitu Masjid Jami Tua yang masih beroperasi normal hingga hari ini. 

Sekitar pukul 18.45 Wita, saya dan seorang teman tiba di Lapangan Gaspa yang tampak cukup ramai. Setelah memarkirkan motor di bahu jalan tepat di depan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, kami langsung bergerak menuju pintu gerbang pasar rakyat. Lapangan Gaspa yang luas disulap menjadi lokasi pasar penuh hingar-bingar lampu malam. Puluhan stan dengan menjajakan jualan mereka. Beberapa berupa kerajinan UMKM khas budaya Luwu dan Toraja, beberapa lagi berupa stand makanan yang umum ditemui saat mengunjungi pasar malam. 

  • Luwu, Sulawesi
  • Luwu, Sulawesi
  • Luwu, Sulawesi
  • Luwu, Sulawesi
  • Luwu, Sulawesi

Stan pertama yang menarik perhatian kami adalah stan yang memamerkan aneka produk kerajinan Luwu dan Toraja. Begitu melewati gerbang pasar rakyat, kami langsung berbelok ke arah kanan. Stan ini terletak di pojok. Beberapa tas-tas selempang kain bermotif tenun Toraja tampak tergantung, begitu pula dengan kain khas Toraja yang memenuhi stan, tergantung rapi di bagian belakang. Gelang-gelang kayu kecil juga berderetan. Saya tertarik dengan cincin kayu yang dipoles mengkilap. Berwarna coklat tua dan dengan aksen serat-serat kayu yang tampak kentara. Tentu saya tidak bisa menahan diri untuk yang satu ini.

Beberapa stan lain menjual beragam produk UMKM. Salah satu yang menarik adalah aneka produk makanan khas Luwu dengan kemasan kekinian. Sebut saja kopi Limbong, kopi Toraja, serta kopi bisang khas pegunungan Latimojong. Tak hanya produk kopi lokal, di sini juga menjual makanan seperti aneka kripik, dodol, dan makanan tahan lama lainnya. tidak jauh dari stan ini, saya juga sempat mengunjungi stan aneka tas dari bahan plastik daur ulang dari salah satu UMKM lokal Kota Palopo. Selain produk-produk yang hanya ditemui saat pameran, di pasar rakyat justru lebih banyak penjaja aneka makanan ringan dan minuman kekinian, mungkin sekitar 70% dari total keseluruhan stan yang ada. 

Semakin malam, suasana semakin meriah. Setelah memutari beragam stan mulai dari produk UMKM, buah tangan khas Luwu dan Toraja, aneka makanan dan produk pasar malam, hingga pojok arena bermain anak-anak, saya dan Febi—seorang teman yang menemani saya malam itu—memutuskan untuk membeli beberapa camilan ringan dan minuman dingin. Kami membeli beberapa telur gulung dan ubi goreng dengan bumbu jagung tabur, serta dua minuman dingin. Beberapa kali blender si penjual minuman dingin terhenti saat menyiapkan pesanan kami sebab korsleting listrik yang terjadi. Seorang lelaki dari salah satu stan tidak jauh dari pusat listrik akan menarik saklar tiap kali listrik padam. 

  • Luwu, Sulawesi
  • Luwu, Sulawesi
  • Luwu, Sulawesi

Tidak butuh waktu lama sampai pesanan kami datang. Setelah itu, saya dan Febi memutuskan menghabiskan jajanan kami di bagian lapangan basket, satu-satunya tempat di sekitar pasar malam yang penuh dengan kursi plastik kosong. Beberapa pengunjung tampak menikmati jajanan mereka di sana, sembari menunggu dua orang teman yang hendak bergabung menonton panggung malam puncak festival budaya di halaman kedatuan Luwu. 

Saat tengah menikmati cemilan kami, beberapa panitia festival budaya tampak bekerja di sekitar lapangan, memasang spanduk di atas panggung mini, serta merapikan pagar besi hitam di sekitar lapangan. Seorang berkata bahwa lokasi ini harus segera dikosongkan, sebab mereka akan mulai menata kursi-kursi untuk agenda lomba siulan burung keesokan harinya. Alhasil sebelum cemilan kami sepenuhnya habis, saya dan Febi terpaksa mencari tempat makan lain. 

