Itinerary

Senja dari Pinggir Brantas

Sudah berbulan-bulan saya tak bisa pergi liburan. Bahkan, Lebaran lalu saya tak bisa mudik ke Jepara. Semua karena situasi hari ini; kita semua menghadapi pandemi COVID-19. Banyak sekali tempat wisata yang tutup saat pandemi ini, meskipun sekarang sudah mulai ada beberapa yang buka.

Saya sendiri, sebagai anak pantura yang sekarang tinggal di Jombang, jadi sedikit merasa “kurang piknik.” Jombang jauh dari pantai, berbeda dari Jepara yang dekat sekali dengan laut. Selompatan saja di Jepara, saya bisa menikmati pasir pantai, desir ombak, juga surya terbenam yang syahdu.

Spanduk “Selamat Datang” di pematang Sungai Brantas/Rusdiyan Yazid

Untuk berjumpa senja, saya punya tempat favorit di Jombang. Bukan pantai, tapi pinggiran Sungai Brantas. Sungai Brantas membatasi Jombang dan Nganjuk. Kapal-kapal besar lalu-lalang di sana sejak habis Subuh sampai malam hari sekitar pukul 22.30 WIB, mengantarkan para penumpang dari Megaluh, Jombang, ke Nganjuk. (Tarif penyeberangan bervariasi, mulai dari Rp2.000 sampai Rp10.000, tergantung moda transpor yang diangkut dan lokasi sandar.) Paduan senja, sungai, dan kapal penyeberangan yang lalu-lalang memberikan pengalaman yang sungguh berbeda buat saya yang terbiasa menikmati matahari tenggelam dan lembayung di batas laut dan daratan.

Beberapa pengunjung menyantap makanan di Warung Semox/Rusdiyan Yazid
Makanan-makanan yang tersaji di Warung Semox/Rusdiyan Yazid

Lokasi ini berada dekat Pasar Megaluh. Orang-orang Jombang biasa merujuk titik ini sebagai Semox, sebab di dekat sana ada Warung Semox. Warung Semox ini terkenal dengan trancamnya yang enak, meskipun juga menyediakan banyak makanan lain. Saat menikmati senja di sini, saya biasanya memesan secangkir kopi. Makanan dan minuman yang dipesan juga bisa dibawa ke pematang Sungai Brantas.

Sebuah kapal sedang menyeberangi Sungai Brantas/Rusdiyan Yazid

Jarak dari Jombang kota ke Megaluh kurang lebih 20 km. Dengan sepeda motor atau mobil, rute ini biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 30 menit. Jarak yang cukup jauh ini membuat saya mesti berangkat lebih awal agar bisa melihat matahari tenggelam, yakni sekitar jam 4 atau 4.30 sore. Tips dari saya, datanglah lebih awal, segera beli makanan dan minuman di Warung Semox (karena biasanya harus antre), lalu duduk santai menanti matahari terbenam di pinggir Sungai Brantas. Atau, kamu bisa juga menikmati senja terlebih dahulu, baru setelah itu makan malam di Warung Semox.

Pengunjung sedang duduk menunggu matahari terbenam di pinggir Sungai Brantas/Rusdiyan Yazid

Tempat ini cukup ramai. Karena sebagian besar pengunjung berasal dari Jombang dan sekitarnya, lokasi wisata ini tak begitu terdampak oleh pandemi. Di masa pagebluk ini, lokasi-lokasi wisata lokal semacam ini sepertinya memang jadi tujuan alternatif bagi orang-orang yang tak bisa pergi jauh ke luar kota. Tempat-tempat seperti ini tumbuh secara organik dan promosinya dilakukan secara natural oleh orang-orang yang datang.

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *