Travelog

Senja dan Cerita di Bukit Watugupit Yogyakarta

Menunggu akhir pekan tiba adalah perihal yang menyenangkan. Namun, menjelang akhir pekan kali ini saya belum ada rencana ingin pergi ke tempat yang menarik. Beruntungnya, Nanda, teman saya mengajak ke Pantai Parangtritis—awalnya. Merasa tidak puas dengan usulannya, saya pun belum menyetujui karena ingin mencoba tempat baru yang lebih seru. Setelah berdiskusi singkat dan mencari referensi, akhirnya kami sepakat untuk pergi ke Bukit Watugupit yang letaknya berada di atas Pantai Parangtritis. 

Kawasan Parangtritis memang banyak tempat menarik untuk dijelajahi, termasuk Bukit Watugupit ini. Bukit Watugupit atau yang dikenal Bukit Paralayang ini terletak di Desa Giricahyo, Kabupaten Gunungkidul. Berbeda dengan Pantai Parangtritis yang masih masuk Kabupaten Bantul. Watugupit menjadi salah satu tempat menarik, untuk menyaksikan senja yang begitu memanjakan mata dengan pemandangan sekelilingnya.

Menuju Lokasi Bukit

Lokasi bukit sangat mudah ditemukan, hanya saja untuk menuju ke sana jalannya sedikit rusak dan menanjak sehingga perlu hati-hati. Jarak dari Pantai Parangtritis ke sini tidak terlalu jauh, sekitar tiga kilometer saja. Saya dan teman-teman menggunakan Google Maps untuk memandu perjalanan menuju lokasi. Sesampainya di lokasi, saya hanya membayar parkir kendaraan di area bukit sebesar Rp3.000 untuk sepeda motor. 

Saat menaiki anak tangga bukit, angin segar khas pantai menerpa. Akhirnya, saya bisa menikmati liburan akhir pekan yang berkesan. Kebetulan, beberapa atlet paralayang sedang berlatih meskipun di bawah terik matahari yang masih menyengat pada pukul 15.00 WIB. 

Memang, sebelum dibuka sebagai tempat wisata, bukit ini dulunya sering digunakan untuk perhelatan acara Jogja Air Show yang diselenggarakan setiap tahunnya. Mendatangkan beberapa atlet paralayang dari berbagai daerah di Indonesia, untuk beraksi mengitari kawasan Pantai Parangtritis ini. 

Birunya langit di atas pantai/Annisa F S

Cerita Ngalor-ngidul

Sembari menunggu sore dan matahari tidak terlalu panas menyengat, saya mencari tempat yang sedikit rindang, untuk minum kopi dan bercerita ngalor-ngidul yang tak tahu arah, dan berujung pada pembahasan salah satu buku karya Elizabeth D. Inandiak yang berjudul Babad Ngalor-Ngidul

Ternyata, ngalor-ngidul di Jogja bisa memiliki makna yang berbeda, tidak hanya sebatas arti arah utara-selatan saja. Namun lebih dari itu, yakni perbincangan akrab antara pihak lor yang berarti utara dan pihak kidul yang berarti selatan. 

Sebab, secara konsep mitologi di Yogyakarta memang kotanya berada di tengah-tengah, yakni di antara lor yang erat kaitannya dengan Gunung Merapi. Sementara kidul yang memiliki kaitan dengan Ratu Pantai Selatan. Lantas, peran Keraton Yogyakarta adalah di tengah-tengah atau yang menengahi dari segala sesuatunya. 

Cerita pun disudahi dengan ajakan teman saya Nanda yang tertarik untuk berfoto. Padahal, matahari masih lumayan menyengat. Saya pun bangkit dari cerita ngalor-ngidul dan mengambil beberapa objek menarik yang sayang untuk dilewatkan. 

Para atlet bersiap terbang/Annisa F S

Melihat Pantai Parangtritis Dari Sudut Berbeda

Sejauh mata memandang, hanya hamparan keindahan Pantai Parangtritis yang terbentang; deburan riuh ombak menggulung ketepian, orang-orang di pinggir pantai yang sibuk berfoto, dan kuda-kuda yang berjalan santai di area pantai. Lalu lalang kuda-kuda yang disewa untuk mengelilingi pantai nampak jelas terlihat dari bukit ini. Terpaan angin khas pantai, birunya langit, dan panasnya terik masih terasa pada pukul 15.30 WIB. 

Nampaknya keinginan kuat menyaksikan matahari terbenam dari bukit ini membuat saya harus sabar. Namun, sekitar pukul 16.00 para pengunjung mulai ramai berdatangan memenuhi area bukit, duduk sembari mengambil foto, menikmati birunya langit, dan menyaksikan atraksi paralayang dari para atlet. 

Tempat ini memang sangat cocok untuk menghabiskan akhir pekan, kali ini saya merasa beruntung menyetujui tawaran teman saya. Ternyata, di sini para pengunjung juga bisa mencoba terbang dengan paralayang dan didampingi oleh pemandu. Dengan membayar sebesar Rp300.000 per orang, kamu sudah bisa terbang mengelilingi kawasan pantai Parangtritis ini. Menikmati sensasi mengitari luasnya Pantai Parangtritis, dan melihat secara langsung indahnya pantai dari ketinggian.

Indahnya Matahari Terbenam

Menjelang petang/Annisa F S

Selama hampir lima tahun tinggal di Yogyakarta, rasanya spot terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam ada di Bukit Watugupit ini. Bisa menikmati dari ketinggian dan melihat pemandangan indahnya Pantai Parangtritis tidak pernah terasa membosankan. 

Ada rumor yang beredar mengatakan bahwa Pantai Parangtritis ini jika difoto dengan kamera apa saja, akan tetap indah dilihat. Oleh sebab itu, tak jarang banyak fotografer yang menyukai pantai ini terutama saat menjelang matahari terbenam. 

Terlepas hal itu merupakan rumor  di kalangan para fotografer, saya pun setuju jika Pantai Parangtritis ini sungguh menakjubkan menjelang matahari terbenam. Banyak teman yang menyarankan, jika ingin berkunjung ke pantai ini menjelang sore hari sambil menikmati senja. Sebab, pemandangan keindahan suasana pantainya akan terlihat menakjubkan. 

Garis pantainya yang panjang, ditambah deburan ombak yang menawan membuat pantai ini menjadi incaran banyak orang. Tak heran jika sebagian dari para pengunjung, mengatakan bahwa kalau ke Yogyakarta, tampaknya memang belum lega jika belum pergi ke sini. 

Keindahan suasana Watugupit akan terlihat semakin nyata, saat atraksi paralayang masih beterbangan di sekitar area bukit. Semakin sore, Bukit Watugupit akan semakin indah dan membuat betah untuk berlama-lama menyaksikan matahari terbenam.


Kenali Indonesiamu lebih dekat melalui Instagram dan Facebook Fanpage kami.
Tertarik buat berbagi cerita? Ayo kirim tulisanmu.

Seorang pekerja konten biasa yang menyukai lagu-lagu John Mayer.

Seorang pekerja konten biasa yang menyukai lagu-lagu John Mayer.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Worth reading...
Andong, Kereta Kuda yang Mulai Tersingkirkan dari Jalanan