Untung saja kami menikmati suasana pasar malam tidak lama setelah hujan reda saat Magrib. Tidak sampai satu setengah jam, suasana pasar ini dipenuhi sesak. Saking sesaknya, saya, Febi, dan seorang teman berpisah saat berusaha berjalan keluar dari kerumunan orang-orang di pasar malam. 

Setelah bertemu kembali di dekat parkiran, kami lalu berjalan kaki menuju Istana Kedatuan Luwu yang terletak dua blok dari Lapangan Gaspa, tempat acara puncak malam itu berlangsung. Kami berjalan di antara deretan kendaraan yang tidak bergerak sama sekali. Setelah lima menit, kami sampai di gerbang istana. Beberapa polisi berseragam lengkap tampak menjaga di pintu masuk. 

Luwu, Sulawesi
Panggung acara puncak/Nawa Jamil

Waktu menunjukkan angka 20.50 WITA saat kami memasuki halaman istana. Panggung acara masih kosong, tampak beberapa panitia masih sibuk di bagian belakang panggung. Sambil menunggu seorang teman lagi yang hendak bergabung, kami lalu mengunjungi pameran barang kesenian yang letaknya tidak jauh dari panggung utama. Pameran tersebut bernuansa cerah dengan dominasi warna kuning, merah, dan kain putih satin pada langit-langitnya. Para pengunjung tampak menikmati waktu mereka, terutama bapak-bapak yang melihat berbagai keris dan parang dengan seksama sembari bercerita heboh satu sama lain. Kami menikmati berbagai benda-benda pusaka, mulai dari keris, parang, potret lukisan tokoh-tokoh Tana Luwu, serta pameran foto-foto dengan keterangan. Beberapa dari mereka telah memerah dan menguning, beberapa lagi merupakan foto hitam-putih yang tampak sangat tua.

Suasana meriah di sekitar panggung utama menarik perhatian kami. Dua MC dengan meriah membuka perhelatan malam itu dengan penampilan tari mappadendang, tari pembuka yang umum ditemui pada setiap acara-acara formal di Sulawesi Selatan. Beberapa tarian meriah lainnya juga ditampilkan berurutan, termasuk tarian empat etnis serta tari Nusantara. Suasana makin meriah dengan banyaknya penampil malam itu, termasuk Pak Wakyu Sibenteng, seniman lokal sekaligus guru kesenian sewaktu saya duduk di bangku SMA dulu. Pelbagai tarian, nyanyian luwu, dan baca puisi, hingga narasi-narasi perjuangan rakyat Luwu menggema malam itu. Acara berakhir sekitar tengah malam, ditutup dengan penampilan teatrikal yang menakjubkan dari grup teater SMA lokal. 

Hari Jadi Luwu Ke-754 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu ke-76 kali ini dirangkaikan dalam sederet kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 17-23 Januari 2022 dengan malam puncak pada 22 Januari. Beberapa agenda dari Pekan Budaya Tanah Luwu bertema Tanra Tellue Patarakkai Sumange’na Luwu ini diantaranya Pasar Rakyat yang berlangsung seminggu penuh, pertunjukan music di Gedung Kesenian Kota Palopo, Parade Fashion Show, pelbagai lomba kesenian, hingga acara Beppa To Riolo, pameran pengenalan jajanan-jajanan orang dulu yang berlangsung di malam yang sama dengan acara pagelaran seni di halaman kedatuan sebagai puncak dari rangkaian pekan budaya Tanah Luwu. 


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Menumbuhkan sayur di halaman rumah dan menulis sebagai Nawa Jamil.

Menumbuhkan sayur di halaman rumah dan menulis sebagai Nawa Jamil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
TFP Kopi Warung: ‘Western Food’ di Balik Pasar Gede Surakarta